NovelToon NovelToon
TAKDIR CINTA

TAKDIR CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / CEO / Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ra za

Revan adalah pria tampan dan pengusaha muda yang sukses. Namun di balik pencapaiannya, hidup Revan selalu berada dalam kendali sang mama, termasuk urusan memilih pendamping hidup. Ketika hari pertunangan semakin dekat, calon tunangan pilihan mamanya justru menghilang tanpa jejak.

Untuk pertama kalinya, Revan melihat kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri. Bukan sekadar mencari pengganti, ia menginginkan seseorang yang benar-benar ingin ia perjuangkan.

Hingga ia teringat pada seorang gadis yang pernah ia lihat… sosok sederhana namun mencuri perhatiannya tanpa ia pahami alasannya.

Kini, Revan harus menemukan gadis itu. Namun mencari keberadaannya hanyalah langkah pertama. Yang lebih sulit adalah membuatnya percaya bahwa dirinya datang bukan sebagai lelaki yang membutuhkan pengganti, tetapi sebagai lelaki yang sungguh-sungguh ingin membangun masa depan.

Apa yang Revan lakukan untuk meyakinkan wanita pilihannya?Rahasia apa saja yang terkuak setelah bersatu nya mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ra za, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 Tidak Lagi Menurut

“Revan, bagaimana bisa kamu setenang ini? Calon tunanganmu tidak ada. Dia entah pergi ke mana!” ucap Mama Revan panik.

Revan yang baru saja pulang dari perusahaan langsung dihadang mamanya, mencerca perihal kepergian Celin. Wanita yang diharapkan untuk menjadi menantunya.

“Memangnya aku harus apa, Ma? Mencarinya? Tidak, Ma,” jawab Revan datar.

Seminggu lagi Revan akan melangsungkan pertunangan dengan Celin, wanita pilihan mamanya. Pertunangan itu bukan keinginan Revan melainkan keinginan sang mama. Ia menerima hanya karena menuruti keinginan sang mama. Sejak awal, hati Revan menolak. Demi mamanya Revan sudah berusaha untuk menerima Celin, tapi semakin dekat ia mengenalnya, semakin terlihat tabiat buruk wanita itu.

Kepergian Celin kali ini justru menimbulkan  kelegaan bagi Revan. Dalam hatinya, ia berharap kejadian ini bisa membuka mata mamanya, agar sadar bahwa wanita yang selama ini selalu diagung-agungkan tidak sebaik yang dibayangkan. Namun sayangnya, mamanya seolah menutup mata.

“Ayolah, Revan! Carilah Celin secepatnya. Pertunangan kalian tinggal beberapa hari lagi. Ini pasti ada yang tidak beres. Jangan-jangan Celin diculik!” desak mamanya lagi dengan wajah panik.

Revan menatap mamanya, lalu menarik napas dalam. “Sudahlah, Ma. Dia tidak mungkin diculik. Aku tidak akan mencarinya. Dan Mama, tolong jangan memaksa aku lagi. Coba Mama pikir… kalau dia wanita baik-baik, dia tidak akan pergi begitu saja. Apa yang telah dilakukannya ini seharusnya cukup membuka mata Mama untuk melihat siapa dia sebenarnya,” ucap Revan dengan suara tegas.

“Tapi bagaimana dengan pertunanganmu? Tidak mungkin dibatalkan. Semua sudah disiapkan,” sahut Mama Revan masih berharap agar Revan mencari Celin.

“Untuk itu Mama tenang saja. Pertunangan akan tetap berlanjut,” jawab Revan tenang, meski dalam hatinya ia sendiri bingung memikirkan siapa wanita yang bisa menggantikan Celin.

Revan segera meninggalkan mamanya yang masih terpaku mendengar jawabannya. “Revan… Revan…!” panggil mamanya, tetapi Revan tetap melangkah menaiki tangga menuju kamarnya. Selain tubuh yang lelah kini pikirannya juga ikut lelah akibat dari kejadian ini, namun Revan yakin ada hikmah dibalik semua ini.

“Papa, bagaimana ini? Kenapa kamu diam saja?” tanya Miranda, dengan nada gusar.

“Sudahlah, Ma. Jangan lagi memaksakan kehendakmu. Anak kita sudah dewasa, dia tahu dengan pilihannya,” jawab Surya singkat. Ia segera pergi meninggalkan istrinya, agar perdebatan tidak semakin jauh.

Sedangkan Miranda semakin jengkel atas ulah suami dan anaknya. Miranda masih tidak menyangka jika Revan mulai membantah perintah nya. Ia tidak ingin pertunangan Revan dan Celin sampai batal, tapi kemana pula pergi nya wanita itu, bukankah Celin begitu mencintai Revan. Berbagai pikiran berkelibat dikepala Miranda. Tidak habis pikir dengan apa yang Celin lakukan.

---

Revan baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah, wajahnya terlihat segar, seolah tanpa beban. Namun di balik ketenangan itu, pikirannya sedang bercampur aduk. Ia terus memikirkan siapa yang bisa menggantikan Celin dalam acara pertunangan yang tinggal menghitung hari.

“Siapa yang harus menjadi pengganti Celin? Aku tidak boleh asal memilih, karena aku tidak ingin wanita itu hanya sekadar pengganti. Aku butuh wanita yang benar-benar tulus. Tapi… bagaimana caranya menemukan wanita seperti itu hanya dalam waktu kurang dari seminggu?” gumamnya.

Revan melangkah ke balkon kamar. Angin malam berhembus lembut, membawa aroma bunga dari taman dibelakang rumah. Pandangannya jauh menatap langit, bintang-bintang bertaburan seakan menjadi teman dalam kebimbangannya.

Tiba-tiba, sebuah ingatan muncul. Beberapa waktu lalu, saat perjalanan menuju kantor, ia melihat seorang wanita berlari menyebrangi jalan untuk menyelamatkan seekor kucing kecil yang hampir tertabrak mobil. Revan masih ingat jelas keberanian dan kepedulian wanita itu. Senyum samar terukir di wajahnya.

“Ya… dia. Dia wanita yang aku cari,” bisik Revan pada dirinya sendiri. Namun sesaat kemudian, wajahnya kembali murung. “Tapi… di mana aku harus mencarinya? Siapa dia sebenarnya?”

Dengan hati resah, Revan menutup matanya dan berdoa lirih. “Ya Allah, jika dia memang jodohku, mudahkan lah aku untuk bertemu dengannya, bagaimana pun caranya.”

Malam semakin larut. Revan masuk ke kamar dan merebahkan diri di ranjang empuknya. Meski masih penuh tanda tanya dan keraguan, hatinya sedikit lega. Ada secercah harapan yang membuatnya yakin bahwa do'a akan mengantarkan pada wanita yang diinginkan.

---

Sementara itu, di sebuah apartemen, seorang wanita tengah sibuk bergelut dengan kain dan butiran payet yang berkilauan. Dialah Eliana, wanita yang berhasil masuk ke pikiran Revan.

“El, ini sudah malam. Kamu belum tidur juga?” tanya Nadia, sahabat sekaligus rekan kerjanya, sambil melirik jam dinding yang hampir menunjukkan tengah malam.

“Sebentar lagi, Nad. Tanggung, tinggal sedikit lagi,” jawab Eliana tanpa mengalihkan pandangan dari gaun di pangkuannya. Jemarinya lincah menyusunkan payet satu per satu, sehingga menjadi susunan bunga yang cantik.

Eliana dan Nadia sudah bersahabat sejak SMA. Persahabatan itu berlanjut hingga dewasa, bahkan kini mereka menjalankan usaha bersama. Sebuah butik kecil yang mereka rintis dengan kerja keras kini mulai dikenal dan punya banyak pelanggan setia.

Eliana tampak serius mengerjakan gaun pesanan khusus dari pelanggan tetap mereka. Cahaya lampu apartemen memantulkan kilau payet di tangannya, membuat gaun itu semakin indah.

“Bukankah gaun itu baru akan diambil Minggu depan? Kenapa kamu buru-buru  menyelesaikannya?” tanya Nadia heran, sambil duduk di sofa dengan meletakan susu hangat diatas meja.

“Lebih cepat selesai kan lebih bagus, Nad. Jadi nanti kita bisa fokus ke pesanan lain,” jawab Eliana dengan nada santai, tetap menunduk fokus mengatur susunan payetnya.

Nadia mendesah kecil. “Iya sih… tapi jangan sampai begadang terus. Kamu masih punya waktu.”

Eliana terkekeh sambil melirik sahabatnya. “Iya, iya… bawel.”

“Dasar. Diingatkan malah ketawa,” balas Nadia, tapi senyum tipis tetap tersungging di wajahnya.

"Oh ya El, besok kita kan ada janji, dengan Nyonya Rika." Ucap Nadia cepat.

Eliana seketika memandang Nadia, "Nyonya Rika yang anaknya akan menikah bulan depan kan?" Ternyata Eliana pun hampir lupa dengan janji itu.

"Ia, Nyonya Rika meminta kita untuk membuatkan baju untuk bridesmaid anaknya, jangan bilang jika kamu hampir lupa." Tebak Nadia melihat Eliana yang langsung menatapnya.

Eliana tidak menjawab ia hanya nyengir mendengar tebakan Nadia.

"Ya sudah sambung besok saja, sekarang kita tidur dulu."Ajak Nadia melihat Eliana yang masih semangat melanjutkan pekerjaan nya.

Ia... Ia.. sedikit lagi, tak berapa lama Eliana menatap gaun di depannya dengan puas. “Nah,  payetnya sudah selesai. Begini kan aku bisa tenang.”

“Bagus. Kalau begitu ayo tidur. Jangan sampai kebablasan sampai pagi,” ajak Nadia.

Eliana mengangguk. Mereka berdua segera membereskan alat jahit, lalu masuk ke kamar untuk beristirahat.

Bukan nya langsung tidur, Eliana malah merasa gelisah, seperti ada sesuatu yang mengusik pikiran nya tapi Eliana tidak tau apa itu.

Eliana melirik Nadia yang sudah tidur dengan nyenyak. Lalu kembali menatap langit-langit kamar yang temaram."ada apa ini? kenapa perasaan ku seperti merasakan sesuatu, tapi apa yang aku rasakan?"

1
erviana erastus
ckckck revan2 beres kan dulu si celine baru happy2 sama elina .... 😏😏😏😏
erviana erastus
dasar j*******g giliran ninggalin revan nggak ngotak skrng mau balikkan 🤣 nggak laku ya say makax cari mantan
erviana erastus
ada rahasia apa dinnk lampir
erviana erastus
emak satu ini minta ditampar biar sadar
erviana erastus
ribet ... knp nggak langsung nikah aza .... satu lagi jalang dia yg pergi tp merasa tersakiti ... hei Miranda kamu tuh ya buka tuh mata lebar2 jadi tau kelakuannya si celine
erviana erastus
jadi orang nggak usah terlalu baik el, tuh calon pelakor didepanmu .....
erviana erastus
miranda ini batu banget, tipe emak2 sok kuasa 😏
erviana erastus
calon plakor mulai tampil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!