Setelah kekacauan besar yang mengguncang seluruh negeri, Xander kembali menghadapi ancaman yang jauh lebih berbahaya. Warisan terakhir Xylorr terungkap, suku pedalaman muncul ke dunia luar, dan Osvaldo Tolliver membawa misteri baru yang mengubah arah permainan.
Musuh bergerak dari segala sisi, para pengkhianat mulai menampakkan diri, dan keputusan Xander kini menentukan siapa yang akan bertahan hidup.
Di jilid kelima ini, rahasia lama akan terbongkar, kekuatan baru muncul, dan pertempuran sesungguhnya dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Matahari sudah terbenam beberapa jam yang lalu. Langit sudah bertambur bintang di mana bulan sabut menggantung gagah. Sebuah mobil melaju sangat cepat di sebuah jalanan yang lengang. Gedung-gedung pencakar langit terlihat kokoh di antara gedung-gedung lain.
Edward tertidur selama hampir di perjalanan. Mobil sudah memasuki negara Havreland satu jam lalu. Hanya dalam waktu beberapa jam lagi, ia akan bertemu dengan istri dan anaknya.
Kerinduannya akan segera terbayar dalam waktu dekat.
Edward membuka mata perlahan, menoleh sisi jalan. Ia tersenyum saat mengenal jalanan dan pemandangan kota ini. Di saat yang sama, ia merasakan ketegangan yang semakin membesar. Meski sudah menguasai penggunaan pin penyamaran, tetapi tidak menutup ketakutan jika pasukan Xander akan mengenali dan menangkapnya.
"Merly dan Edison berada di rumah. Mereka pasti sangat khawatir karena tidak bertemu denganku selama beberapa hari. Aku kemungkinan sampai tengah malam nanti."
Edward memasuki dua kota dalam waktu dua jam. Pria itu terus terjaga selama sisa perjalanan. Ketegangan dan ketakutan membuat rasa kantuk dan lelahnya menghilang.
Edward mengepalkan tangan erat-erat, mengembus napas panjang. Ketika akan bersandar di kursi, tiba-tiba saja mobil mengeram mendadak hingga ia terdorong ke depan dan nyaris membentur kursi. "Brengsek!"
"Apa yang terjadi?" Edward tampak kesal meski berusaha menguasai diri ketika melihat cincin terpasang di jarinya. Ia tidak boleh melakukan tindakan kasar dan mencurigakan karena Osvaldo dan pasukannya mengawasinya dengan sangat ketat. Meski merasa terpenjara, tetapi hal ini lebih baik dibandingkan dengan terjerat oleh Xander, pikirnya.
Edward segera memakai penyamaran, mengamati layar yang menunjukkan keadaan luar. "Apa pemilik mobil itu yang membuat kekacauan?"
"Sebuah mobil dari arah berlawanan hampir menabrak mobil yang berada di depan kita. Mobil itu membentur sisi jalan hingga mogok. Kita akan mengambil jalur lain," ujar salah satu pengawal yang bertindak sebagai sopir.
Mobil berbelok ke jalur sebaliknya, lantas menuruni jalan dan memasuki sebuah terowongan yang cukup panjang.
Edward mengembus napas panjang, memejamkan mata.
Bersamaan dengan mobil yang keluar dari lorong, seseorang di dalam mobil yang melaju dari arah berlawanan tiba-tiba mendapatkan sebuah notifikasi.
"Mereka memintaku untuk segera kembali ke markas." George mengembus napas panjang, mempercepat laju mobil. "Aku masih memiliki jatah libur yang panjang. Dasar orang-orang menyebalkan! Aku tidak akan memberitahu mereka soal penyelidikanku."
George berdecak ketika ponselnya berdering. Benda itu terus berbunyi sampai akhirnya ia dengan terpaksa mengangkat panggilan. Sebuah layar hologram tiba-tiba muncul dan menunjukkan wajah seorang pria.
"George, di mana kau sekarang?" tanya seorang pria.
"Ayolah, Gideon. Aku tahu kau mengetahui di mana lokasiku. Kau bukan anak kecil yang belum mengerti mengenai tekhnologi, bukan? Berhenti berpura-pura."
"Dasar sialan! Kau mematikan fungsi lokasi dan memasang sistem keamanan di ponselmu sehingga aku dan Gabriel kesulitan menemukanmu.”
George tertawa. "Maafkan aku. Aku sedang berlibur, dan kau tahu aku tidak ingin diganggu oleh siapa pun, termasuk kau dan Gabriel."
"Kembalilah ke markas sekarang juga. Ketua ingin bertemu denganmu. Dia memiliki tugas penting yang hanya ingin dikerjakan olehmu."
"Kau dan Gabriel memang tidak berguna."
"Dasar brengsek! Cepat kembali ke markas atau aku akan mengirimkan robot pembunuh bayaran untuk menghabisimu!"
George tertawa. "Kau tidak menghabisiku dengan robot ciptaanku sendiri, Gideon. Kau sebaiknya mengirimkan robot koki yang kau ciptakan."
"Hentikan candaan menyebalkanmu." Gideon mengembus napas panjang, menatap tajam. "Kode 004. Ketua ingin kau berada di markas besok pagi."
George berubah menjadi serius. Kode 004 bermakna penting dalam kelompok UltraTech. "Baiklah, aku akan kembali ke markas."
George memacu mobil lebih kencang. Panggilan terputus tak lama setelahnya. Ia bersandar di kursi, mengembus napas panjang. "Dasar sialan! Mereka selalu meremehkanku, tetapi di saat yang sama mereka selalu saja memanggilku untuk menyelesaikan masalah dan tugas tertentu.
Mereka orang-orang yang sangat menyebalkan."
"Aku mendengar selentingan kabar soal rencana besar yang akan dilakukan kelompok UltraTech. Aku harap rencana itu tidak ada hubungannya dengan mengambil alih dunia dengan menghabisi nyawa warga di beberapa negara dengan robot-robot seperti yang ada di film-film. Ketua menjadi aneh selama beberapa tahun terakhir."
Hujan tiba-tiba mengguyur deras, disusul oleh angin kencang dan petir menggelegar.
George mengamati layar. "Aku harap ini bukanlah pertanda yang buruk. Di dunia ini memang banyak orang yang sangat menyebalkan dan menjijikkan, tetapi tidak jarang ada orang yang masih memiliki hati nurani."
George menoleh pada mobil-mobil yang melaju di seberang jalan, menambah kecepatan.
Dua jam kemudian, Edward sudah berada di rumah bagian belakang kediamanku yang cukup hancur. Ia sudah menggunakan pin penyamaran menjadi seorang pengantar makanan, begitupun dengan mobil yang sudah berubah warna dan bentuk. Ia sangat tegang ketika mulai memasuki kota dan melihat beberapa pasukan Xander.
"Sejauh ini, rencananya berjalan dengan lancar." Edward mengamati sisi jalan di mana ia melihat beberapa orang berpakain warga lokasi berkumpul. Dari postur mereka, ia tahu jika orang-orang itu adalah para pengawal terlatih.
Edward mengembus napas tipis-tipis. "Aku akan tiba dalam waktu sepuluh menit lagi di rumah. Aku harus bertindak sangat cepat untuk menghindari kecurigaan. Aku juga tidak boleh melakukan kesalahan sekecil apa pun."
Edward sangat tegang selama dalam perjalanan. Jarak seakan melebar dan mobil terasa lebih lambat seperti siput.
Mobil memasuki kawasan perumahan. Pasukan Xander melakukan pemeriksaan terharap mobil dan penumpang, termasuk pada Edward.
"Aku datang untuk mengantar makanan untuk Nona Merly," ujar Edward dalam mode penyamaran. Ia bersikap senormal dan setenang mungkin.
Edward menatap penampilannya di kaca jendela. Pria itu benar-benar sudah berubah menjadi orang lain. Ia merasa sangat lega ketika pengawal Xander memberikannya masuk.
Mobil memasuki gerbang rumah, kembali harus melewati pemeriksaan.
"Kau memiliki waktu satu jam untuk mengambil darah dan rambut Alexander sekaligus bertemu dengan anak dan istrimu. Aku akan membantu meretas sistem keamanan di rumah ini dan pasukan Alexander. Jangan membuang-buang waktumu," ujar pengawal Osvaldo yang mulai membuka sebuah laptop.
"Aku mengerti." Edward membetulkan letak topi, keluar dari mobil. Ia berjalan menuju pintu dengan sebuah kotak pizza dan boks makanan dan minuman berukuran sangat besar.
Edward menekan bel beberapa kali, melirik beberapa pengawal Xander yang ada di sekitar gerbang rumah. "Orang-orang brengsek itu hanya memberikanku waktu selama sepuluh menit. Jika pengawal Osvaldo gagal meretas sistem, maka orang-orang itu akan langsung mencurigaiku."
"Brengsek! Kau sangat berisik sekali!" Seorang pria bertelanjang dada tiba-tiba membuka pintu, menguap beberapa kali.
Edward sontak terkejut, menatap tajam pria itu. "Siapa pria sialan ini?" gumamnya.
"Apa yang kau inginkan malam-malam begini?"
"Aku datang untuk mengantarkan pesanan atas nama Nona Merly, Tuan.”
"Oh, jadi wanitaku yang sudha memesan makanan dan minuman." Pria itu membukakan pintu lebih lebar. "Masuklah dan simpan makanan dan minuman itu di meja."
Edward menggertakkan gigi, mengepalkan tangan erat-erat. Pria itu datang dengan penuh kekhawatiran dan kerinduan, tetapi ia justru disambut dengan sebuah kejadian menjijikkan.
"Siapa yang datang, Sayang?"
Merly datang dengan busana yang sangat tipis, memeluk manja pria bertelanjang dada itu.
Edward seharusnya langsung menghabisi keduanya, tetapi ia harus fokus pada tujuannya. Ia menyimpan kotak makanan dan minuman, berusaha menguasai diri.
"Sayang, bisakah kita meneruskan hal menyenangkan tadi?" tanya Merly.
"Bagaimana dengan anak sialanmu?" Pria itu berkata ketus.
"Edison sudah tidur, Vin. Aku cukup kesal karena dia terus menanyakan ayahnya yang tidak berguna itu sehingga aku mencubitnya sangat keras tadi. Dia meminta maaf dan tidak akan mengulanginya lagi." Merly menarik tangan Vin menuju kamar. "Kita bisa memakan makanan itu setelah kita menyelesaikan satu ronde lagi.”
Edward menatap Merly dan Vin dengan penuh amarah.
"Kenapa kau masih ada di sini, brengsek?" Vin melepaskan tangan Merly. "Aku tahu kau menginginkan uang tip, bukan?"
Vin mendekat, melemparkan beberapa lembar uang. "Pergilah sekarang."
Edward mengambil lembaran uang di lantai, menatap kepergian Merly dan Vin. "Kalian akan aku habisi malam ini juga," gumamnya.