NovelToon NovelToon
Kisah Singkat Chen Huang

Kisah Singkat Chen Huang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: DANTE-KUN

Chen Huang, seorang remaja berusia 15 tahun, menjalani hidup sederhana sebagai buruh tani bersama kedua orang tuanya di Desa Bunga Matahari. Meski hidup dalam kemiskinan dan penuh keterbatasan, ia tak pernah kehilangan semangat untuk mengubah nasib. Setiap hari, ia bekerja keras di ladang, menanam dan memanen, sambil menyisihkan sebagian kecil hasil upahnya untuk sebuah tujuan besar: pergi ke Kota Chengdu dan masuk ke Akademi Xin. Namun, perjalanan Chen Huang tidaklah mudah. Di tengah perjuangan melawan kelelahan dan ejekan orang-orang yang meremehkannya, ia harus membuktikan bahwa mimpi besar tak hanya milik mereka yang berkecukupan. Akankah Chen Huang berhasil keluar dari jerat kemiskinan dan menggapai impiannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 9 — Mandi

Setelah seminggu penuh bekerja keras untuk menguasai dasar-dasar kultivasi, pagi itu Ning Xue terlihat gelisah, ia menarik nafas panjang sebelum berbicara.

“Chen Huang, aku merasa... kotor. Aku sudah seminggu lebih tidak mandi.” Pipinya memerah, tampak malu.

Chen Huang tersenyum kecil mendengar keluhan itu. “Di sekitar desa ada sungai kecil dengan air jernih. Kita bisa mandi di sana, tapi secara bergantian. Aku akan berjaga di sekitar saat kau mandi.”

Ning Xue mengangguk, wajahnya lega. Mereka pun membawa pakaian bersih dan berjalan menuju sungai.

Saat Ning Xue mandi di balik bebatuan besar, Chen Huang berdiri tak jauh dari sana, memperhatikan sekeliling dengan serius. Suara gemericik air terdengar lembut, menciptakan suasana damai.

Namun, tiba-tiba sebuah suara geraman yang rendah “Grrr...” memecah keheningan. Chen Huang segera menoleh ke arah sumber suara.

“Serigala berbulu hitam?” gumamnya, mengingat binatang spiritual tingkat 1 yang pernah ia lawan di gunung.

Serigala itu muncul dari balik semak-semak, matanya yang tajam memandang Chen Huang dengan penuh kebencian, seolah mengenali musuh lamanya.

“DUAR!” Chen Huang menghentakkan kakinya ke tanah, bersiap dengan pisau belati di tangan. “Kalau kau mencari masalah, aku tidak akan lari kali ini!”

Serigala itu melompat ke arah Chen Huang dengan kecepatan tinggi. “Swiish!” Udara di sekitarnya terasa bergetar karena serangan itu.

Chen Huang menghindar dengan sigap, tubuhnya meluncur ke samping. Ia memutar belatinya, mencoba menyerang balik, tapi serigala itu melompat mundur dengan lincah.

“CRAASH!” Cakar serigala menghantam pohon di dekat Chen Huang, mematahkan cabangnya.

“Aku tidak akan lari darimu lagi!” teriak Chen Huang. Ia memusatkan energi spiritual yang baru saja ia kuasai ke kakinya, meningkatkan kecepatan serangannya.

Chen Huang melancarkan serangan pertama, belatinya melesat menuju leher serigala. “Swiiing!” Namun, serigala itu menghindar dan membalas dengan cakarnya.

“CRAAK!” Suara gesekan keras terdengar saat cakar serigala mengenai belati Chen Huang, tapi kali ini Chen Huang sudah lebih kuat. Ia mendorong balik serangan itu dengan seluruh tenaganya.

“Sekarang saatnya!” Chen Huang melompat ke udara, lalu menjatuhkan tubuhnya ke arah serigala dengan belati yang diarahkan ke kepala lawannya.

“DUAR!” Serangan itu mengenai sasaran, tapi serigala itu masih meronta, mencoba menyerang balik dengan cakarnya.

Chen Huang mundur sejenak, napasnya terengah-engah. Ia melihat serigala itu terluka parah tapi masih berdiri. “Kau keras kepala juga, ya?” gumamnya.

Saat serigala itu mencoba menyerang lagi, Chen Huang menunggu celah yang tepat. Ketika serigala melompat ke arahnya, ia merendahkan tubuhnya dan mengayunkan belati dengan kecepatan penuh.

“SLAAASH!” Suara tajam terdengar saat belati itu akhirnya menebas leher serigala dengan sempurna.

Serigala itu jatuh ke tanah, darahnya mengalir membasahi rerumputan. "Brak!" Tubuhnya yang besar tak lagi bergerak.

Chen Huang menarik napas dalam-dalam, membersihkan belatinya sambil melihat ke arah sungai. “Ning Xue, semuanya aman sekarang!” serunya.

Di balik bebatuan, Ning Xue yang mendengar suara pertarungan tadi keluar perlahan, wajahnya pucat. “Chen Huang, kau tidak apa-apa?” tanyanya khawatir.

“Ning Xue!!” seru Chen Huang, suaranya setengah teriak sambil menutup matanya dengan tangan. “Pakailah bajumu dulu! Apa yang kau pikirkan keluar begitu saja!?”

Ning Xue, yang awalnya tidak menyadari keadaannya, langsung terdiam dan menunduk. Wajahnya seketika memerah seperti tomat matang. “A-AAHH!!” teriaknya panik sambil berlari kembali ke balik bebatuan, menutup tubuhnya dengan tangan.

“Chen Huang! Kenapa kau tidak bilang kalau aku... aku...” Suaranya terdengar dari balik batu, bercampur rasa malu yang luar biasa.

Chen Huang, yang masih menutupi matanya, mengeluh sambil menahan tawa. “Bagaimana aku bisa tahu kau akan keluar begitu saja tanpa pakaian? Aku pikir kau sudah selesai dan siap!”

Sementara itu, Ning Xue hanya bisa menggigit bibirnya, menahan malu sambil buru-buru mengenakan pakaiannya. Beberapa detik kemudian, ia keluar lagi, kali ini dengan pakaian lengkap. Wajahnya masih merah padam, tapi ia mencoba terlihat tenang.

“Lupakan apa yang kau lihat tadi!” katanya tegas, meskipun suaranya sedikit bergetar.

Chen Huang tak tahan lagi dan meledak dalam tawa. “Aku bahkan tidak melihat apa-apa! Aku langsung menutup mataku, tahu!”

“Berhenti tertawa, Chen Huang!” Ning Xue mendekati Chen Huang dan memukul lengannya dengan kesal, meskipun pukulan itu tidak ada artinya bagi tubuh Chen Huang yang sekarang lebih kuat.

“Baiklah, baiklah, aku berhenti!” kata Chen Huang, sambil menahan tawanya. “Tapi serius, lain kali hati-hati, ya? Jangan sampai ada yang melihat hal itu lagi. Bisa gawat.”

Ning Xue mendengus, pipinya masih memerah. “Iya, aku tahu. Tapi tetap saja, kau jangan menertawakan aku seperti itu!”

...

Setelah insiden tersebut, Chen Huang memutuskan untuk tidak menyia-nyiakan mayat serigala spiritual hitam itu. Dengan hati-hati, ia membawa tubuh besar serigala itu ke gubuk mereka. Ning Xue, yang sudah kembali ke gubuk dengan wajah masih sedikit merah karena insiden sebelumnya, langsung memperhatikan Chen Huang yang tampak serius.

"Kau benar-benar akan memasaknya?" tanya Ning Xue, sedikit ragu.

Chen Huang mengangguk. "Tentu saja. Daging binatang spiritual tingkat satu seperti ini mengandung banyak energi alami. Sangat baik untuk memperkuat tubuh kita."

Ning Xue menghela napas, masih merasa ngeri membayangkan makan daging serigala. "Baiklah... Tapi kau yang masak, ya?"

Chen Huang tersenyum kecil. "Tentu. Kau tinggal duduk dan tunggu saja."

Chen Huang mulai membersihkan daging serigala itu dengan cekatan. Setelah memotong-motong bagian terbaiknya, ia menyalakan api unggun di luar gubuk. Bau harum mulai menyebar ketika daging itu dipanggang di atas bara api, diselingi suara gemeretak kayu yang terbakar. Ning Xue, yang awalnya ragu, perlahan mulai tergoda oleh aroma yang menggugah selera.

"Baunya tidak seburuk yang kubayangkan," gumam Ning Xue sambil mendekat, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

Chen Huang tertawa kecil. "Lihat saja nanti. Kau akan menyukainya."

Ketika daging itu matang, Chen Huang membagikan bagiannya ke Ning Xue. "Cobalah," katanya sambil menggigit potongan pertama.

Ning Xue dengan ragu menggigit sedikit. Namun begitu rasa gurih dan tekstur lembut daging memenuhi mulutnya, matanya melebar. "Ini... enak sekali! Tidak kusangka daging binatang spiritual bisa seenak ini."

Chen Huang tersenyum puas. "Daging ini tidak hanya enak, tapi juga sangat bergizi. Tubuh kita akan terasa lebih kuat setelah memakannya."

Mereka berdua makan dengan lahap, menikmati setiap potong daging serigala itu. Ning Xue bahkan sempat bercanda, "Kalau begini, aku tidak keberatan kalau kau berburu binatang spiritual setiap hari, Chen Huang."

Chen Huang tertawa sambil menggeleng. "Jangan berharap terlalu banyak. Tidak semua binatang spiritual mudah dilawan seperti serigala ini."

Setelah makan siang yang mengenyangkan, mereka kembali fokus pada latihan fisik dan kultivasi. Tubuh mereka yang dipenuhi energi baru terasa lebih bugar dan kuat.

Chen Huang memimpin sesi latihan fisik, mulai dari gerakan dasar bela diri hingga teknik memperkuat tubuh. Ning Xue mengikuti dengan semangat, walaupun sesekali ia mengeluh kelelahan. "Kau seperti tidak pernah merasa lelah, Chen Huang," katanya dengan napas terengah-engah.

Chen Huang tersenyum. "Kalau kita ingin kuat, kita tidak bisa setengah-setengah, Ning Xue. Dunia ini kejam. Hanya yang kuat yang bisa bertahan."

1
Abi
Kecewa
Abi
Buruk
angin kelana
tahap selanjutnya
angin kelana
mc nya brp bintang yah?
afifo maning
gassspoll thor
angin kelana
lanjut
angin kelana
cape pastinya
angin kelana
gasss jangan kendorrr
angin kelana
semangatttt...
angin kelana
lawan lawan apapun musuhnya..
angin kelana
satu pukulan
angin kelana
semangat menggapai mimpi
G Wu
Novel DRAMA ANAK ANAK 90% ,, 10% sisa nya tidak jelas,MC nya yang mana !! ???
Saodah Xiaomi
alurnya menarik, cuma bab nya pendek. dan cepat habis, harus minta up, padahal baru bab 21, hadeuh,,,,,,,,,,,,,,. mungkin lanjut bacanya seminggu lagi, agar bisa puas bacanya, jika tiap hari up nya keluar
juharto delle
Memang top author ini kalau yang namanya bikin penasaran, lanjutkan
Darotama
seiring waktu tahap demi tahap jalan cerita lebih menarik semangat thor lanjut terus
Rusdi Udi
Luar biasa
angin kelana
lanjut
angin kelana
up
angin kelana
lanjut up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!