Seorang gadis bernama Mia Elisha yang selalu ceria sedang jatuh cinta kepada seorang laki-laki pendiam bernama Jiro yang duduk di depan meja di kelasnya, Namun karena kepribadiannya yang dingin, pendiam juga sangat pintar.
Suatu hari Mia mengungkap kan perasaannya kepada Jiro tetapi Jiro menolaknya namun Mia tetap berusaha untuk meyakinkan Jiro bahwa perasaan Mia tidak pernah berubah tetap saja Jiro mengabaikan Mia hingga suatu hari Mia berhenti untuk tidak lagi menyukai Jiro.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Wulandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dopamin dan Adrenalin
"Tubuh manusia adalah gambaran terbaik dari jiwa manusia" Ludwig Wittgenstein
"Hei kita ini mau kerumah Hanna kenapa kamu seperti mau pindahan" ucapku mengomel kepada Mia yang membawa begitu banyak barang untuk Hanna
Aku menjemput Mia dari rumahnya karena Hanna sedang mengadakan acara 7 bulan kehamilannya.
"Ini semua pesanan Hanna tahu, aku susah payah memasak ini semua" Mia kembali mengomeliku
"Ini ... Ini maksudnya apa?" tunjukku pada bungkus kado yang begitu besar.
Mia tersenyum dan mengalihkan pandangannya terhadap ku"ini kado perlengkapan bayi untuk Hanna, kan dia akan menjadi seorang ibu"
"Apa isinya?" tanyaku penasaran
"Baju-baju baby, alat makan, buku untuk baby, mainan baby ah pokoknya perlengkapan bayi" jawab Mia dengan sangat antusias
"sebentar lagi aku akan menjadi seorang tante, aku tidak bisa membayangkan bisa menyentuh tangan bayi yang mungil" Mia masih excited dengan hayalannya
Setelah itu aku dan Mia pun segera pergi menuju rumah Hanna dan sesekali dalam perjalanan kami berbincang mengenai bayi, Mia sangat menantikan kelahiran bayi Hanna dan sangat ingin segera menyentuh tangan mungil bayinya.
"Kalau kamu suka bayi kenapa kamu tidak menikah saja?" celetukku
"Siapa? Siapa yang mau menikahi aku, dari banyaknya manusia di muka bumi ini tidak ada yang menyukaiku" Mia menghela nafas kesal
Aku pun terdiam sejenak"Mia, mengapa dulu kau suka padaku?" tanyaku pelan
Mia tercengang mendengar perkataanku"Jiro masa itu sudah lewat, tapi ada satu hal masa itulah yang membuatku tumbuh tidak hanya soal cinta tapi juga bagaimana mengendalikan perasaan, juga bagaimana orang-orang disekelilingku yang peduli terhadapku ya satu-satunya orang yang selalu peduli padaku cuma Hanna"
"Maafkan aku Mia, dulu aku sangat jahat padamu" ucapku penuh penyesalan
"Lagi-lagi kau minta maaf, tidak apa itu sudah menjadi kisah remaja kita" tutur Mia
"Kau tahu tidak Jiro, dulu setiap kali aku melihatmu sel dopamin dan adrenalin dalam tubuhku terasa menari-nari, bahkan hanya ketika melihat punggungmu saja rasanya mendebarkan, bagaimana banyaknya hormon dopamin dan adrenalin yang terlepas dalam tubuhku betapa bahagianya aku yang sedang jatuh cinta kala itu"lanjut Mia
Aku hanya bisa tersenyum mendengar setiap perkataan Mia"Kau tahu sel dopamin dan adrenalin juga"
Mia menganggukkan kepalanya"aku pernah membaca buku catatanmu tentang banyaknya sel dalam tubuh yang bekerja keras untuk tetap menjaga daya tahan tubuh"
"Begitu ya" ucapku pelan
"Saat itu aku sangat heran mengapa kau membawa buku catatan yang tidak ada hubungannya dengan mata pelajaran di sekolah bahkan di sekolah pun tidak menyebutkan detail tentang inti dari sel-sel tubuh"
"Itu karena aku belajar mati-matian untuk menjadi seorang dokter" jawabku
"Iya juga ya, bahkan rasanya dulu aku belajar karena ingin setara denganmu" ucap Mia sambil tertawa kecil
Aku tercengang mendengar pernyataan Mia membuat jantungku entah mengapa tiba-tiba berdegup begitu kencang.
"Maaf Mia dulu aku memberikan coklatmu kepada Marcel, itu bukan karena aku tidak suka kau memberikannya kepadaku hanya saja saat itu aku benar-benar labil, tapi aku memang alergi coklat saat itu aku sedang bersama Marcel jadi aku berikan padanya" ceritaku tentang masalalu
"Ah itu aku sudah tahu dari Marcel" ucap Mia
"Tapi mengapa kau memberikan coklat pemberianku kepada Marcel?" aku membalikkan pertanyaan
Mia menggarukkan kepalanya yang tidak gatal, namun tiba-tiba ia pun tertawa"aku pun sama sepertimu saat itu"
"Apa? Alergi coklat?" tanyaku
"Labil" Mia menyegir
"Begitu ya" ucapku
"Ya meskipun aku memang tidak terlalu suka coklat, aku sih tim keju" tutur Mia
Aku tersenyum mendengarnya"tim keju dan tim makan?" aku meledek Mia namun Mia memukul-mukul lenganku yang padahal ia tahu bahwa aku sedang menyetir
"Kenapa wanita selalu sensi ketika dilontarkan faktanya, padahal itu imut" ucapku keceplosan membuatku tersipu malu
"Iya ... Iya aku suka makan, aku suka makan" ucap Mia berulang-ulang membuatku menahan tawa.
"Tapi bagaimana pun terimakasih sudah pernah menyukaiku, aku pun jadi mempunyai kisah remaja meskipun aku karakter utama yang menyakiti mu dari awal" ucapku
"Jadi menurutmu aku karakter figuran gitu yang cuma berlalu lalang" Mia meledek dirinya sendiri
Aku pun tertawa mendengar ucapannya"memang kenapa kalau kau karakter figuran bukan kah kau memang suka sekali berlalu lalang di hadapanku saat itu" ledekku
"Hei kita semua yang hidup di dunia ini kita adalah tokoh utama dari versi cerita masing-masing" ungkap Mia
"Ya karena itu sudah terlewat dan hanya menjadi sebuah kisah aku pun tidak akan melupakan di setiap moment yang ku lewati" tutur Mia yang tidak lama kemudian Mia tiba-tiba menutup hidungnya dengan kedua tangannya dan tidak lama kemudian dia pun mengeluarkan suara bersin
Aku melirik ke arah Mia untuk memastikan dirinya"kau flu?"
Mia menggesek-gesekkan hidungnya"Tidak, maksudku aku tidak sedang flu"
"Akhir-akhir kau selalu bersin-bersin" ucapku
"Entahlah mungkin aku alergi debu" jawab Mia sambil memperhatikanku aku yang tersadar karena Mia begitu terang-terangan melihatku.
"Ke .. Kenapa?" tanyaku sedikit gugup
Mia tersenyum"wahh Jiro yang ku kenal dulu sangat dingin, bicaranya hemat kata kalau tidak terlalu penting tidak mau bicara, diam seribu bahasa, entah mengapa Jiro yang ini banyak bicara, mudah tersenyum juga tertawa"
"Bukankah aku sudah katakan aku ini sudah menjadi dokter aku tidak ingin pasien ku kabur melihat wajah galakku" jawabku
"Bukan ... Bukan karena kau jadi seorang dokter tapi sepertinya kau ketempelan jiwa Marcel" tutur Mia
Aku menganggukkan kepala sambil menahan tawa"iya benar selama ini aku ketempelan jiwa Marcel"
Sesampainya dirumah Hanna, terlihat Marcel dan Hanna menyambut kedatangan aku dan Mia, dengan segera kami menurunkan barang-barang yang sudah di bawakan oleh Mia, tidak lama kemudian terlihat Mia mulai membantu menyusun makanan di atas meja dan sudah ada beberapa orang yang datang termasuk rekan kerja Hanna dan juga Marcel begitu juga dengan orang tua mereka.
"Mia kau baik-baik saja?" tanya Hanna kepada Mia
"Aku baik-baik saja" jawab Mia yang masih menyusun makanan diatas piring
"Kau seperti mayat hidup, wajahmu pucat" ucap Hanna
"Haish mungkin karena aku belum makan, aku belum sempat makan" jawab Mia kembali
"Ya sudah kau makan saja ini biar aku saja" tutur Hanna mengambil alih
"Apa tidak apa-apa? Kalau Hanna memaksa ya sudah aku akan makan" tutur Mia
"Makan lah anak cantik" goda Hanna kepada Mia
Mia tertawa mendengar perkataan Hanna"itu sudah pasti"
"Mengapa kau melihatku terus Jiro?" omel Hanna kepadaku yang sedang berada di samping Mia
"Aku hanya merasa aneh melihat mu dengan perutmu yang semakin membesar itu" celetukku
Hanna mengelus perutnya"ini anakku semoga nanti seperti mu Jiro"
"Hei aku yang suamimu ko anaknya jadi seperti Jiro" omel Marcel yang tiba-tiba datang
"Ah benar itu Hanna ini selalu sensi kalau melihat Jiro, jangan-jangan nanti anaknya mirip Jiro" sambung Mia
"Aku ingin dia jadi seorang dokter seperti Jiro, bukan wajahnya tahu" celoteh Hanna
"Kalau begitu oke lah aku setuju" ucap Marcel
"Hei, ketika anak kalian lahir dan apapun keinginannya setelah dia tumbuh hargailah disetiap impiannya tidak boleh memaksa kemampuan seorang anak demi memenuhi ekspetasi kalian, karena setiap anak mempunyai kelebihannya masing-masing" ucapku
"Tapi buktinya kau mampu Jiro meskipun_" ucapan Marcel terhenti dan tiba-tiba Marcel merasa canggung kepadaku
"Mia dan Hanna memperhatikanku dengan penuh penasaran"
"Haaa sudahlah ayok kita makan, sudah lama kita tidak makan bersama" Ucap Marcel mengalihkan
Aku tahu Marcel tidak bermaksud untuk menyindir kehidupanku karena hanya Marcel yang tahu bagaimana aku menjalani hidup, tanpanya mungkin aku tidak ada teman untuk berbagi cerita namun Marcel tetap menghargai untuk tidak membicarakan kisahku pada siapapun.
semangattt/Determined//Determined/