Mia Maulida seorang wanita berusia 36 tahun dengan dua orang anak yang beranjak remaja menjalankan multi peran sebagai orangtua, isteri dan perempuan bekerja, entahlah lelah yang dirasa menjalankan perannya terbersit penyesalan dalam hati kenapa dirinya dulu memutuskan menikah muda yang menjadikan dunianya kini terasa begitu sempit, Astaghfirullahal'adzim..lirihnya memohon ampun kepadaNYA seraya berdoa dalam hati semoga ada kebaikan dan hikmah yang dirasakan di masa depan, kalaupun bukan untuknya mungkin untuk anak anaknya kelak.
Muhammad Harris Pratama seorang pengusaha muda sukses yang menikah dengan perempuan cantik bernama Vivi Andriani tujuh tahun lalu, nyatanya kini merasakan hampa karena belum mendapatkan keturunan. Di saat kehampaan yang dialaminya, tak disangka semesta mempertemukan kembali dengan perempuan cantik berwajah bening nan teduh yang dikaguminya di masa putih abu-abu. Terbersit tanya kenapa dipertemukan saat sudah memilki kehidupan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Azzqa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Waktu tak terasa bergulir begitu cepatnya, malam sudah beranjak larut tapi anak-anak masih betah berada di luar rumah, Zayan dan Zahra kompak belajar naik motor di lapangan alun-alun kota, kalau Zayan belajar mengendarai motor papanya sedangkan Zahra akhirnya mau mencoba belajar mengendarai motor matic mamanya itupun karena dipaksa sama adiknya, benar saja Zahra masih sangat kaku mengendarainya dan jauh dari kata lancar, masih sangat mengkhawatirkan kalau langsung dilepas di jalan. Berbeda dengan Zayan yang cepat menguasai, mungkin karena keterampilan berkendara laki-laki dan perempuan jauh berbeda.
Akhirnya atas paksaan mamanya anak-anak mau diajak pulang, mungkin momentnya yang kurang pas kalau saja besok adalah hari libur tidak usah masuk sekolah, mereka pasti dengan senang hati akan bermain sesukanya. Zayan mengendarai motor papanya berboncengan dengan kakaknya di depan sedangkan di belakang mengawal mama papanya naik motor berboncengan berdua, mesra seperti orang pacaran, uhuyyy cie..cie..ledek si sulung Zahra yang tak bisa fokus melihat ke depan saja, tapi ia lebih sering menengok ke belakang demi menyaksikan ke uwu-an kedua orang tuanya yang berpelukan mesra, kedua tangan mamanya berada di perut papanya, dan tangan kiri papanya memegang tangan mamanya yang ada di perutnya sembari sesekali mengusapnya, so sweet banget kan..?
Zahra di belakang punggung Zayan beberapa kali berbisik memberi tahu adiknya tentang kemesraan kedua orang tuanya yang membuat Zayan sesekali melirik kaca spion untuk melihatnya, dan Zayan tersenyum senang melihat kemesraan orang tuanya seperti pasangan anak muda yang sedang kasmaran. Zayan sedikit risih merasakan gerakan kakaknya yang dibonceng tapi tidak mau diam karena sering menoleh ke belakang, ia berdecak mengomel "bisa anteng nggak sih duduk nya? Nggak usah nengok ke belakang juga kelihatan dari kaca spion oon", tapi Zahra yang nggak terima dibilang oon cuman bisa menjitak kepala adiknya yang memakai helm. Tapi Zahra menurut nggak lagi lihat ke belakang, iya juga ya..ia berfikir seperti membenarkan perkataan adiknya kalau dirinya oon, ngapain harus nengok ke belakang segala padahal dari kaca spion juga kelihatan.
Akhirnya keluarga Mia tiba di rumah pada pukul 23.03 wib itu artinya sudah hampir tengah malam, setelah memasukkan kedua motor ke dalam rumahnya, Andi menyuruh anak-anaknya untuk langsung tidur, istirahat. Mia yang seorang Ibu sedikit rewel tidak lupa mengingatkan anaknya untuk mencuci tangan dan kaki terlebih dahulu sebelum masuk kamar dan tidur. Akhirnya anak-anak sudah masuk ke kamarnya masing-masing, begitupun juga isterinya.
Sebelum Andi masuk ke dalam kamarnya ia memastikan dulu pintu teralis dan pintu kayu ruang tamunya sudah terkunci semua, menutup gorden, lalu mematikan lampu ruang tamu. Ia pun bergegas untuk masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Rasanya ia tidak ingin melewatkan malam ini begitu saja, setelah tadi melewati kebersamaan dan kehangatan malam bersama anak dan isterinya di luar rumah, kini saatnya ia ingin menikmati waktu kebersamaan dan kehangatan malam bedua dengan isterinya, menjadikan malam yang paling mengesankan buat mereka berdua. Ketika tadi melihat canda tawa riang anak-anaknya membuat Andi tersadar kebahagiaan keluarganya begitu sederhana, dengan mengajak anak isterinya keluar makan di pinggir jalan saja rasanya sudah sangat menyenangkan, apalagi waktu melihat senyum di wajah isteri cantiknya yang terus mengembang seperti semua merasakan kebahagiaan sederhana namun nyata.
Andi sudah berada di dalam kamarnya dan melihat Mia sudah ada di peraduan yang mungkin saja sudah hampir terlelap, setelah mengunci pintu kamar dan mematikan lampu utama kamar dan menyalakan lampu tidur yang temaram, Andi mendekap membangunkan Mia yang sudah setengah tak sadar karena mengantuk. Andi membalikkan tubuh isterinya lalu mulai menyentuhkan diri kepada Mia dengan lembut, halus dan sopan sekali, hingga membuat Mia terbuai dan merasakan terlena dengan perlakuan suaminya yang seolah sangat memanjakannya, membutuhkannya, membuatnya merasa paling berharga dan teristimewa. Mia membalas setiap sentuhan lembut suaminya dengan segenap hati, jiwa dan raga yang ia punya. Keduanya saling bertautan tak terlepaskan menyusuri perjalanan indah di malam hari dengan saling bekerja sama, saling melayani tidak ingin mendahului ataupun meninggalkan pasangan, bergandengan tangan hingga keduanya meraih puncak kenikmatan surga dunia bersama sama.
Malam yang sunyi dengan irama jam dinding yang berdetak sebagai saksi dua insan yang telah menyelesaikan ibadah terindah bersama, dengan bermandikan peluh dan detak jantung yang masih berkejaran keduanya saling mendekap seolah tak ingin melepaskan satu sama lain, Andi berulang kali membisikkan kata terimakasih kepada isteri yang sangat dicintainya itu sambil mengecup lembut keningnya berkali kali, membelai rambut panjang isterinya, yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Mia.
Andi meminta dan mengajak Mia untuk mengulanginya lagi dan lagi di malam ini, tapi Mia ingin meminta jeda waktu untuk dirinya beristirahat sejenak, bukan maksud hati untuk menolak keinginan suaminya ia hanya beralasan masih bisa melakukannya malam-malam esok hari, masih banyak waktu fikirnya. Akhirnya Andi menuruti kemauan isterinya yang mulai memejamkan matanya untuk tidur karena lelah, tapi ia sendiri tidak bisa memejamkan matanya. Ia memandangi wajah ayu isterinya yang begitu menenangkan apalagi dalam keadaan tertidur, senyuman manis terukir di bibirnya mensyukuri dalam hati dikaruniai isteri yang begitu sempurna di matanya, soleha dan sabar.
Sudah mencoba memejamkan mata tapi bukannya tertidur Andi malah terjaga sepanjang malam, ia seperti gelisah, mengatur bantal, merubah posisi tidur tapi ia tetap tak bisa terlelap sampai gerakannya mengusik tidur isterinya, Mia terbangun melihat suaminya yang belum tertidur lalu dengan mengerjapkan matanya melirik ke arah jam dinding, ternyata ia sudah tertidur dua jam lamanya namun suaminya belum tidur seperti gelisah ada yang difikirkan, tapi ketika Mia bertanya kenapa? Ada apa? Andi mengangguk lalu menggeleng seperti gelisah dan bingung mau menjawab apa. Akhirnya Mia menawarkan diri untuk memenuhi permintaan suaminya setelah merasa cukup ia tertidur, mencoba memberikan ketenangan dan pelayanan terbaik seorang isteri.
Benar saja setelah keduanya selesai ibadah suami isteri yang kedua kalinya, akhirnya Andi bisa lebih dulu terpejam dan Mia menghembuskan nafas merasakan lega karena suaminya bisa terlelap dan ia pun ikut memejamkan matanya dan terlelap bersama hingga pagi.
Saat sebelum suara adzan shubuh berkumandang Andi terbangun, lalu membangunkan Mia kemudian ia bergegas masuk ke kamar mandi untuk mandi wajib dan berwudhu setelahnya ia ingin mengajak anak laki-lakinya untuk sholat shubuh berjamaah di masjid komplek, tapi Zayan yang masih ngantuk seolah enggan untuk membuka matanya, tapi dengan sedikit memaksa Andi berhasil membawa Zayan ke masjid meskipun berjalan ke masjid dengan kaki yang diseret seolah tak ikhlas.
Sedangkan Mia melaksanakan sholat sendirian di kamarnya karena Zahra yang susah sekali dibangunkan, ia menyelesaikan sholatnya terlebih dahulu lalu akan membangunkan Zahra kembali setelahnya.
Selama sarapan bersama anak-anaknya, suaminya terlihat diam membisu memandang dengan tatapan kosong yang membuat Zahra bertanya, "papa kenapa? "
Andi menggeleng dan tersenyum "memang papa terlihat kenapa kak?" Menjawab dengan balik bertanya ke Zahra
"Papa kok bengong begitu, udah gitu sarapannya dimakannya sedikit tuh ma..papa malah minum kopi" teriak Zahra mengadu ke mamanya
Andi terkekeh kecil, "papa masih kenyang kak, terus matanya terasa sepet biar nggak ngantuk makanya minum kopi"
Setelah selesai sarapan akhirnya mereka berempat berangkat seperti biasanya mengantarkan anak-anak ke sekolah terlebih dahulu. Andi naik motor berboncengan dengan Zayan sedangkan Mia berboncengan dengan Zahra. Setelah anak-anaknya turun dan salim kepada kedua orang tuanya, Andi bilang ingin mengantarkan Mia sampai ke kantornya membuat Mia merasa aneh, tidak menyetujuinya, ngapain ia diantar segala padahal biasanya juga tidak, lagian suaminya pasti akan terlambat sampai ke kantornya kalau harus mengantarkan dirinya terlebih dahulu.
Akhirnya Andi menuruti kemauan Mia untuk berangkat sendiri seperti biasanya dan ia melepaskan isterinya seperti merasa berat sekali, dengan helaan nafas yang panjang ia berucap "hati-hati" sambil memeluk, mencium kening dan pipi Mia lalu mengusap kepala isterinya dengan sayang. Merasa aneh tapi Mia senang atas perubahan sikap suaminya yang berubah menjadi sangat perhatian dan seperti anak muda yang bucin kepada pasangannya. Akhirnya keduanya berpisah untuk berangkat bekerja ke kantor masing-masing.