menceritakan tentang seorang gadis mantan penari ballet yang mencari tahu penyebab kematian sang sahabat soo young artis papan atas korea selatan. Hingga suatu ketika ia malah terjebak rumor kencan dengan idol ternama. bagaimana kisah mereka, yukkk langsung baca saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon venn075, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Di tengah gemuruh bisikan yang mulai merayap pelan di antara para tamu, Cassi tetap melangkah tenang, menjaga wibawa sebagaimana yang telah diajarkan ayahnya. Setiap tatapan iri, kagum, bahkan penuh perhitungan dari mereka yang hadir malam itu tak mampu menggoyahkan ketenangan wajahnya. Ia tahu, malam ini adalah panggung perdananya di dunia bisnis — dunia yang selama ini hanya dia dengar dari cerita dan rapat-rapat singkat bersama sang ayah.
Namun, seiring langkahnya membawa Cassi semakin ke dalam ruangan, sesuatu menarik perhatiannya. Di sudut yang nyaris tak tersentuh cahaya, berdiri seorang pria — tegap, diam, dan seolah menjadi bayangan di antara para penguasa yang saling unjuk kuasa. Bukan sosok tua renta atau pria berwajah asing yang biasanya ia bayangkan mengisi ruangan seperti ini. Tapi seorang pria muda dengan setelan jas hitam sempurna dan aura yang justru berbeda dari siapa pun yang ada di sana.
Naluri Cassi seketika berteriak. Ada sesuatu yang salah.
Matanya menyipit, mencoba menembus keremangan itu. Dan detik berikutnya, Cassi terhenyak dalam diam. Ia mengenali pria itu. Sorot mata yang sama, garis rahang yang tegas, bahkan cara berdiri yang tak asing lagi baginya. Jihoon.
Namun mustahil. Ini bukan tempatnya. Ini bukan dunia yang pernah Cassi bayangkan akan dimiliki seorang idol sekelas Jihoon.
Pria itu tampak sadar sedang diamati. Untuk sesaat, mata mereka bertemu — dalam tatapan singkat yang penuh makna, sebelum pria itu memalingkan wajahnya, seolah keberadaannya memang tak seharusnya terungkap malam itu.
Cassi berdiri mematung. Dadanya sesak oleh seribu pertanyaan yang menyerbu tanpa permisi. Apa yang dilakukan Jihoon di sini? Apa perannya dalam pertemuan besar ini? Dan sejak kapan ia memiliki koneksi dengan dunia bisnis yang selama ini tak tersentuh oleh media?
Seolah membaca pikirannya, Jihoon—atau siapapun dia di ruangan ini—memilih menghilang ke dalam bayang-bayang, melebur bersama kelamnya kekuasaan yang tak terlihat.
Cassi berdiri terpaku, menyadari satu hal: laki-laki itu menyimpan rahasia yang jauh lebih besar dari yang selama ini ia bayangkan. Dan malam itu, untuk pertama kalinya, Cassi merasakan bahwa kisah antara dirinya dan Jihoon baru saja memasuki babak yang sama sekali berbeda.
---
Di tengah gemerlap dan hiruk pikuk pertemuan bisnis tertutup itu, Cassi merasa sesak. Terlalu banyak mata yang mengawasi, terlalu banyak bisik-bisik yang mengiringi setiap langkahnya. Ia memutuskan menepi sejenak, mencari ketenangan di lorong menuju toilet yang sepi dari keramaian.
Tanpa ia sadari, sejak awal ada sepasang mata yang terus membuntutinya — pria misterius itu, bayang-bayang asing yang selama ini diam-diam mengintainya. Malam ini, pria itu mengikuti langkah Cassi, lebih berani dari sebelumnya, menunggu momen di mana gadis itu benar-benar sendiri.
Cassi melangkah ringan ke arah cermin, menghela napas pelan sambil memperbaiki riasan di wajahnya. Saat itu pula, Jihoon yang dari awal mengamati gerak-gerik Cassi di antara kerumunan merasa ada yang tidak beres. Entah dorongan dari mana, kakinya bergerak mengikuti arah Cassi pergi, menembus lorong sepi yang hanya diterangi lampu temaram.
"Cassi," suara Jihoon terdengar tenang namun dalam.
Cassi terkejut, menoleh cepat ke arah suara itu. "Jihoon? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya pelan, masih terkejut dengan kemunculan pria itu.
Namun, di detik yang sama, mata Jihoon menangkap bayangan samar di ujung lorong — seorang pria berjas gelap yang berdiri mematung dalam diam. Tatapan Jihoon mengeras, tubuhnya menegang sesaat menyadari sesuatu. Ada orang lain di sini.
Pria itu seketika mundur selangkah, menghilang ke dalam gelap sebelum Jihoon sempat bergerak lebih jauh. Cassi tak menyadari apa pun, terlalu fokus pada Jihoon yang kini berdiri di hadapannya.
"Maaf… aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja," ucap Jihoon pelan, menyembunyikan kekhawatiran yang mulai menguasai dirinya.
Malam itu, Jihoon tahu — Cassi sedang diawasi oleh seseorang yang tidak seharusnya ada di sana. Namun ia memilih diam, menyimpan kegelisahannya sendiri. Karena Jihoon paham, satu kesalahan langkah saja, dan dunia Cassi akan benar-benar berubah.
---
Malam itu, di ruang kerja pribadinya yang megah, Han Seok Joon duduk bersandar di kursinya, menatap layar laptop yang menampilkan wajah istrinya — Eleanor Declan — yang kini menetap sementara di Amerika. Meski secara hukum mereka masih terikat sebagai suami istri, jarak dan ego telah lama memisahkan keduanya. Percakapan mereka lebih sering diwarnai ketegangan daripada kehangatan.
"Aku sudah mendengar tentang Jihoon," Eleanor membuka percakapan lebih dulu, suaranya dingin namun mengandung kekhawatiran yang sulit disembunyikan. "Dia mulai terlibat terlalu dalam, Seok Joon. Kau benar-benar membiarkan anak kita masuk ke dalam dunia ambisimu?"
Seok Joon menarik napas panjang, menatap Eleanor dengan sorot mata tajam. "Jihoon bukan lagi anak kecil, Eleanor. Cepat atau lambat, dia harus tahu di mana posisinya. Dunia bisnis ini miliknya juga."
"Aku membesarkan Jihoon untuk punya pilihan dalam hidupnya… bukan untuk dijadikan pion dalam permainanmu." Nada Eleanor meninggi, menyiratkan emosi yang selama ini dipendamnya. "Kau lupa… darahku juga mengalir dalam dirinya. Dia punya hak untuk memilih jalannya sendiri."
Seok Joon tersenyum tipis, senyum yang lebih mirip ejekan. "Pilihan? Dunia kita tak pernah menawarkan pilihan, Eleanor. Kau tahu itu lebih baik daripada siapa pun."
Eleanor terdiam sejenak, lalu menunduk sebelum kembali menatap layar. "Aku meninggalkan Korea bukan berarti aku menyerah. Aku hanya… tak ingin Jihoon tumbuh dengan melihat kita terus saling menjatuhkan."
Seok Joon tak menjawab, matanya menatap Eleanor lama, seolah menimbang sesuatu. "Cepat atau lambat, Eleanor… dia akan kembali pada dunia yang seharusnya menjadi miliknya. Kau bisa lari sejauh apa pun, tapi dia adalah anakku… dan anakmu."
Eleanor menggigit bibirnya, menahan amarah dan rasa sakit yang bercampur menjadi satu. "Jika kau menariknya terlalu dalam… aku yang akan kembali dan menariknya keluar, Seok Joon. Aku tak akan diam melihat Jihoon hancur karena ambisi kita."
Sambungan video itu terputus tanpa salam. Han Seok Joon terdiam lama, menatap layar kosong di hadapannya. Ada benarnya kata-kata Eleanor — Jihoon adalah darah dari mereka berdua. Tapi dalam benaknya, Seok Joon tahu… perang sesungguhnya baru saja dimulai.
---
Dalam perjalanan pulang malam itu, Cassi duduk diam di kursi belakang mobilnya, pandangannya menerawang menatap gelapnya jalanan kota. Setelah beberapa saat terdiam, ia akhirnya membuka suara dengan nada tenang namun tegas.
"Alexa," panggilnya pelan.
Asisten pribadinya yang duduk di depan segera menoleh. "Ya, Nona?"
"Cari tahu tentang Jihoon… semua yang bisa kau dapatkan. Bukan sebagai idol, tapi… siapa dia sebenarnya."
Alexa sempat terdiam, menangkap keseriusan di wajah Cassi. Tanpa banyak bertanya, ia mengangguk pelan. "Baik, Nona. Akan saya urus secepatnya."
Cassi kembali terdiam, menatap ke luar jendela. Malam itu, ada rasa penasaran yang mulai tumbuh—seolah firasatnya mengatakan bahwa Jihoon bukan hanya sekadar bintang di atas panggung.