John adalah seorang CEO yang memiliki perusahaan yang sukses dalam sejarah negara Rusia, Keeyara menikah dengan John karena perjodohan orang tua mereka. Pernikahan mereka hanya jadi bumerang bagi Keeyara, John sangat kasar kepada Keeyara dan dia sering menjadi pelampiasan amarahnya ketika John sedang kesal. John juga memiliki kekasih dan diam-diam menikahi kekasihnya itu, Arriel Dealova.
Istri kedua John seringkali cemburu kepada Keeyara karena ia memiliki julukan sebagai 'Bunga Lilac' karena memiliki wajah yang cantik yang selalu menarik perhatian para pemuda. Bulan demi bulan berlalu dan Keeyara mulai kehilangan emosi dan bahkan tidak merasakan apapun saat melihat John dan Arriel sedang menggendong bayi mereka di depan wajahnya. Hingga, beberapa deretan kejadian dan permasalahan membuat Keeyara mengalami kecelakaan yang sangat berat dan menyebabkan Keeyara meninggal dunia. Tetapi anehnya, dia kembali bangun pada tanggal 20 April 2022, tepat dihari pernikahan John bersama kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cakestrawby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
"Silahkan duduk." John mempersilahkan seseorang yang telah mengaku sebagai pengacara Keeyara untuk duduk di sofa, namun pria yang lebih tinggi satu kaki darinya itu hanya terdiam di tempat sambil mengeluarkan secarik kertas. Kening John seketika mengerut dalam saat mengambil kertas itu darinya.
"Surat perceraian yang telah di ajukan oleh Nona Keeyara untuk anda, mohon tandatangani secepatnya."
Seketika wajah John pucat, campuran antara kebingungan dan mungkin ketakutan saat membaca kata-kata yang tercatat rapih di atas kertas putih itu. Kepalanya di penuhi dengan pertanyaan-pertanyaan, merasa tugasnya telah selesai, pengacara yang di kirim oleh Keeyara berkata sebelum pergi sambil merapihkan jas yang di kenakannya.
"Nona Keeyara tidak meminta apapun dari anda, Tuan. Kali ini anda perlu belajar dari kesalahan anda sendiri, anda telah membuat kesalahan yang sangat besar. Jadi lebih bijaklah, Tuan Reonard. Karena dalam cinta anda perlu membalas perlakukan dan hal-hal baik yang anda terima, begitu pun dengan pernikahan. Jika anda tidak membalas cinta yang di berikannya dengan cinta yang sama, anda akan menyesalinya selamanya. Jika begitu, selamat tinggal sekarang." pengacara itu meninggalkan ruangan dan menutup pintu di belakangnya, meninggalkan John dengan berbagai pikirannya.
Entah apa yang salah dengan surat perceraian itu, padahal dia sendiri yang telah mendorong Keeyara menjauh dengan ketidak pedulian dan juga perselingkuhannya, namun mengapa hatinya terasa sakit hanya dengan membaca surat itu? belum sempat John mencerna semuanya, pintu terbuka dan memperlihatkan Ayahnya yang datang dengan wajah yang merah padam, nafas pria paruh baya itu tersengal-sengal karena menahan emosi.
"Kau bercerai dengan Keeyara?!" tanya Ryan sambil mengepalkan tinjunya, sementara itu John mengangguk dalam diam, tidak berani menatap sang Ayah.
"Apa yang kau pikirkan, bajingan? kau benar-benar idiot!" seru Ryan membuat John menggertakkan giginya erat-erat, kata-kata Ayahnya itu menusuk ulu hatinya, ia tahu Ayahnya akan semarah ini, karena begitu ia bercerai dengan Keeyara, maka proyek yang sejak lama Ayahnya nanti-nantikan itu tidak akan pernah terjadi. John yang duduk di kursinya, mengabaikan ayahnya dan tetap diam sambil menatap surat cerai itu. Pria paruh baya itu menggertakkan giginya karena kesal dengan ketidakpedulian John, bajingan ini bahkan tidak punya perasaan atau penyesalan apa pun terhadap wanita yang telah disingkirkannya.
"Ini semua salah! Kau tidak bisa menceraikannya, dialah kandidat terbaik bagimu untuk meneruskan garis keturunan keluarga!" seru pria paruh baya itu sambil meraih surat cerai di tangan John, tetapi langsung ditolak karena John menariknya kembali dari genggamannya.
"Kenapa tidak?" jawab John dengan nada tenang, meskipun ia merasa kesal dengan sikap keras kepala Ayahnya. "Bukankah ia sudah tidak berguna karena tidak bisa memberiku anak?" lanjutnya, membuat Ryan melebarkan matanya karena terkejut dengan ucapan kasar John.
"Ya..." John mengangguk sebelum Ryan sempat mencerna ucapannya, ia akhirnya mengangkat kepalanya untuk menatap sang Ayah. "Dia mandul, bahkan jika aku mencoba semua cara yang mungkin, dia tidak bisa hamil."
"Tetap saja kau menghancurkan segalanya, bodoh! Perusahaan yang telah di tawarkan oleh Keeyara kepadamu sebelumnya, itu tidak akan pernah kau dapatkan!" bentak Ryan, urat-urat wajahnya terlihat cukup jelas. "Jika saja kau tidak memberontak, kau dan aku mungkin akan menikmati semuanya, Fushion Group dan-"
"Satu-satunya hal yang merusaknya adalah kenyataan bahwa dia mandul." John memotong ucapan Ryan, ekspresinya berubah menjadi kesal, "Apa kau berharap aku akan tetap menjalani pernikahan dengan wanita yang bahkan tidak bisa memberiku anak?"
John tersenyum tipis melihat wajah frustasi Ayahnya, ia terus menatap Ryan. "Ayah, apakah kau peduli dengan Keeyara atau bisnismu yang mungkin bangkrut jika kau tidak memiliki seseorang seperti Dante untuk mendukungmu, Ayah?" lanjutnya.
Ryan terdiam sejenak. "Jangan bicara seperti itu, bajingan," gertaknya. "Kau tidak mengerti situasi kita, perusahaan ini di ambang kebangkrutan! Apa yang harus kulakukan kalau bangkrut?!"
John hanya menghela napas, Ayahnya terus menunjukkan keserakahan dan obsesinya terhadap perusahaan. "Aku bisa mendanai perusahaan dengan dana pribadiku jika itu yang kau khawatirkan."
Tatapan mata pria paruh baya itu langsung mengeras saat mendengar ucapan John. "Aku tahu kamu anak yang bodoh... tahukah kamu berapa total utangmu? Dana pribadimu tidak akan cukup untuk sebulan!" seru Ryan sebelum melanjutkan, "Bahkan selama ini Dante yang telah mendanai segalanya, entah itu perusahaanmu maupun perusahaanku!"
John mencibir menanggapi. "Sepertinya kau lupa bahwa aku menghasilkan lima ratus juta dari satu transaksi bisnis. Jangan khawatir, aku punya cukup uang untuk menjaga perusahaan tetap berjalan selama beberapa tahun."
Ryan memijat keningnya sebelum kembali menatap John dengan tajam. "Aku tidak perduli, kau harus meyakinkan Keeyara untuk kembali padamu, jangan harap aku akan menganggap mu sebagai anakku jika kau tidak bisa melakukan hal yang mudah seperti itu." kata Ryan, lalu dengan tatapan terakhir yang tertuju pada putranya, ia pun segera berbalik dan pergi meninggalkan ruangan pribadi John.
Sementara itu, John menyipitkan matanya saat Ayahnya meninggalkan kantornya, ia sudah terbiasa dengan ancaman pria itu. Ia mendengus, "Orang tua itu hanya tahu bagaimana melihatku sebagai investasi dan bukan putranya sendiri." ia sudah lelah dengan semua tuntutan Ayahnya, semua demi perusahaan. Terkadang ia bertanya-tanya apakah Ayahnya benar-benar melihatnya sebagai putranya atau hanya investasi untuk mewarisi warisan perusahaan.
Di rumah sakit, Keeyara terbangun dari tidur siangnya saat mendengar percakapan antara Yona dan juga James di samping tempat tidur. Wanita itu diam-diam melirik ke arah mereka, memperhatikan bagaimana Yona yang bergantung kepada pria paruh baya itu, mereka berdua tampak tidak menyadarinya.
"Ayah, aku ingin datang ke konser itu minggu depan, ya?" Yona menunjukan anak mata anjingnya untuk mendapatkan izin dari James, membuat pria paruh baya itu tertawa kecil dan langsung mengacak-acak rambut Yona dengan jenaka.
Keeyara tak kuasa menahan senyum saat melihat tatapan penuh kasih sayang James pada Yona. Menyadari jika dia tidak pernah mendapatkan tatapan seperti itu dari Ayahnya sendiri, ia tahu James adalah Ayah penyayang yang memanjakan putrinya, tetapi ini pertama kalinya ia melihatnya dari dekat.
"Tentu saja, sayang." James berkata sambil mencubit ujung hidung Yona dengan penuh kasih sayang, yang membuat gadis itu cemberut pura-pura. "Tapi kau tidak akan pergi sendiri, aku akan ikut denganmu."
Mendengar itu, Yona mengerang tetapi diam-diam merasa senang. "Ahh, Ayah, tidakkah Ayah percaya aku untuk pergi sendirian?" Yona mencoba bersikap seolah-olah dia tidak menyukainya tetapi sebenarnya dia tidak keberatan.
James terkekeh dan menepuk kepala Yona. "Tentu saja tidak, Sayang. Baru kemarin kamu kehilangan kartu kreditmu dan hampir melaporkannya dicuri."
"Hei, aku hanya kehilangannya beberapa menit!" protes Yona. "Aku menemukannya lagi di laci mejaku sendiri."
James tertawa terbahak-bahak. "Ya, di bawah tumpukan bungkus makanan ringan dan pakaian." dia tak dapat menahan diri untuk tidak menggoda putrinya sendiri, "Aku tidak ingin tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak menemukan kartu kreditmu."
"Ya, ya, Ayah tidak perlu terus-terusan mengomeliku." Yona menjawab sambil memutar bola matanya dengan jenaka. "Aku mungkin akan berakhir di sudut jalan, mengemis untuk membeli tiket konser."
James tertawa lagi mendengar candaan putrinya itu. Tanpa sengaja, ia melirik Keeyara dari sudut matanya yang tengah memperhatikan mereka berdua. Untuk sesaat, James akhirnya bangkit dan segera menghampiri tempat tidur.
"Keeyara, kau baik-baik saja? apakah kau butuh minum atau makan?"
Keeyara menggelengkan kepalanya lemah, merasa sedikit malu karena telah membebani James. "Tidak, aku baik-baik saja... terima kasih," katanya lembut, ada sedikit rasa malu di matanya.
James memperhatikan tatapan mata Keeyara dan menyadari bahwa dia mungkin merasa bersalah karena telah membuat masalah. Dia menepuk tangannya untuk menenangkannya. "Kamu tidak perlu khawatir tentang apa pun, Keeyara. Fokus saja pada istirahat dan pemulihan mu."
Keeyara tersentuh oleh kata-kata baik James dan cara dia memperlakukannya seperti putrinya sendiri. Dia tersenyum lemah dan mengangguk. "Terima kasih, Paman," katanya tulus. "Tapi... aku tidak ingin membebanimu maupun Kai, aku bisa mengurus diriku sendiri-"
"Jangan berbicara seperti itu, Kakak... tentu saja kau bisa bergantung kepada kami semua, karena kau akan menjadi bagian dari keluarga kami, sebagai istri Kakakku!" potong Yona dengan wajahnya yang berseri-seri.
🤦🏻🤦🏻🤦🏻🤦🏻