Dalam keluarga yang terhormat dan terpandang, Andi dan Risma hidup bahagia dengan dua anak laki-laki mereka. Namun, kebahagiaan itu berubah menjadi tragedi ketika Risma meninggal setelah melahirkan anak ketiga mereka yang diberi nama Annisa.
Andi yang sangat mencintai Risma, tidak dapat menerima kenyataan bahwa Annisa adalah penyebab kematian istrinya. Ia membenci Annisa dan tidak pernah menyentuhnya, bahkan ketika Annisa dewasa dan menderita penyakit serius.
Annisa yang sadar ayahnya membencinya, selalu mencari cara untuk mengambil kasih sayang Andi. Ia berusaha untuk menjadi anak yang baik dan membuat ayahnya bangga, namun Andi tetap tidak mau menerima Annisa.
Kisah ini menggambarkan konflik antara cinta dan kebencian, serta perjuangan Annisa untuk mendapatkan kasih sayang ayahnya. Apakah Annisa dapat membuat Andi mengubah pendapatnya dan menerima Annisa sebagai anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Annisa berjalan menghampiri Anton dan Mirna , mata nya ber kaca - kaca hendak menangis setelah mendengar Andi yang tak mengizin kan nya untuk ikut dengan Anton dan juga Mirna.
"Ica sayang " Anton memeluk Annisa penuh kasih sayang,lalu mencium kepala Annisa , Mirna yang terharu tak kuasa menahan tangis nya , air mata nya menetes kala melihat Anton yang sangat menyayangi Annisa.
Anton melepas pelukan nya,lalu Anton memegang kedua bahu Annisa seraya menatap mata Annisa,memberi sugesti agar Annisa dapat memahami apa yang akan ia sampai kan.
"Ica tau gak ,kenapa papa ngelarang Ica buat ikut pindah bareng kakak?"
Annisa menggelengkan kepala nya untuk memberi respon pada pertanyaan Anton.
"itu karena, papa gak mau jauh dari Ica, papa sayang Ica ,papa gak mau Ica ikut kak Anton dan akhir nya pergi ninggalin papa"
Mirna melirik Anton dan tersenyum , ia bangga pada suaminya karena sampai terpikirkan hal itu.
"kak Anton bohong ! kalo emang papa sayang Ica , kenapa papa selalu bentak Ica dan gak pernah mau dengerin Ica ?"
Annisa belum mempercayai Anton.
"yeh gak percayaan nih anak yah " Anton mencubit pipi Annisa tanda gemas.
"papa itu cuma gengsi ngakuin nya , percaya deh sama kakak,kalau papa itu sayang Ica , kalo emang papa gak sayang Ica nih yah, Ica gak bakal di rawat sampe setinggi dan se gembul ini hahahaha " tambah Anton,disertai candaan nya agar Annisa merasa tenang.
"betul itu , Ica kan pinter ,pikir aja sendiri ,kalo papa gak sayang Ica, sejak bayi dulu Ica udah di buang atau di kasih ke panti asuhan , bener kan?" Mirna ikut bicara , untuk meyakin kan Annisa.
Annisa menatap Anton dan Mirna , perkataan mereka ada benar nya juga pikir Annisa.
"yaudah deh, tapi Ica pengen nginep, sehari aja , boleh kan?"
akhir nya Annisa luluh ,namun Annisa tetap meminta untuk ikut menginap , sebelum Annisa benar - benar mengikhlas kan kepindahan Anton dan Mirna.
"boleh dong, kalo cuma nginep beberapa hari pasti di bolehin papa ,nanti kita ajak Aris juga yah" ujar Mirna , Annisa berhasil dibuat tersenyum, setelah bujukan Anton dan Mirna berhasil.
"ya sudah ,sekarang kita ke kamar kak Anton buat beberes " ajak Mirna menggandeng tangan Annisa.
"ok ! Ica mau bantu"
Anton tersenyum lega ,ia juga bersyukur memiliki istri seperti Mirna , Annisa memang sudah remaja ,namun Annisa akan selalu diperlakukan seperti adik kecil nya, Anton mengikuti kedua wanita yang ia sayang untuk mengemas barang - barang yang akan dibawa pindah ke rumah baru mereka.
..
Kini Anton dan Mirna telah pergi meninggalkan kediaman Andi ,untuk melanjutkan kehidupan rumah tangga mereka,dan akhir nya, berkurang satu penghuni rumah ini.
"Lihat sayang ,anak sulung kita sudah menikah ,dan beberapa bulan lagi ,semoga saja ada kabar baik dari mereka , kita akan segera punya cucu " Andi memegang bingkai foto mendiang Risma dan menceritakan anak sulung mereka, Andi meminta Anton dan Mirna untuk tidak menunda momongan Anton dan Mirna tentu saja setuju dengan itu ,karena mereka juga ingin cepat - cepat dikaruniai buah hati sebagai pelengkap pernikahan mereka.
"pa , ini teh nya" Annisa menyuguhkan teh buatan nya, dan juga beberapa obat yang akhir - akhir ini harus Andi minum secara teratur, Andi hanya berdehem seperti biasa nya, tak pernah Andi ucap kan kata terimakasih kepada Annisa.
"tunggu !"
Annisa yang hendak meninggalkan Andi ,menghentikan langkah nya mendengar Andi berseru kepada dirinya.
"kenapa pa?" tanya Annisa.
"lain kali biar buk Mirah yang siapin obat papa, jangan kamu " ucap Andi sangat jutek, Annisa hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Andi menuju dapur, wajah nya sangat kesal.
"kenapa sayang? kok keliatan kesal gitu " buk Mirah yang kini tengah memasak menghampiri Annisa sejenak.
"dulu kata kak Anton dan kak Mirna ,papa sayang aku buk, makanya papa gak ngebolehin aku ikut pindah sama kak Anton " Annisa mengeluarkan unek-unek nya pada buk Mirah.
"tapi , semakin hari papa semakin cuek ,malah aku udah gak dibolehin buat nyiapin obat papa hiks..! " Annisa mulai menangis , buk Mirah segera memeluk Annisa agar Annisa merasa tenang.
"sabar yah sayang , akan ada waktu nya papa kamu berubah jangan menyerah ,jangan lemah Ica kan kuat" buk Mirah yang memang sudah mengasuh Annisa dari bayi , tak pernah berhenti untuk mendukung dan menyemangati Annisa agar tak mudah goyah seperti ini.
Annisa mengangguk , ia hanya ingin melampiaskan emosi nya saja hari ini.
"buk Mirah?" Annisa memanggil nama buk Mirah yang masih memeluk nya erat.
"ada apa sayang? ,sok ngomong sama buk Mirah" ujar buk Mirah, seraya mengusap rambut panjang Annisa.
"itu ! gorengan nya gosong buk" ucap Annisa perlahan setelah melihat tempe goreng yang sedang di masak buk Mirah mulai menghitam dan berasap.
"Astaghfirullah! ,aduh piye lhoo ini duh, gosong deh " buk Mirah yang panik segera mematikan kompor dengan heboh nya.
Annisa tertawa melihat tingkah buk Mirah ,lalu membantu buk Mirah untuk memasak dan menyiap kan kembali bahan untuk menggoreng tempe.
..
" uhuk ! uhuk !"
buk Sari terbaring lemas di ranjang kamar nya, batuk buk Sari semakin parah.
"Annisa ?"
buk Sari memanggil Annisa sekencang yang ia bisa , entah mengapa ,saat ini buk sari sangat ingin memeluk cucu perempuan satu - satu nya itu.
"iya nek !" Annisa yang mendengar panggilan buk Sari segera masuk ke kamar nenek nya itu dan menghampiri buk Sari.
"nenek mau di ambil kan sesuatu? atau di pijitin ? cucu mu yang cantik ini akan melayani nenek dengan baik " Annisa yang sangat berbakti dan menyayangi nenek nya itu segera menawarkan diri nya untuk melayani sang nenek.
"nenek pengen di peluk" buk Sari merentang kan kedua tangan nya , annista tersenyum dan memeluk sang nenek erat, Annisa juga mencium pipi buk Sari tanda cinta nya pada nenek yang merawat dan mengasihi nya sejak ia dilahir kan sampai remaja.
"nenek ke rumah sakit yah? biar di obatin sama dokter spesialis loh nek ,jadi batuk nenek sembuh " di sela - sela pelukan nya, Annisa masih sempat membujuk buk Sari agar mau di bawa ke rumah sakit, buk Sari memang bandel, sudah beberapa cek ia lewati karena tak ingin pergi ke rumah sakit.
"udah lah, nenek gak bakal kegoda Ica ,nenek cuman mau istirahat sama cucu nenek dirumah" ujar buk Sari yang bosan dengan bujukan dari setiap anggota keluarga nya.
"biarin ca , nenek kamu ini emang nakal " canda buk Mirah yang juga sudah tak bisa lagi membujuk buk Sari untuk dibawa ke rumah sakit.
"wah lihat nek ,buk Mirah masakin bubur ayam kesukaan nenek, Ica suapin yah ", Annisa mengambil makanan yang dibawa oleh buk Mirah lalu menyuapi buk Sari.
Buk Sari makan lebih lahap hari ini,membuat Annisa bersyukur nenek nya masih bisa makan lahap.
"ca ,besok suruh Anton dan Mirna untuk berkunjung ,nenek kangen mereka, nenek mau bicara penting sama kalian semua" ujar buk Sari setelah selesai makan dan meminum obat.
"siap bos !" Annisa memberi hormat pada buk Sari ,membuat buk Sari memukul nya pelan.
"ha ha ha kamu ini, nenek udah tua gini masih aja diajak bercanda" ujar buk Sari seraya tertawa melihat cucu cantik nya yang selalu ceria dan membuat nya gemas itu.