HALIM
Di dunia yang dikuasai oleh kegelapan, Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya telah lama menjadi ancaman bagi umat manusia. Banyak pahlawan telah mencoba menantang mereka, tetapi tidak ada yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.
Namun, Halim bukanlah pahlawan biasa. Ia adalah seorang jenius dengan pemikiran kritis yang tajam, kreativitas tanpa batas, dan… kebiasaan ceroboh yang sering kali membuatnya berada dalam masalah. Dengan tekad baja, ia memulai perjalanan berbahaya untuk menantang sang Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, berbekal kecerdikan serta sistem sihir yang hanya sedikit orang yang bisa pahami.
Di sepanjang petualangannya, Halim akan bertemu dengan berbagai ras, menghadapi rintangan aneh yang menguji logikanya, dan terlibat dalam situasi absurd yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar sedang menjalankan misi penyelamatan dunia atau justru menjadi bagian dari kekacauan itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ILBERGA214, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14: Langkah di Bawah Bayang-Bayang
Halim terus berjalan menyusuri hutan yang perlahan kembali tenang. Daun-daun hijau berbisik lembut diterpa angin, sementara burung-burung berkicau seolah menyambut cahaya matahari yang mulai mengintip dari balik pepohonan.
Ia menghela napas panjang. Fakta bahwa Elyra adalah seorang Jenderal Raja Iblis memang sulit diterima. Apalagi setelah semua yang mereka lalui bersama.
...Halim meremas rambutnya sendiri. "Terkadang aku heran, padahal cuma mau ngalahin Raja Iblis, bukan jadi bagian dari drama romantis aneh!"...
Belum lagi tatapan matanya yang penuh amarah saat pergi. Halim yakin, kalau mereka bertemu lagi, Elyra pasti tak akan segan-segan melancarkan serangan tanpa basa-basi.
..."Tapi ya sudahlah," gumamnya. "Yang penting aku masih hidup."...
Ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan memperhatikan sekeliling. Hutan ini, meskipun terlihat damai, tetap menyimpan potensi bahaya. Halim sudah cukup berpengalaman untuk tahu bahwa monster atau bandit bisa muncul kapan saja.
..."Kalau tidak waspada, aku bisa jadi makanan serigala dalam hitungan detik," katanya pada diri sendiri....
Di balik kewaspadaannya, ada hal lain yang mengganjal di pikirannya. Elyra menggunakan sihir pemanggil untuk menciptakan Golem raksasa. Itu bukan kemampuan biasa. Hanya penyihir tingkat tinggi atau makhluk berkekuatan energi sihir tinggi yang mampu melakukannya.
..."Apa aku bisa melakukan panggilan makhluk seperti itu juga?"...
..."Kalau dia sekuat itu, bagaimana dengan sembilan Jenderal lainnya?"...
Pertanyaan itu membuat Halim merinding. Jika Elyra hanyalah salah satu dari sepuluh pilar Raja Iblis, maka kekuatan yang dimiliki sembilan lainnya pasti tak kalah mengerikan. Apalagi Raja Iblis sendiri, yang konon kekuatannya cukup untuk menghancurkan kerajaan dalam sekejap.
Saat pikirannya mulai jernih, samar-samar terdengar suara gemerisik di antara semak-semak. Halim segera berhenti, matanya menyipit waspada. Tangannya terulur ke gagang pedang di pinggangnya.
..."Monster?" bisiknya pelan....
Namun, yang muncul dari balik semak itu bukanlah monster, melainkan seorang anak kecil. Bocah laki-laki dengan rambut cokelat kusut, wajahnya penuh debu, dan pakaian lusuh yang robek di beberapa bagian. Mata anak itu membelalak ketakutan saat melihat Halim.
..."Hei, jangan takut," kata Halim sambil mengangkat tangannya untuk menunjukkan bahwa dia tidak berbahaya....
Anak itu tetap diam, tubuhnya gemetar. Halim perlahan berjongkok agar tidak terlihat mengancam.
..."Kamu sendirian di sini?" tanyanya lembut....
...Bocah itu mengangguk pelan. Suaranya nyaris tak terdengar saat ia menjawab. "Aku... aku lari dari desa."...
..."Lari?" Halim mengernyit. "Kenapa?"...
Sebelum bocah itu bisa menjelaskan, terdengar suara gemuruh dari arah hutan. Suara langkah kaki yang berat, disertai raungan mengerikan. Halim langsung tahu apa yang mendekat.
..."Monster," gumamnya....
...Tanpa pikir panjang, ia berdiri dan menarik pedangnya. "Berdiri di belakangku!"...
Bocah itu langsung berlari mendekat, bersembunyi di balik tubuh Halim. Dari balik pepohonan, seekor monster berbentuk serigala raksasa dengan bulu hitam pekat muncul. Matanya berkilat merah, air liurnya menetes saat mencium aroma manusia.
..."Lycan," ujar Halim pelan. "Kelas menengah. Seharusnya bisa ditangani."...
Monster itu menggeram, siap menerkam. Namun, Halim tak menunjukkan sedikit pun rasa takut. Ia justru tersenyum tipis.
..."Ayo, kita akhiri ini cepat."...
Dengan satu hentakan, Lycan melesat ke arah Halim. Cakar tajamnya mengayun dengan kecepatan tinggi. Namun, Halim sudah terbiasa menghadapi serangan semacam ini. Dengan gerakan lincah, ia bergerak ke samping, menghindari serangan itu dengan mudah.
..."Terbuka."...
Pedangnya berkilat di bawah sinar matahari, memantulkan cahaya saat ia mengayunkannya dengan presisi. Tebasan itu mengenai kaki depan Lycan, membuat monster itu meringkik kesakitan.
Namun, Halim tahu itu belum cukup. Monster seperti Lycan dikenal memiliki daya tahan yang luar biasa. Ia harus memastikan serangan berikutnya cukup kuat untuk mengakhiri pertempuran.
..."Maaf saja, tapi aku tidak akan membuang waktu lebih lama."...
Dengan cepat, Halim berlari mendekat, menghindari cakaran berikutnya. Pedangnya berputar di udara sebelum menghunjam tepat di jantung Lycan. Raungan kesakitan menggema, namun hanya berlangsung sesaat sebelum monster itu tumbang.
Halim menarik napas lega, lalu menatap bocah yang masih bersembunyi di belakangnya.
..."Kamu nggak apa-apa?"...
Anak itu mengangguk pelan, meski masih terlihat gemetar. Halim berjongkok agar sejajar dengannya.
..."Namamu siapa?"...
..."Rian," jawab bocah itu lirih....
..."Rian, mulai sekarang kamu aman," ucap Halim dengan suara menenangkan. "Aku akan mengantarmu ke tempat yang lebih aman."...
...Bocah itu menatap Halim dengan mata yang berkaca-kaca. "Terima kasih, Kak."...
Halim hanya tersenyum tipis, meski di dalam hatinya masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Menapa Rian kabur dari desa? Apakah ada hubungan dengan Raja Iblis? Apa dia korban bandit?
Tapi untuk saat ini, yang terpenting adalah memastikan anak ini selamat. Dan Halim tahu, selama dia masih bernapas, dia akan terus melindungi mereka yang membutuhkan.
..."Yuk, kita pergi."...
Dengan langkah yang mantap, Halim berjalan membawa Rian keluar dari hutan, meninggalkan sisa pertempuran di belakang mereka.
sekarang semakin banyak yang mengedit dengan chat GPT tanpa revisi membuat tulisan kurang hidup. saya tahu karena saya juga pakai 2 jam sehari untuk belajar menulis. Saya sangat afal dengan pola tulisan AI yang sering pakai majas-majas 'seolah' di akhir kalimat secara berlebihan dengan struktur khas yang rapih.
ya saya harap bisa diedit agar lebih natural.
Udah baca eps 1 ini, ceritanya lumayan menarik. Kapan² gue kesini lagi ya kalau ada waktu, Semangat.