NovelToon NovelToon
Merindukan Pelangi Saat Hujan

Merindukan Pelangi Saat Hujan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Anak Yatim Piatu / Wanita Karir / Angst
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rahma Banilla

Memiliki julukan sebagai anak pembawa sial, tak membuat gadis bernama Chessy larut dalam kesedihannya. Ya, anak pembawa sial adalah julukannya sejak dia di lahirkan, karena kelahirannya yang berbarengan dengan kematian kedua orang tuanya.

Kehidupan yang begitu menderita membuatnya tak lantas putus asa, dia selalu meyakinin bahwa akan ada pelangi setelah hujan, akan ada kebahagiaan setelah penderitaan, dan inilah yang selalu di rindukan Cheesy, Merindukan Pelangi saat hujan.

Dapatkah Cheesy menemukan kebahagiaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jalur prestasi

Jam istirahat pun tiba, Cheesy dan melody seperti biasa lebih memilih tetap di kelas memakan bekal yang mereka bawa dari rumah.

"Eh sy, kamu bawa bekal apa?" Tanya melody yang saat ini duduk bersebelahan di bangku kelasnya.

"Aku cuma bawa nasi sama telor ceplok Mel." Jawab Cheesy.

"Kalau kamu?" Tanyanya kemudian.

"Aku bawa nasi sama lauknya ayam teriyaki Sy." Jawab Melody.

"Kamu mau?" Tawarnya kemudian.

"Emang Boleh?" Tanya Cheesy.

"Boleh dong Sy." Jawab Melody lalu menyendokan Ayam teriyaki dan memasukannya ke dalam kotak bekal milik Cheesy.

"Terimakasih Mel." Ucap Cheesy menatap melody sembari tersenyum.

Melody hanya membalasnya dengan senyuman, keduanya pun mulai menyantap makanan mereka.

"Hai." Sapa kenzie yang tiba tiba sudah ada di samping Cheesy saat Cheesy dan melody baru saja menyelesaikan makan siangnya.

"Hai ken." Balas Melody sembari melambaikan tangannya.

Melody begitu senang saat tiba tiba cowok yang di idolakan nya datang menghampiri nya.

Kenzie hanya tersenyum sekilas pada Melody lalu kembali menatap Cheesy.

"By the way makasih ya, udah bantu aku tadi." Ucap Kenzie.

"Harusnya aku yang berterimakasih Ken, karena kamu aku tidak jadi di hukum sama Bu Gendis." Ucap Cheesy.

"Sebenarnya tadi aku memang sedang malas ikut pelajaran Bu Gendis, jadi aku sengaja ingin di hukum Bu Gendis tapi malah ngga dihukum." Ucap Kenzie yang nampak tersenyum kecut karena kecewa.

"Kenapa?" Tanya Cheesy heran.

"Entahlah, aku lagi males saja." Jawab Kenzie yang memang tidak suka dengan pelajaran matematika.

"Ngga boleh gitu ken, kita itu sebentar lagi ujian akhir loh." Tegur Cheesy.

"Iya sih." Sahut Kenzie.

"By the way kamu mau lanjut kuliah dimana?" Tanya Kenzie.

"Aku? kayanya sih aku ngga lanjut kuliah." Jawab Cheesy.

"Kenapa?" Tanya Kenzie.

"Aku ngga mau membebani Kakek, mungkin lebih baik aku cari kerja sih." Jawab Cheesy.

"Ohhh, kenapa kamu ngga coba daftar lewat jalur beasiswa aja, kamu kan pinter Sy, aku yakin kamu akan dengan mudah diterima kuliah dengan jalur prestasi." Ucap Kenzie memberi saran pada Cheesy.

"Emang ada ya kuliah yang pakai beasiswa?" Tanya Cheesy yang memang kurang update.

"Ada dong! mau ngga? nanti aku bantu kalau kamu mau coba daftar." Tawar Kenzie.

"Hmmm boleh Ken, tapi aku tidak merepotkan kamu kan?" Tanya Cheesy yang merasa tidak enak jika harus merepotkan kenzie.

"Sama sekali tidak." Jawab Kenzie.

"Kenzie, kamu kok perhatian banget sih sama Cheesy, padahal sama yang lain kamu selalu cuek?" Tanya melody yang sedari tadi diam memperhatikan Kenzie yang begitu perduli pada Cheesy.

"Suka suka aku lah mau peduli pada siapa, ngga ada urusannya sama kamu kan." Jawab Kenzie jutek.

"Ihh tuh kan, sama aku jutek tapi sama Cheesy lembut banget, jangan jangan kamu suka ya sama Cheesy?" Tebak Melody.

"Apaan sih Mel." Cheesy menyenggol lengan Melody.

"Oh ya, Kalau kamu apa sudah ada rencana mau lanjut kuliah dimana?" Tanya Cheesy mengalihkan pembicaraan Melody.

"Belum." Jawab Kenzie singkat.

"Kenapa?" Tanya Cheesy heran.

"Masih bingung aja, Papah memintaku untuk daftar akpol, karena Papah ingin aku mengikuti jejaknya, tapi jujur aku tidak berminat menjadi polisi, aku ingin menjadi pengusaha saja." Jawab Kenzie.

"Kenapa ngga jadi polisi aja Ken, pasti keren." Sahut Melody yang tiba tiba ikut bicara.

"Aku ngga berminat jadi polisi, pekerjaan polisi itu berat, aku aja sering kasihan sama Mamah karena sering di tinggal tugas sama Papah, jadi polisi itu hampir 24 jam kerjanya, kadang cuti saja tetap harus berangkat kalau kedinasan membutuhkan." Terang Kenzie.

Cheesy hanya terdiam, karena mengingat Ayahnya yang kata kakek adalah seorang anggota polisi, bahkan Ayahnya meninggal pun karena tertembak saat menjalankan tugasnya.

"Kamu kenapa Sy?" Tanya Kenzie saat menyadari Cheesy tiba tiba murung.

"Aku inget sama Ayah, Ayah ku seorang polisi juga, tapi dia gugur dalam bertugas tepat saat aku di lahirkan, jadi aku belum sempat bertemu dengannya." Ungkap Cheesy.

"Astagfirullah, aku baru tau Sy, kamu ngga pernah cerita sebelumnya." Ucap Melody mengusap pundak Cheesy.

"Iya, aku memang tidak mau cerita, karena aku..." Cheesy tak sanggup bercerita karena setiap mengingat orang tuanya dada Cheesy terasa sesak. Airmata Cheesy pun luruh di pipinya.

Melody yang melihatnya pun memeluk Cheesy sembari mengusap punggungnya.

"Yang sabar ya Sy." Ucap Melody menguatkan Cheesy.

"Iya Mel, maaf ya aku jadi cengeng gini." Ucap Cheesy yang segera menyeka air matanya.

Kenzie hanya terdiam, merasa kasihan pada gadis yang berhasil merebut perhatiannya.

***

"Jadi bagaimana Ken? Apa kamu sudah ada gambaran mau melanjutkan kemana setelah lulus SMA? Papah dan mamah akan menghargai dan mendukung apapun yang menjadi keputusan kamu." Langit menepuk pundak Kenzie yang saat ini duduk di sofa lalu duduk di sampingnya.

Ya, Kenzie adalah anak pertama langit dan Ranti, Sahabat Gilang Ayah Cheesy.

"Sepertinya sudah Pah." Jawab Kenzie singkat.

"Jadi mau lanjut kemana Nak?" Tanya Langit.

"Sebelum Kenzie jawab, Kenzie mau tanya sesuatu boleh Pah?" Ucap Kenzie.

"Boleh sayang, Kamu mau tanya apa?" Ucap Langit.

"Pah, apa ada kuliah yang bisa gratis tanpa biaya apapun?" Tanya Kenzie membuat langit mengerutkan keningnya.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu sayang? Apa kamu ingin kuliah gratis gitu? Papah masih mampu membiayai kamu sayang, sekolah gratis itu hanya untuk orang orang yang tidak mampu." Ucap Langit yang mengira kenzie ingin kuliah yang gratis.

"Bukan Pah, bukan untuk Kenzie, tapi untuk temen Kenzie." Sanggah Kenzie.

"Siapa?" Tanya Langit penasaran.

"Ada Pah, teman sekolah Kenzie, dia sudah tidak memiliki orang tua Pah, kedua orang tuanya meninggal saat dia lahir, dan sekarang dia tinggal bersama kakek dan neneknya.

Dia itu anaknya pinter banget Pah selalu jadi juara kelas, tapi dia malah tidak bisa melanjutkan kuliah karena tidak ingin membebani kakeknya." Terang Kenzie.

Ucapan Kenzie membuat langit mengingat anak dari Gilang yang saat ini tinggal bersama orang tua Dita.

Menyadari Papahnya melamun kenzie mengerutkan keningnya merasa heran.

"Papah?" Panggil Kenzie menepuk pelan lengan Papahnya.

"Ah ya sayang." Sahut Langit yang tersadar dari lamunannya.

"Kok Papah malah melamun, bukannya menjawab pertanyaan Kenzie." Protes Kenzie.

"Maaf sayang, Papah tadi teringat dengan anak Om Gilang." Ucap Langit jujur.

"Om Gilang yang teman kerja Papah itu ya, yang gugur saat bertugas?" Tanya Kenzie yang ingat dengan cerita Papahnya.

"Iya sayang, udah lama banget Papah ngga nengokin anak Om Gilang, pasti dia sudah sebesar kamu Nak, karena usia kalian itu hampir sama, beda beberapa bulan saja." Jawab Langit.

"Ihhh Papah kenapa malah bahas yang lain sih. Papah belum jawab pertanyaan Kenzie tadi." Protes Kenzie.

"Pertanyaan yang mana Nak?" Tanya Langit.

"Ada ngga kuliah yang benar benar gratis Pah, untuk teman Kenzie." Jawab Kenzie mengulang pertanyaannya.

"Ohh, Banyak sayang, apalagi temen kamu pintar kan, pasti mudah dapat beasiswa." Jawab Langit.

"Caranya Gimana Pah?" Tanya Kenzie penasaran.

"Coba kamu tanyakan jurusan apa yang ingin dia ambil, nanti Papah akan bantu carikan." Jawab Langit.

"Beneran Pah?" Tanya Kenzie menatap sang Papah dengan senyum yang mengembang.

"Iya sayang." Jawab langit.

"Terimakasih Pah." Ucap Kenzie memeluk lengan sang Papah.

"Tapi besok Kenzie temenin Papah untuk menemui anak dari Om Gilang ya, Papah juga sekalian akan mendaftarkan dia untuk kuliah, Papah harus memastikan kalau anak Om Gilang sekolah dengan baik." Pinta Langit.

"Oke Pah." Sahut Kenzie.

1
Metana
Tuh kan /Sob//Sob//Sob/
Metana
Aku baca ini takut tiba-tiba Pak Heru meninggal juga/Sob//Sob//Sob/
Metana
Agak miring ni otaknya. Kematian itu udah takdir gak bisa kita salahin orang lain apalagi ini bayi yang di salahin. Berduka itu boleh tapi jangan. sampai berlarut-larut, harus ikhlas walaupun gak mudah.
Metana
bagus penggambarannya aku suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!