NovelToon NovelToon
Endless Shadows

Endless Shadows

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Menyembunyikan Identitas / Slice of Life / Kultivasi Modern
Popularitas:311
Nilai: 5
Nama Author: M.Yusuf.A.M.A.S

Bayangan gelap menyelimuti dirinya, mengalir tanpa batas, mengisi setiap sudut jiwa dengan amarah yang membara. Rasa kehilangan yang mendalam berubah menjadi tekad yang tak tergoyahkan. Dendam yang mencekam memaksanya untuk mencari keadilan, untuk membayar setiap tetes darah yang telah tumpah. Darah dibayar dengan darah, nyawa dibayar dengan nyawa. Namun, dalam perjalanan itu, ia mulai bertanya-tanya: Apakah balas dendam benar-benar bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan? Ataukah justru akan menghancurkannya lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.Yusuf.A.M.A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Secercah Cahaya di Tengah Kegelapan

Beberapa hari berlalu setelah kebakaran toko roti milik Ibu Ryan. Pagi itu, Ryan berdiri di depan pintu rumahnya, bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Ia mengenakan jaket sederhana dan membawa sebuah kantong plastik berisi buah-buahan untuk Elma. Sebelum melangkah keluar, ibunya menghampirinya dengan raut wajah penuh perhatian.

"Ryan, kau akan ke rumah sakit lagi?" tanya ibunya lembut sambil merapikan kerah jaket Ryan.

Ryan mengangguk. **"Ya, Bu. Elma masih belum sadar, dan aku ingin memastikan semuanya baik-baik saja." Ibunya tersenyum kecil, meskipun ada kekhawatiran di matanya. "Kau anak yang baik, Ryan. Sampaikan salamku kepada orang tua Elma. Dan jangan terlalu larut pulangnya, ya."

"Tentu, Bu. Terima kasih," jawab Ryan sebelum mencium tangan ibunya. Ia melangkah keluar rumah dengan tekad di hati, meskipun perasaan cemas terus menggelayut.

Setibanya di rumah sakit, suasana terasa sunyi dan penuh dengan harapan yang menggantung. Ryan berjalan menuju ruangan tempat Elma dirawat. Di depan pintu kamar, ia melihat kedua orang tua Elma sedang duduk di kursi tunggu dengan raut wajah lelah namun penuh harap.

"Om, Tante," sapa Ryan sambil menganggukkan kepala. "Bagaimana kondisi Elma?"

Ayah Elma berdiri dan menjabat tangan Ryan. "Ryan, terima kasih sudah datang. Elma masih belum sadar, tapi dokter bilang kondisinya stabil. Kita hanya perlu bersabar."

Ryan mengangguk pelan. "Semoga Elma segera membaik, Om, Tante. Saya tahu dia kuat."

Ibu Elma tersenyum lembut, meskipun matanya berkaca-kaca. "Terima kasih, Ryan. Kehadiranmu berarti banyak bagi kami dan Elma."

Ryan mengambil tempat duduk di dekat mereka, menunggu bersama dalam keheningan yang penuh doa. Tak lama kemudian, terdengar suara mesin monitor yang mulai berbunyi lebih teratur. Semua mata tertuju pada Elma, yang perlahan membuka matanya.

Suara lembut mesin monitor kesehatan terdengar ritmis di ruangan putih rumah sakit. Elma membuka matanya perlahan, dan pandangannya yang buram mulai menangkap siluet wajah ibunya yang tersenyum penuh haru. "Elma, kau sadar," suara ibunya terdengar gemetar, setengah tak percaya.

Ryan, yang duduk di sudut ruangan dengan wajah penuh kecemasan, segera berdiri. Matanya berkaca-kaca, meskipun ia berusaha menyembunyikannya. "Elma! Kau... kau akhirnya sadar," katanya sambil melangkah mendekat.

Elma tersenyum lemah. "Apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara serak, mencoba memahami situasi di sekitarnya.

Ibunya meraih tangan Elma dengan lembut. "Kau mengalami kecelakaan, Nak. Tapi sekarang kau sudah lebih baik. Dokter bilang kau bisa segera pulang jika kondisimu terus membaik."

Elma mengangguk perlahan, tapi matanya tertuju pada Ryan. "Kau baik-baik saja, Ryan?"

Ryan tertegun. Ia tidak menyangka Elma akan menanyakan keadaannya, meskipun ia tahu gadis itu selalu memikirkan orang lain lebih dulu. "Aku baik-baik saja," jawabnya singkat, meski hatinya masih diselimuti rasa bersalah. "Yang penting sekarang adalah kesehatanmu."

Dokter masuk ke ruangan, memeriksa kondisi Elma. "Pemulihanmu sangat baik," katanya sambil membaca catatan medis. "Jika semuanya berjalan lancar, kau bisa keluar dari rumah sakit dalam dua hari. Tapi ingat, jangan terlalu lelah, terutama dengan ujian kelulusan yang tinggal sebulan lagi."

Elma tersenyum tipis. "Terima kasih, Dokter. Aku akan berusaha."

Dua hari kemudian, Elma kembali ke rumah dengan sambutan hangat dari keluarganya. Ryan sering mengunjungi Elma untuk memastikan ia tidak terlalu memaksakan diri. Meskipun senyum Elma kembali menghiasi hari-hari mereka, Ryan tidak bisa melupakan ancaman dari Hery dan suruhannya.

"Elma, kau yakin akan ke sekolah minggu depan?" tanya Ryan suatu sore saat mereka duduk di taman belakang rumah Elma. Suasana di sana tenang, ditemani angin sepoi-sepoi yang membawa aroma bunga mawar.

Elma mengangguk. "Aku tidak bisa ketinggalan lebih banyak pelajaran, Ryan. Ujian kelulusan sudah dekat, dan aku tidak ingin menyerah hanya karena kecelakaan ini." Ryan menatapnya dengan khawatir. "Tapi Hery mungkin belum selesai dengan rencananya. Aku tidak ingin kau dalam bahaya lagi."

Elma meraih tangan Ryan dengan lembut, membuatnya terkejut. "Ryan, aku tahu kau ingin melindungiku, dan aku sangat menghargainya. Tapi aku tidak bisa hidup dalam ketakutan selamanya. Jika aku berhenti sekarang, itu berarti aku membiarkan mereka menang."

Kata-kata Elma mengingatkan Ryan pada keberanian yang sering ia lihat dalam diri gadis itu. Meski ia ingin menyanggah, ia tahu bahwa Elma benar. "Baiklah," katanya akhirnya. "Tapi aku akan memastikan kau aman di sekolah. Aku janji."

Minggu berikutnya, Elma kembali ke sekolah. Teman-teman sekelasnya menyambutnya dengan antusias, meskipun ada beberapa yang tetap menunjukkan sikap dingin karena takut dengan pengaruh Hery. Ryan selalu berada di dekat Elma, mengawasinya dari kejauhan saat ia sibuk dengan tugas sekolah.

Namun, di balik semua itu, Hery tidak tinggal diam. Ia merasa frustrasi karena rencananya untuk menghancurkan semangat Ryan dan Elma tidak berhasil. Bersama anak buahnya, ia merencanakan serangan baru, kali ini lebih terorganisir dan berbahaya.

Di lain sisi, Ryan terus melatih kekuatan bayangannya. Malam-malamnya dihabiskan dengan belajar mengendalikan energi gelap yang kini menjadi bagian dari dirinya. Ia tahu waktunya semakin sempit untuk menghentikan Hery sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi.

Di akhir hari, Ryan dan Elma duduk di tangga depan sekolah, menikmati sore yang tenang. "Ryan," kata Elma tiba-tiba. "Terima kasih karena selalu ada untukku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak ada di sini."

Ryan tersenyum kecil, meskipun hatinya masih penuh dengan konflik. "Aku yang seharusnya berterima kasih, Elma. Kau memberiku alasan untuk terus berjuang."

Mereka terdiam, membiarkan angin sore membawa keheningan yang nyaman. Namun, di hati Ryan, ia tahu bahwa kedamaian ini tidak akan bertahan lama. Hery masih ada di luar sana, dan bayang-bayang kegelapan terus menghantui setiap langkah mereka.

Pertempuran besar semakin dekat, dan Ryan bertekad untuk melindungi Elma dengan segala cara, meskipun itu berarti harus menghadapi sisi tergelap dari dirinya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!