Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 9
Di rumah makan, dinda terlihat sangat sibuk melayani pelanggan yang datang silih berganti.
"Dinda." panggil pemilik rumah makan, yang bernama bu santi.
Dinda yang merasa di panggil pun, segera menghampirinya. "Iya bu, ada apa?" tanyanya sopan.
Bu santi pun tersenyum. "Nanti siang tolong antarkan catering, ke tempat proyek di ujung desa. Sebab hari ini pak asep tidak masuk kerja, karena sakit. Tidak apa-apa, kan?" jawab bu santi menatap penuh harap.
"Baik bu. Nanti saya akan antarkan."
Bu santi tersenyum, sebab dinda tidak pernah menolak perintahnya. itulah sebabnya, dia sangat menyukai dinda. bahkan bu santi pernah meminta dinda, untuk menjadi menantunya.
Namun hal itu di tolak oleh dinda, dengan alasan jika dirinya lebih nyaman dengan kehidupannya sekarang.
Pukul 11.00...
Dinda pun bergegas mengantarkan catering, dengan menggunakan motor maticnya.
Tak perlu waktu yang lama, dinda kini sudah berada di tempat proyek yang di maksud bu santi.
Dinda pun turun dari motornya, dan segera membawa semua catering nya.
"Eh neng dinda. Sini saya bantu." Seorang pegawai proyek, menghampiri dinda yang sedikit kesusahan.
Dinda pun tersenyum. "Terima kasih, pak. Ini catering nya, mau di bawa kemana?"
"Sebentar, saya tanyakan dulu pada pak mandor ya, neng." Pegawai itu pun pergi menghampiri seorang laki-laki, yang sedang memperhatikan para pegawainya.
Tak lama kemudian, pegawai itu pun kembali menghampiri dinda.
"Neng, kata pak mandor antarkan saja makanannya, ke tenda sebelah sana." Pegawai menunjuk ke arah tenda, yang cukup besar.
Dinda yang mengerti pun mengangguk paham. dengan di bantu oleh pegawai tadi, dinda pun berjalan menuju ke tenda itu.
Sepanjang langkahnya, dinda sesekali melihat ke arah bangunan besar yang belum selesai.
Dia tersenyum sendiri, membayangkan jika dirinya juga dapat membangun rumah untuknya dan gevano.
Tanpa menyadari, jika baru saja dia berpapasan dengan laki-laki yang selama ini dia hindari.
Begitu pun dengan raffael, yang tidak menyadari keberadaan dinda. sebab sedang sibuk menerima panggilan, dari orang tuanya.
Jarak mereka berdua pun tidak jauh, hanya terhalang oleh tumpukan batu bata. namun takdir sepertinya, belum mengizinkan mereka untuk bertemu.
Dinda yang sudah selesai pun, segera pergi dari sana. saat dirinya menaiki motornya, di situlah raffael memperhatikannya dari kejauhan.
"Itu siapa?" tanya raffael pada roy, yang baru saja kembali dari toilet.
Roy menatap dinda, kemudian mengangkat bahu acuh. "Gue enggak tahu." jawabnya singkat.
Raffael pun mengangguk pelan,sesaat melihat kembali ke arah dinda. namun sayang, saat kembali memperhatikan ternyata dinda, sudah tidak ada di sana lagi.
"Lagi lihat apa, lo?" tanya roy heran.
Raffael menggeleng pelan. "Gue enggak lihat apa-apa."
Merasa tidak ada pembahasan lagi, mereka pun masuk ke dalam tenda berukuran besar.
Di dalam sana, mereka pun segera memakan catering yang di antar oleh dinda tadi.
Raffael pun menyuruh beberapa pegawai, untuk membagikan makanan yang sudah dia pesan untuk semua orang.
Begitulah sikap raffael, yang selalu berbagi kepada semua orang tanpa memandang bulu.
"Mau kemana, lo?" Roy yang masih makan pun melihat raffael, yang beranjak dari duduknya.
Raffael pun menoleh. "Gue mau ketemu vano dulu. Sebab gue udah janji sama dia."
"Ya udah, gue tetap di sini aja."ujar roy kemudian, melanjutkan lagi makannya.
Raffael pun mengangguk dan pergi dari sana. dirinya sudah tidak sabar, untuk segera bertemu dengan gevano.
Tak berselang lama, raffael pun sampai di depan kosannya dinda. namun dia tidak melihat keberadaan gevano di sana.
Raffael pun berusaha untuk mencari keberadaannya, namun tetap saja tidak ada tanda-tanda, keberadaan gevano di sana.
Raffael sedikit menghela nafas, merasa kecewa karena tidak dapat bertemu dengan gevano.
Dia pun memutuskan, untuk kembali ke tempat proyek lagi.
" Om tampan." Tiba-tiba saja terdengar suara anak kecil, yang memanggilnya.
Raffael menghentikan langkahnya dan seketika mengukir senyum, saat melihat gevano yang sedang berlari ke arahnya.
"Om tampan, benelan datang. Aku kila, om lupa." Gevano berdiri di hadapan raffael, dengan mengangkat kepalanya menatap laki-laki bertubuh jangkung itu.
Raffael pun segera berjongkok. "Om enggak akan lupa, vano. Kamu sendiri dari mana? Om kira kamu yang lupa?" ujarnya terkekeh.
Gevano tersenyum lebar. "Tadi aku ikut om inces beli ketoplak. Telus om inces jalannya lama. Jadi kita balu sampai, om."
Raffael tersenyum tipis, merasa gemas saat melihat gevano yang terlihat sedang mengoceh.
Dia pun menatap lekat wajah gevano, tanpa berpaling sedikit pun.
"Hayo, lagi ngomongin om, ya?" Inces yang baru sampai pun menegur gevano.
Gevano terkekeh. "Eh... om inces sudah sampai. Vano kila om belum sampai."
Inces hanya mendelik saat gevano sedang menggodanya. "Pintar kamu, ya."sahutnya gemas.
Gevano tersenyum kikuk, begitu pula dengan raffael yang ikut tersenyum melihat tingkah tingkah gevano
" Vano, sekarang kita mau main apa?"tanya raffael, mengalihkan perhatian gevano dan inces.
"Kita main mobil-mobilan yuk, om." jawab gevano antusias.
Raffael pun mengangguk pelan dan mengikuti gevano, yang berjalan terlebih dahulu menuju ke dalam kosan.
"Om tunggu di sini, ya? Vano mau ambil mainan dulu." titah Vano menepuk kursi, yang terbuat dari bambu.
Raffael pun mengikuti perintah gevano. kini dia pun duduk di bangku itu, di temani oleh inces.
"Eh... aku mau tanya boleh?" Inces yang dari tadi memperhatikan raffael, kini membuka suaranya.
Raffael menoleh pada inces. "Tanya apa?"
Inces mendelik, saat mendapatkan jawaban yang begitu singkat dari raffael.
"Apa kamu sudah menikah?" celetuk inces, santai.
Raffael seketika mengernyitkan dahi, saat mendengar pertanyaan dari inces.
Inces yang paham akan raut wajah raffael pun, kembali bersuara. "Eh... sorry, eike masih normal. Eike, cuma mau memastikan sesuatu aja." sela inces cepat.
Raffael pun menghela nafas, bersyukur jika laki-laki di sampingnya ini masih normal.
"Aku belum menikah. Memangnya kenapa?"
Inces terdiam, saat mendengar jawaban dari raffael. sebenarnya dia masih penasaran dengan raffael dan gevano, yang kebetulan memiliki kemiripan.
"Enggak apa-apa. Eike cuma nanya aja. " ujar inces tersenyum kikuk.
Raffael mengangkat bahu acuh, setelah itu kini giliran dia yang bertanya kepada inces.
"Apa aku boleh tahu, siapa ayahnya vano?" tanya raffael, yang berhasil membuat inces terdiam.
Sebenarnya bukan raffael saja, yang penasaran tentang ayahnya gevano. bahkan inces sudah berulang kali mencoba membujuk dinda untuk memberitahunya.
Namun dinda tetap pada pendiriannya, yang tidak mau memberitahu siapa ayah gevano sebenarnya.
"Eike juga tidak tahu. Tapi yang eike tahu, kalau ayahnya Vano, tidak tahu dengan keberadaannya sekarang. Sebab ibunya Vano pergi, saat ayahnya Vano menikah dengan perempuan lain. Dan pada saat itu juga ibunya Vano,sedang mengandung." jawab inces panjang lebar.
Raffael pun terdiam, dirinya semakin penasaran dengan kehidupan gevano. namun entah mengapa, raffael merasa jika saat dekat dengan gevano, hatinya selalu merasa hangat.
"Kalau boleh aku tahu. Siapa nama ibunya vano?" Raffael menatap inces penuh harap.
lanjut Thor 🥰