NovelToon NovelToon
Gerbang Tanah Basah: Garwo Padmi Dan Bisikan Malam Terlarang

Gerbang Tanah Basah: Garwo Padmi Dan Bisikan Malam Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Poligami / Janda / Harem / Ibu Mertua Kejam / Tumbal
Popularitas:64.9k
Nilai: 5
Nama Author: Hayisa Aaroon

Di Era Kolonial, keinginan memiliki keturunan bagi keluarga ningrat bukan lagi sekadar harapan—melainkan tuntutan yang mencekik.
~
Ketika doa-doa tak kunjung dijawab dan pandangan sekitar berubah jadi tekanan tak kasat mata, Raden Ayu Sumi Prawiratama mengambil jalan yang tak seharusnya dibuka: sebuah perjanjian gelap yang menuntut lebih dari sekadar kesuburan.
~

Sementara itu, Martin Van der Spoel, kembali ke sendang setelah bertahun-tahun dibayangi mimpi-mimpi mengerikan, mencoba menggali rahasia keluarga dan dosa-dosa masa lalu yang menunggu untuk dipertanggungjawabkan.

~

Takdir mempertemukan Sumi dan Martin di tengah pergolakan batin masing-masing. Dua jiwa dari dunia berbeda yang tanpa sadar terikat oleh kutukan kuno yang sama.

~

Visual tokoh dan tempat bisa dilihat di ig/fb @hayisaaaroon. Dilarang menjiplak, mengambil sebagian scene ataupun membuatnya dalam bentuk tulisan lain ataupun video tanpa izin penulis. Jika melihat novel ini di

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hayisa Aaroon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tuntutan Martin

Martin tidak menjawab sapaan formal Sumi. Ia hanya beranjak dari duduknya untuk sedikit membungkuk hormat, sebuah gestur sopan yang lebih merupakan kebiasaan dibanding ketulusan. 

Matanya tak lepas dari sosok perempuan yang berdiri beberapa langkah darinya—perempuan yang semalam berada dalam pelukannya, yang kini bertindak seolah mereka tak lebih dari kenalan biasa.

"Silakan duduk kembali, Tuan van der Spoel," ucap Sumi, dengan senyum dipaksakan.

Perempuan itu masih menghindari tatapannya, dan Martin mulai merasa kesal. Setelah semalam mereka seperti sepasang kekasih, pagi ini ia seakan dicampakkan begitu saja. Dibuang seperti sesuatu yang memalukan, yang perlu disembunyikan.

Martin duduk kembali, mengambil cangkir teh yang masih hangat dan menyesapnya perlahan. 

Tatapannya tak lepas dari Sumi yang duduk dengan postur sempurna, begitu anggun dan terjaga. 

Tidak ada tanda-tanda dari perempuan bebas dan penuh gairah yang ia temui semalam di Kedung Wulan.

Matanya menangkap bekas kemerahan yang hampir rata di leher Sumi, sedikit terlihat di atas kerah kebayanya yang tinggi. 

Seperti bekas kerokan yang sering ia temui pada para pelayan pribumi di rumahnya ketika mereka sedang tidak enak badan. 

Martin tahu persis bahwa itu bukan hanya bekas kerikan—itu bekas ciumannya semalam, bekas yang dengan susah payah coba disembunyikan Sumi di balik kerah tinggi dan pengobatan tradisional.

Bayangan bagaimana semalam ia memuja leher itu berkelebat dalam benaknya, membuat kekesalannya pada Sumi semakin bertambah. 

Sementara Sumi yang berusaha tenang mulai bertambah ketakutan saat Martin tak kunjung bersuara. 

Keheningan di antara mereka terasa menyesakkan, diperparah oleh tatapan Martin yang tak lepas darinya. Ia memberanikan diri sedikit mengangkat wajah, penasaran mengapa pria itu diam saja.

Ketika tatapan mereka bertemu. Dada Sumi berdetak keras, sampai terasa nyeri. Martin tersenyum tipis melihat bagaimana wajah Sumi bersemu, dan bagaimana perempuan itu kembali menundukkan pandangan, seperti gadis muda yang baru pertama kali bertemu lelaki tampan.

"Tuan van der Spoel," akhirnya Sumi membuka suara, berusaha keras menjaga nada suaranya tetap tenang. "Maaf, tadi Anda berkata akan mengembalikan barang-barang saya yang tertinggal?"

Martin masih diam. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya—sebuah kekecewaan yang tidak ia duga akan terasa begitu dalam. 

Perempuan di hadapannya kini memanggil namanya dengan cara yang sama seperti saat mereka pertama bertemu—formal, dingin, penuh jarak. 

Seolah-olah malam yang mereka habiskan bersama tak pernah terjadi. Seolah kata-kata mesra yang dibisikkan Sumi di telinganya semalam hanyalah omong kosong.

Entah mengapa Martin merasakan sakit di hatinya. Ini pertama kalinya ia merasa begitu dekat dengan seorang perempuan, dan kini perempuan itu memperlakukannya seperti orang asing yang baru dikenal.

Sumi yang tidak kunjung mendapat tanggapan dari Martin mulai merasa tidak nyaman. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha tenang, menolak untuk terlihat lemah di hadapan pria ini.

Dengan menarik napas panjang, Sumi kembali mengangkat wajahnya, mencoba tegar saat bertemu dengan mata biru Martin yang tampak terluka.

"Tuan Martin," ucapnya lirih, mencoba melepaskan sedikit keformalan dalam sapaannya. "Maafkan saya tentang semalam."

"Hanya maaf saja?" tanya Martin dengan suara beratnya yang terdengar serak, campuran antara kecewa dan marah.

Sumi menunduk lagi, susah payah menelan ludah. Kerongkongannya terasa kering, dan jantungnya berdebar semakin kencang. 

"Apa yang Anda harapkan dari saya yang sedang putus asa, Tuan?” Suara Sumi semakin lirih. “Saya juga tidak mengerti bagaimana semalam ... saya bisa seperti itu. Jadi, katakan apalagi yang bisa saya lakukan selain meminta maaf?"

Martin menatap lama wajah cantik di hadapannya. Ada jeda yang menyiksa Sumi sebelum akhirnya ia berkata, "Kenapa kau tidak menanyakan kabarku sore ini?" Nada suaranya sedikit melunak, tapi tetap ada pedih di dalamnya. "Seperti semalam kau yang begitu peduli, menanyakan apa aku sudah puas? Apa setelah apa yang terjadi di antara kita, kau tidak ingin tahu bagaimana keadaanku?"

"Ah, maaf.” Sumi mencoba tersenyum dan mengangkat wajahnya lagi, kali ini dengan usaha yang lebih besar. “Bagaimana kabar Tuan, sore ini?"

"Kabarku?" Martin tersenyum sedih. "Tidak baik, Nyonya. Aku terus memikirkanmu sepanjang hari, dan aku …," ia terdiam sejenak, seperti mencari kata yang tepat, atau mungkin keberanian untuk mengucapkannya. "Aku merindukanmu."

Napas Sumi tertahan mendengar kata-kata itu. Jantungnya berdetak semakin cepat. Mulutnya terbuka tapi tidak ada kata-kata yang bisa ia ucapkan.

“Apa kau tidak merindukanku?” tanya Martin dengan mencondongkan tubuhnya ke depan, berharap Sumi juga merasakan apa yang dia rasakan.

"Tuan Martin," ucap Sumi pelan, matanya melirik gugup ke sekitar, takut ada abdi atau garwo ampil yang mendengar percakapan mereka. "Saya mohon jangan katakan hal seperti itu. Kita tidak bisa—"

"Kenapa tidak?" potong Martin, suaranya lebih tegas. "Apa yang terjadi semalam bukan sekadar kebetulan, Sumi. Ada sesuatu di antara kita, sesuatu yang ... kuat."

Sumi menunduk semakin dalam. "Semalam adalah kesalahan, Tuan. Saya ... saya tidak melihat Anda. Saya melihat suami saya."

Martin tampak semakin terluka mendengar pengakuan itu. "Apa?"

"Saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya," Sumi melanjutkan, suaranya semakin pelan dan bergetar. "Tapi semalam, ketika saya melihat Anda di tepi sendang, yang saya lihat adalah Kangmas Soedarsono, bukan Anda. Saya tidak tahu bagaimana atau mengapa, tapi itu yang terjadi."

Martin terdiam, mencoba mencerna informasi ini. Apakah itu alasan mengapa Sumi begitu berbeda semalam? 

Apakah ia benar-benar mengira sedang bersama suaminya, tapi itu benar-benar tidak masuk akal, Sumi tidak sedang mabuk semalam?

"Jadi …," ucapnya perlahan, "semua yang terjadi semalam, semua yang kau katakan, semua yang kau lakukan ... itu bukan untukku? Itu untuk suamimu?"

Sumi tidak menjawab, tapi keheningannya cukup menjadi jawaban. Martin merasakan sakit yang lebih dalam di hatinya, seolah seseorang baru saja menusuknya dengan sebilah pisau. 

"Aku tidak terima itu," ucap Martin tegas, mengejutkan Sumi. 

Sumi mengangkat wajahnya, mulai takut dengan nada suara Martin yang mendadak keras. "Apa maksud Tuan?"

"Kau tidak bisa begitu saja mengatakan bahwa itu kesalahan dan melupakan apa yang terjadi semalam," lanjut Martin, suaranya kini lebih tenang namun penuh tekanan. "Kau harus bertanggung jawab."

Sumi tersentak, seolah baru saja ditampar. Wajahnya memucat bingung. "Bertanggung jawab?" 

Ia memberanikan diri bertanya, meski suaranya nyaris seperti bisikan. "Bagaimana caranya saya ... bertanggung jawab?"

Martin terdiam sejenak, seolah memikirkan kata-kata yang tepat. Lalu, ia beralih ke bahasa Belanda.

“Jika apa yang terjadi semalam adalah sebuah kesalahan, baiklah. Tapi bagaimanapun, kau telah menodaiku. Aku bukan perjaka lagi.”

Sumi mengerutkan dahi, kebingungan. "Maaf, Tuan. Saya tidak begitu mengerti maksud Anda."

Martin beralih kembali ke bahasa Melayu. "Aku meminta kau bertanggung jawab dengan menikahiku."

"Apa?" Sumi hampir tersedak. "Itu ... itu tidak mungkin, Tuan Martin!"

"Mengapa tidak?" Martin tersenyum tipis, seolah menikmati keterkejutan Sumi. "Itu sangat mungkin. Lagipula, bukankah kau akan diceraikan? Aku akan sabar menunggu sampai waktu itu tiba."

Wajah Sumi semakin pucat. Dari mana Martin tahu tentang kemungkinan perceraiannya? Apakah berita itu telah tersebar begitu luas hingga ke telinga orang Belanda?

"Itu hanya desas-desus," sanggah Sumi cepat. "Tidak ada perceraian. Dan bahkan jika itu terjadi, tetap saja Tuan Martin seorang Eropa dan saya Jawa. Kita ... kita tidak bisa ...."

"Kita bisa," potong Martin. "Sekarang ini banyak sekali pernikahan campuran yang terjadi."

"Tuan Martin," Sumi mencoba kembali menguasai diri. "Mungkin Tuan tidak memahami sepenuhnya kerumitan situasi ini. Saya seorang Raden Ayu, istri utama dari keluarga Prawiratama. Saya tidak bisa begitu saja ... meninggalkan semua itu."

"Mengapa tidak?" tantang Martin. "Jika suamimu memang akan menceraikanmu demi perempuan lain, apa yang membuatmu tetap bertahan? Kesetiaan pada apa? Pada siapa?"

Sumi terdiam. Pertanyaan Martin menghantam tepat di titik keraguan terdalamnya. Mengapa ia tetap bertahan? 

Demi kehormatan keluarga? Demi status sosialnya? Atau hanya karena ia tidak tahu apa yang harus dilakukan jika bukan menjadi Raden Ayu Prawiratama?

1
neng Ai💗
Kenapa tidak anda saja bu,kan anda yg berambisi tinggi/CoolGuy/
𝗧𝗘𝗥 𝗝𝗔𝗘-𝗝𝗔𝗘🥳
ini Kusuma iniii bener-bener orang yang gila jawabatan dan kekuasaan, herann jabatan bupati gak boleh jatuh ke orang lain, harus keluarga sendiri 🙄🙄🙄
Amelia Puji Rahayu
meskipun g punya jabatan bukan berarti Sudarsono akan berhenti,bisa jadi nanti kanjeng mami berbalik mendukung Sudarsono untuk ngerebut Sumi lg
Tati st🍒🍒🍒
bisa2 dia gila kalau salah satu anaknya gagal laguh jadi bupati....apa bener istri ke 3 soudarsono hamil,jangan2 bukan anak sodarsono🤭
Amaryn
Makin seruu inii ….lanjut thoorr 😍😍😍
FiaNasa
kanjeng ibu gak putus asa nih,mau pake cara licik..ayo tuan van der spoel lawan terus mereka,,gunakan kecerdasan tuan van der spoel untuk melawan kelicikan kluarga prawiratama
🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ🍒⃞⃟🦅
eeellahhh dalahhh ,
Kusumawati gila hormat,
anak yg di banggakan mundur dari bupati milih anak dari garwo ampil ,
segampang itu ?
jabatan bupati itu warisan apa maksudnya ,
yg bisa di ambil secara turun temurun ,
harapan keluarga spoel ya pasti Sumi menjadi menantu sah , resmi istri Martin
rintangan apa yg bakal dihadapi Sumi dan Martin
🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ🍒⃞⃟🦅: endak percoyo ,bisa jadi dia hamil sama laki2 lain ,atau bisa karangan saja
🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ🍒⃞⃟🦅: enjehhh ndoroo
🤭
total 4 replies
Anggita 2019
kyknya Pariyem hamil sama cowok lain x
Amaryn: Sama niiy sepemikiran…Sumi ama Lastri susah bener hamil nya …tetiba Iyem dah hamil ajaa
total 1 replies
Amara
ehh ..menteri pertanian disuruh alih profesi jadi bupati, salah jabatan ini Kanjeng Kusumawati...
Bila hati tak ingin kehilangan semua dalam sekejap apapun akan di laksana kan,sebagai pengganti Soedarsono semoga tidak berbuat di luar batas.

Vander spoel ,tetap waspada seperti kata Dekker....
ada harimau terluka, yang di selimuti kuasa kegelapan.
pelan tapi pasti Soedarsono, akan membalas semua dengan lebih berani dan licik.
Amara: owalah salah baca saya ndoro 🙈, dulu zaman saya kecil mantri itu setara dokter,mohon maaf kalau salah mengartikan ,ternyata ada mantri 2 juga di bidang lain.
matursembah nuwun ,pencerahannya🙏
Hayisa Aaroon: mohon maaf, bukan menteri tapi mantri 😄🙏
total 2 replies
Mami Eni
22:18
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
walah dalah kok yaa lgsg ada penganti sihh
dan lastri kann tau juga rasanya jd sumi too klo sumi smpe 15th
lah plg situ 5 than yaa

tp si pariyem kok bisa hamil ada misteri apa coba kok smpe g bisa hamil
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndini Andana: kek nya sih gitu.. /Shy//Slight/
#gosippagi
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈: bisa jadi yaaa gtu
total 3 replies
mbok e Gemoy
sepertinya kanjeng ibu pandai memanipulasi data??atau punya bestie yang bisa mengatur semuanya??
mbok e Gemoy
jangan gitu nian lah buk,mungngkin lastri sama sumi korban dari ibunya pariyem loh,
biasanya kalau cerita ndoro tuh suka gak ketebak
mbok e Gemoy
serius beneran hamil???
mbok e Gemoy
kalimat yang menyuratkan hal besar akan terjadi
Nina Puspitawati
langit runtuh
Amara
katone Kanjeng Ibu bekingane Soedarsono jeng, sebagai ibu yang "gila hormat" pasti akan berupaya dengan segala cara ,daya dan upaya buat melenggangkan langkah Soedarsono buat jadi bupati dan sebisa mungkin melanggengkan kekuasaan berpusat pada dirinya 😊.

wes su'udzon tenan iki karo kanjeng kusumawati .
pangapurane nggih ibu
Amara: lhaiyo to kog bisa ngono,aku kerep ngono kui jal
🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ🍒⃞⃟🦅: nyasarr ndoroo 🤣
total 4 replies
Titik Luk Aida
bagus ndoro setiap konflik ada solusinya bikin deg degan tapi tetep bersemangat Krn pemecahan masalah nya yg jenius.
sat set pancal sana pancal sini,,,
Tati st🍒🍒🍒
lanjut
gaby
Crita yg sangat bagus, minim typo. Bener2 crita yg klasik yg mengaduk emosi
Hayisa Aaroon: Suwun, Ndoro 😍🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!