Di balik tirai kemewahan dan kekuasaan, Aruna menyembunyikan luka yang tak terobati, sebuah penderitaan yang membungkam jiwa. Pernikahannya dengan Revan, CEO muda dan kaya, menjadi penjara bagi hatinya, tempat di mana cinta dan harapan perlahan mati. Revan, yang masih terikat pada cinta lama, membiarkannya tenggelam dalam kesepian dan penderitaan, tanpa pernah menyadari bahwa istrinya sedang jatuh ke jurang keputusasaan. Apakah Aruna akan menemukan jalan keluar dari neraka yang ia jalani, ataukah ia akan terus terperangkap dalam cinta yang beracun?
Cerita ini 100% Murni fiksi. Jika ada yang tak suka dengan gaya bahasa, sifat tokoh dan alur ceritanya, silahkan di skip.
🌸Terimakasih:)🌸
IG: Jannah Sakinah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Suatu malam, setelah anak mereka tidur, Aruna dan Revan duduk berdua di ruang keluarga. Revan menatap Aruna dengan senyuman yang hangat, lalu berbicara dengan lembut, "Aku tahu hidup kita tidak selalu mudah, Aruna. Tetapi aku merasa begitu bersyukur memiliki kamu di sisiku. Kamu adalah segalanya bagiku."
Aruna tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Aku merasa hal yang sama, Revan. Aku merasa sangat diberkahi bisa menjalani hidup ini bersamamu."
Revan meraih tangan Aruna dan menggenggamnya erat. "Kita akan terus melangkah bersama, Aruna. Tidak peduli apa yang terjadi, aku akan selalu ada di sini untukmu."
Aruna menundukkan kepala, merasakan cinta yang tulus mengalir dalam dirinya. "Aku percaya padamu, Revan. Aku tahu kita bisa melalui apapun bersama." Revan menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis.
"Aruna." Panggil Revan sembari melirik Aruna dengan tatapan penuh cinta.
"Hm." Gumam Aruna menolehkan wajahnya melihat Revan sehingga tatapan keduanya bertemu.
"Kita sudah melewati banyak hal dan kita sudah sampai di titik ini, bolehkah kita merubah panggilan satu sama lain?" Tanya Revan membuat Aruna mengerutkan dahinya lalu tersenyum paham.
"Tentu saja, sayang," ucap Aruna sembari tersenyum membuat Revan senang dan salah tingkah.
"Makasih sayang," ucap Revan ikut tersenyum.
"Hahaha." Keduanya tertawa bersamaan karena merasa bahagia, lucu, malu, di tambah gejolak cinta yang semakin membara di hati mereka.
Di malam yang penuh kehangatan itu, mereka berdua merasa lebih kuat dari sebelumnya. Mereka tahu bahwa hidup akan terus membawa tantangan, tetapi dengan cinta yang mereka miliki, mereka siap menghadapi setiap langkah baru yang datang.
Kehidupan Aruna dan Revan kini berjalan lebih tenang, tetapi mereka tahu bahwa perjalanan mereka sebagai pasangan dan orang tua tidak akan pernah berhenti.
Setiap hari membawa tantangan baru, tetapi juga kebahagiaan yang lebih besar. Meskipun kadang-kadang lelah, mereka tetap saling menguatkan, berbagi tawa dan cinta yang tak terhingga.
Aruna kini merasa lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya sebagai ibu, dan Revan, meskipun sibuk dengan pekerjaannya yang padat, selalu ada untuknya, memberikan dukungan yang ia butuhkan.
Hari-hari itu terasa indah meskipun penuh dengan rutinitas yang menuntut. Aruna kini lebih sering membawa bayi mereka keluar untuk berjalan-jalan di sekitar taman dekat rumah mereka.
Revan, yang biasanya sibuk dengan urusan pekerjaan, menyempatkan waktu untuk ikut berjalan-jalan bersama mereka pada akhir pekan. Mereka menikmati setiap momen sederhana ini, seolah-olah dunia di luar sana tidak lagi begitu penting.
Pada suatu sore, Aruna duduk di teras rumah, menatap matahari yang terbenam dengan tenang. Bayi mereka tidur nyenyak di kereta dorong di sampingnya, dan angin sore yang sejuk menyentuh kulitnya.
Aruna merasa damai, tetapi ada juga sedikit perasaan cemas yang mengganggunya. Ia menatap langit dan berpikir tentang masa depan mereka.
Revan datang mendekat, duduk di sebelah Aruna, dan menatapnya dengan lembut.
"Apa yang sedang kamu pikirkan, Sayang?" tanyanya, suaranya penuh perhatian.
Aruna tersenyum kecil dan menggelengkan kepala. "Aku hanya berpikir tentang semua yang telah kita lalui. Kadang aku merasa kita sudah melalui begitu banyak hal, dan kini kita memiliki anak kita. Tapi entah kenapa, aku merasa ada yang kurang. Mungkin aku hanya takut bahwa hidup kita tidak akan selalu berjalan lancar."
Revan meraih tangan Aruna, menggenggamnya erat. "Tidak ada hidup yang selalu lancar, Sayang. Kita pasti akan menghadapi banyak tantangan di masa depan, tapi aku tahu kita bisa menghadapinya. Kita sudah membuktikan itu. Kita kuat bersama."
Aruna menatap Revan dengan mata yang penuh rasa terima kasih. "Aku tahu kamu benar, Sayang. Tetapi kadang aku merasa takut jika aku tidak bisa menjadi ibu yang baik untuk anak kita. Aku ingin memberikan yang terbaik untuknya, untuk kamu, dan untuk diri kita sendiri."
Revan tersenyum dengan penuh kasih sayang. "Kamu sudah melakukan yang terbaik, Sayang. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Tidak ada ibu yang sempurna, dan yang paling penting adalah kita mencintai anak kita dengan sepenuh hati. Itu sudah lebih dari cukup."
Aruna menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Ia tahu bahwa Revan benar.
Dalam perjalanan ini, mereka sudah melalui banyak hal, dan setiap hari mereka semakin tumbuh sebagai individu dan pasangan.
Perasaan cemas itu mungkin akan selalu ada, tetapi mereka bisa menghadapinya bersama.
Kehidupan mereka semakin terisi dengan momen-momen kebahagiaan yang sederhana, tetapi penuh makna. Setiap hari, mereka belajar satu sama lain, berbagi tawa, dan memberi dukungan.
Aruna merasa semakin dekat dengan Revan, dan mereka semakin memahami satu sama lain. Meskipun ada banyak hal yang belum mereka pahami, mereka tahu bahwa cinta mereka adalah dasar yang kokoh untuk menjalani semua itu.
Di tengah kesibukan yang kadang terasa luar biasa, mereka selalu menemukan waktu untuk saling berbicara.
Waktu-waktu itu sering kali penuh dengan tawa kecil, canda, dan percakapan yang mengalir begitu alami.
Mereka berbicara tentang masa depan, tentang impian mereka, tentang bagaimana mereka ingin anak mereka tumbuh besar dan berkembang.
Suatu malam, setelah makan malam bersama, Revan duduk di samping Aruna, yang sedang menyusui bayi mereka. Ia memandang mereka berdua dengan senyum hangat.
"Aku selalu merasa tenang ketika melihat kalian berdua," katanya dengan lembut. "Aku merasa sangat diberkahi."
Aruna tersenyum dan menatap Revan. "Aku merasa hal yang sama, Sayang. Aku merasa sangat diberkahi bisa memiliki kamu di sini, menemani aku menjalani hidup ini."
Revan menggenggam tangan Aruna. "Kita akan selalu bersama, Sayang. Tidak ada yang lebih penting daripada kita, keluarga kita. Apa pun yang terjadi, kita akan selalu saling mendukung."
Aruna menundukkan kepala, merasakan betapa dalamnya cinta yang ia rasakan untuk Revan. "Aku percaya padamu, Sayang. Aku tahu kita bisa menghadapi apapun bersama. Aku merasa kuat ketika aku bersamamu."
Revan mencium puncak kepala Aruna. "Kamu sudah kuat, Sayang. Kamu sudah menunjukkan itu sejak dulu. Kita akan terus melangkah bersama, satu langkah pada satu waktu. Tidak ada yang bisa menghentikan kita."
Masa depan selalu terasa penuh ketidakpastian, tetapi Aruna merasa lebih siap menghadapinya.
Tidak lagi hanya dengan harapan dan impian, tetapi dengan kenyataan bahwa ia memiliki seorang suami yang selalu ada untuknya.
Revan adalah penopang hidupnya, dan bersama-sama mereka siap menghadapi setiap tantangan yang datang.
Seiring waktu berlalu, Aruna dan Revan mulai merencanakan langkah-langkah besar berikutnya dalam hidup mereka.
Mereka ingin memberikan yang terbaik bagi anak mereka, mengajarkan nilai-nilai yang penting, dan membesarkan anak mereka dengan penuh cinta dan perhatian.
Tetapi mereka juga tahu bahwa perjalanan ini adalah tentang lebih dari sekadar menjadi orang tua, ini adalah tentang menjadi pasangan yang lebih baik setiap hari, saling mendukung dan tumbuh bersama.
Ketika mereka memandang masa depan, mereka tahu bahwa ada banyak hal yang akan mereka hadapi bersama. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa cinta mereka akan selalu menjadi fondasi yang tak tergoyahkan.
Dengan cinta itu, mereka siap menjalani setiap langkah baru, setiap tantangan baru, dan setiap hari baru yang membawa kebahagiaan, kesedihan, dan pertumbuhan.
Mereka sudah membuktikan bahwa bersama, mereka bisa menghadapinya semua. Aruna dan Revan siap untuk setiap perjalanan yang akan datang, tak peduli seberapa panjang atau sulitnya jalan itu.