Wira adalah anak kecil berusia sebelas tahun yang kehilangan segalanya, keluarga kecilnya di bantai oleh seseorang hanya karena penghianatan yang di lakukan oleh ayahnya.
dalam pembantaian itu hanya Wira yang berhasil selamat karena tubuhnya di lempar ibunya ke jurang yang berada di hutan alas Roban, siapa sangka di saat yang bersamaan di hutan tersebut sedang terjadi perebutan artefak peninggalan Pendekar Kuat zaman dahulu bernama Wira Gendeng.
bagaimana kisah wira selanjutnya? akankah dia mampu membalaskan kematian keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
racun
Siapa sangka walaupun di tetap dalam jarak sedekat ini oleh seorang Putri kerajaan tidak membuat Wira gugup.
Wira hanya memasang ekspresi biasa saja sembari terus berjalan lurus tanpa menatap wajah Putri Ayu Jagad Maheswari.
Wus...
Wira terus berjalan hingga akhirnya tubuhnya menembus tubuh Putri Ayu Jagad Maheswari.
Baik Putri Ayu Jagad Maheswari dan Tetua Joyo langsung memandangi punggung Wira yang semakin menjauh.
Putri Ayu Jagad Maheswari berucap, "lupakan saja Manusia biasa itu Kakek, dia benar benar manusia biasa bahkan melihatku saja dia tidak mampu. Lebih baik sekarang kita memfokuskan untuk mencari seorang wanita yang menguasai Ajian tangan bayangan tersebut..."
Tetua Joyo menganggukan kepalanya, mereka berdua kemudian kembali terbang mengelilingi lereng lereng gunung Lawu, Kabupaten di bawah kaki Gunung Lawu hingga hutan Gunung Lawu untuk mencari keberadaan wanita tersebut.
Mereka tidak tahu saja bahwa apa yang mereka cari adalah Wira.
Setalh mereka pergi terlihat Wira berhenti sejenak dan menoleh kebelakang, menatap dua lelembut yang terbang menjauh.
"Wanita yang di cari putri kerajaan dan kakek tua itu pasti adalah Aku yang menyamar menjadi Maheswari.
Namun..... Mengapa mereka bisa mengetahui nama Ajian yang aku gunakan? Apakah nama Wira Gendeng memang setenar itu hingga di kenal banyak manusia sakti dan para lelembut juga?" Tanya Wira dengan ekspresi penasaran.
"Apa aku ikuti saja mereka?" Tanya Wira namun ia segera menggelengkan kepalanya, "Tidak! Tidak! Lebih baik aku fokus untuk membangun Organisasi dunia bawah tanah milikku sendiri!" Batin Wira kemudian kembali melangkahkan kakinya pergi dari tempat ini.
Singkat cerita Akhirnya Wira tiba di rumah Joglo tempat di mana dirinya tinggal sekarang.
Wira menatap semua anggota mantan perampok yang kini menjadi anggota organisasi sembari tersenyum puas.
Walaupun ada banyak sekali dari mereka yang masih tidak mampu menghindari lemparan kerikil, namun Wira sangat yakin di bawah bimbingannya mereka bisa menjadi pasukan yang sangat kuat, Wira hanya butuh waktu saja untuk membimbing mereka.
***
Sementara itu di kerajaan ghaib Gunung Lawu.
Terlihat seorang lelembut yang mengenakan pakaian khas pelayan menulis sesuatu di secarik kertas.
Sesekali pelayan tersebut mengawasi pintu kamarnya, dia seolah sangat waspada dengan apa yang dia lakukan.
Setelah dia selesai menulis surat itu dia menggulung kertas itu menjadi gulungan kecil.
Tangan kanan dan kirinya kemudian bergerak gerak seolah membuat segel tangan tertentu, sembari mulutnya komat kamit membaca mantra.
Detik berikutnya seekor burung Elang muncul begitu saja dari udara tipis dan langsung hingga di bahu pelayan tersebut.
"Kirimkan ini kepada Ratu Maharani, pastikan dia menerimanya secara langsung!" Bisik pelayan tersebut dengan lirih.
Elang tersebut terlihat menganggukan kepalanya seolah terlatih, kaki kanannya terlihat mencengkeram secarik kertas yang di gulung tersebut.
Pelayan tersebut kemudian membukakan kaca jendela kamarnya, seketika itu juga Elang di bahu pelayan tersebut terbang tinggi menjauh dari istana.
Melewati berbagai macam penjagaan para Prajurit.
Tidak ada satupun prajurit, patih atau mungkin lelembut lain yang menurut curiga dengan elang tersebut, karena Elang yang terbang seperti itu sangat umum di alam Ghaib ini.
Pelayan tersebut terlihat tersenyum menyeringai, "haha... junjunganku Ratu Maharani pasti akan sangat senang ketika membaca isi surat itu.
Keturunan Wira Gendeng itu pasti akan menjadi tempat pelampiasan dendam Ratu Maharani karena suaminya yang tewas di bunuh Wira Gendeng!" Batin pelayan tersebut dengan seringai menakutkan.
Ya Pelayan tersebut adalah mata mata dari Ratu Maharani yang selama ini di cari oleh para prajurit istana, dan para patih.
Pelayan tersebut bernama Vlad, Vlad memiliki ciri ciri fisik seorang pemuda berbadan tegap dengan rambut hitam panjang tergerai sampai di punggungnya.
Vlad memiliki kemampuan yang sangat unik sehingga dia menjadi mata mata yang sangat sulit di tangkap.
Vlad di lahirkan dengan anugerah tubuh yang mampu meniru ciri fisik hewan, sama seperti tempo hari yang lalu di mana telinga Vlad bisa berubah menjadi telinga gajah tidak hanya bentuknya saja yang berubah namun Vlad juga menguasai kemampuan hewan yang dia tiru.
Tidak hanya itu kemampuan Vlad, Vlad juga mampu mengganti kulit sama seperti ular dan wajahnya ketika dia berhenti kulit wujudnya akan berubah, intinya dia bisa seenak hatinya berubah entah menjadi wanita cantik atau pemuda tampan bahkan binatang.
Oleh karena itu Vlad sangat sulit di tangkap, walaupun Raja Paku Alam sudah mengerahkan seluruh Patih dan Prajuritnya untuk mencari Vlad di seluruh penjuru wilayahnya tetapi tetap tidak dapat di temukan, karena Vlad mampu merubah dirinya menjadi wujud lain.
Mereka tidak tahu saja bahwa Sebenarnya Vlad sudah menyusup ke istana kerajaan dan menyamar menjadi pelayan.
Tok... tok... tok....
Tiba tiba pintu kamar Vlad di ketuk.
"Marbas, cepat keluar..." Ucap suara dari dalam.
"Ah ya!" Ucap Vlad dan buru buru keluar, ya Vlad menggunakan nama samaran Marbas.
Vlad keluar dari pintu dia langsung melihat seorang ketua pelayan yang menjadi pelayan di istana ini.
"Ada apa ketua? Bukankah semua makanan dan minuman sudah siap?" Tanya Vlad dengan hati hati.
Ketua pelayan tersebut menggelengkan kepalanya, "tidak, Raja Paku Alam memanggil semua pelayan untuk berkumpul di aula istana."
Vlad menelan ludahnya sedikit gugup, dia sudah menduga bahwa Raja Paku Alam akan mengumpulkan semua pelayan.
"Bahkan racun sekecil itu masih bisa di deteksi oleh Paku Alam? Sebenarnya apa yang dia miliki sampai sampai bisa mendeteksi racun sekecil itu?" Tanya Vlad di dalam hatinya, Ya Vlad sebelum ini telah memberikan racun dalam dosis yang sangat kecil di makanan sang Raja Paku Alam.