Kim Tae-min, seorang maniak game MMORPG, telah mencapai puncak kekuatan dalam dunia virtual dengan level maksimal 9999 dan perlengkapan legendaris. Namun, hidupnya di dunia nyata biasa saja sebagai pegawai kantoran. Ketika dunia tiba-tiba berubah akibat fenomena awakening, sebagian besar manusia memperoleh kekuatan supranatural. Tae-min yang mengalami awakening terlambat menemukan bahwa status, level, dan item dari game-nya tersinkronisasi dengan tubuhnya di dunia nyata, membuatnya menjadi makhluk yang overpower. Dengan status dewa dan kekuatan yang tersembunyi berkat Pendant of Concealment, Tae-min harus menyembunyikan kekuatannya dari dunia agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Di tengah kekacauan dan ancaman baru yang muncul, Tae-min dihadapkan pada pilihan sulit: bertindak untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran, atau terus hidup dalam bayang-bayang sebagai pegawai kantoran biasa. Sementara organisasi-organisasi kuat mulai bergerak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Guild di Asosiasi Hunter
Aku melangkah keluar dari Asosiasi Hunter dengan kantong penuh uang hasil gate Rank B.
"Well, siapa sangka, ternyata kerja keras membantai monster bisa sangat menguntungkan!"
Aku tersenyum, merasa bangga karena kantongku hampir meledak karena penuh uang. Tapi, di balik semua itu, satu hal jelas: aku butuh tempat tinggal yang lebih besar. Apartemenku sekarang terasa lebih sempit daripada celana yang kekecilan setelah makan all-you-can-eat buffet.
Setelah berpikir sejenak, aku memutuskan untuk mampir ke bar terdekat, bukan buat bersosialisasi, tapi buat melampiaskan sedikit penat dengan bir dingin.
"Dante's Dive," tempat favorit para hunter yang nggak suka basa-basi. Tempat yang pas buat minum, nge-scroll website, dan cari apartemen baru tanpa diganggu obrolan absurd.
Aku masuk ke dalam, diiringi suara pintu kayu yang berderit. Udara di dalamnya terasa kental dengan bau alkohol dan keringat.
“Hmm, aroma ‘kesuksesan’ para hunter setelah gate rampung,” gumamku sarkastik.
Aku menuju ke bar dan menabrak beberapa kursi tanpa permisi. Bukan karena aku nggak sopan, tapi lebih karena, ya, aku nggak peduli.
"Bir dingin, nggak usah pakai es krim atau payung kecil di atasnya," kataku ke bartender, Sang-jin, pria besar yang kelihatan lebih malas dari seekor kucing gemuk yang baru habis makan.
Dia mengangguk, seolah aku baru saja memintanya untuk menyelamatkan dunia. Sip, ini alasan aku suka di sini nggak ada yang repot-repot sok kenal.
Sambil nunggu bir, aku buka ponsel dan mulai nge-scroll website properti. Mata ini langsung tertuju pada satu listing apartemen yang lumayan mewah.
"Apartemen Mewah dengan Pemandangan Langit Kota di Kawasan Elit." Aku mengerutkan dahi sambil berpikir, "Serius? Aku butuh pemandangan? Kayak pemandangan bakalan bikin monster di gate lebih gampang dibantai."
Saat bir datang, aku mengangkatnya dan meneguk dengan tenang.
"Aah, bir dingin emang obat terbaik buat seorang anti-hero kayak aku," gumamku.
Layar ponsel masih menampilkan apartemen yang gila-gilaan mahal itu. Ada kolam renang pribadi, rooftop garden, dan... apa? Pintu geser otomatis?
"Wow, aku pindah ke sana, mungkin aku bakal kelihatan kayak villain di film Marvel."
Sambil berpikir keras, aku mulai mempertimbangkan opsi yang lebih masuk akal. Kayaknya aku butuh tempat yang nggak terlalu mencolok, tapi cukup besar buat semua senjata, item, dan koleksi langka dari gate.
Aku udah terlalu sering nginjekin kaki di gate, dan aku butuh tempat buat nginjekin kaki di dunia nyata juga.
Tiba-tiba, ponselku bunyi. Ada pesan masuk dari agen properti.
"Kami punya beberapa apartemen yang mungkin cocok untuk Anda. Lokasinya di Gangnam, strategis banget."
“Gangnam, ya? Hmm… Harus aku akui, tinggal di sana bikin aku kelihatan keren. Tapi, apa aku butuh tempat yang terlalu fancy kayak gitu?” Aku berpikir sambil mengerutkan kening.
Pikiranku terus melayang, seolah bir di tanganku membuka celah buat semua pertanyaan hidup yang lebih dalam.
"Kenapa monster suka nongol di gate? Kenapa aku nggak dikasih kemampuan buat tidur nyenyak tanpa mimpi aneh? Dan... kenapa Sang-jin nggak pernah senyum?”
Aku menghabiskan birku, menaruh gelas dengan sedikit dramatis, lalu berdiri dari kursi bar.
“Yah, Sang-jin, seperti biasa. Birnya, pelayanannya, dan suasana di sini luar biasa membosankan. Pas banget buat aku,” kataku sambil tersenyum licik. Dia, seperti biasa, nggak menanggapi. Sempurna.
Keluar dari bar, angin malam langsung menyambut wajahku.
"Oke, besok aku bakal cek apartemen di Gangnam itu," gumamku.
Lagipula, udah waktunya aku upgrade gaya hidup. Jangan sampai ada yang curiga kalau aku ini awaken dengan kekuatan gila yang sembunyi di balik penampilan manusia kantoran biasa.
Dalam perjalanan pulang, pikiran tentang hidup ganda ini terus berkecamuk. Di satu sisi, aku harus tetap merendah. Tapi di sisi lain, rasanya gatel banget pengen pamer kekuatan.
Aku nyengir kecil, membayangkan betapa repotnya kalau semua orang tahu aku ini awaken yang bisa bantai monster tanpa susah payah.
“Aku lebih suka jadi orang biasa yang bisa ngeluh tanpa ditanya kenapa,” pikirku, mengingat betapa stressnya nahan diri setiap kali nge-gate.
"Besok hari besar... Semoga apartemennya layak buat aku tidur kayak manusia normal," kataku sambil meregangkan punggung.
Sementara itu, di markas Asosiasi Hunter, suasana mulai memanas. Di ruang pertemuan utama, para pemimpin dari guild-guild besar di Korea berkumpul.
Crimson Lotus, Golden Lion, Iron Fist, dan Azure Serpent. Semua duduk dengan wajah serius. Black Crescent Cult tidak lagi bisa diabaikan.
Lee Hye-Rin, pemimpin Crimson Lotus, membuka pertemuan dengan nada serius.
“Laporan tentang aktivitas Black Crescent Cult terus bertambah dalam beberapa minggu terakhir. Yang paling mencurigakan adalah munculnya gate buatan gate yang secara paksa diciptakan oleh mereka. Ini bukan fenomena alam, melainkan sesuatu yang mereka kendalikan.”
Kim Do-Jin, pemimpin Golden Lion, menyilangkan tangan dan menatap dingin.
“Gate buatan? Kau serius? Kita sudah terbiasa dengan gate yang muncul secara alami, tapi kau bilang mereka bisa membuatnya?”
“Betul,” jawab Hye-Rin tegas. “Menurut laporan intel kami, ada energi anomali di sekitar area yang mereka kuasai. Energi itu memicu terciptanya gate secara paksa, dan ini bukan sesuatu yang bisa diabaikan.”
Kang Min-Seok, pemimpin Iron Fist, menyela, “Jadi mereka tidak hanya bersembunyi di balik bayang-bayang, tapi juga aktif menciptakan ancaman baru. Lalu, apa tujuannya? Membuat kekacauan di seluruh negeri?”
Hye-Rin mengangguk. “Kemungkinan besar, mereka memanfaatkan para awakener pemula yang hilang di dalam gate buatan ini. Laporan terakhir menunjukkan banyak pemula yang tidak kembali setelah memasuki gate-gate tersebut. Mereka mungkin sedang menguji sesuatu.”
Perdebatan semakin panas ketika Park Ji-Hoon, pemimpin Azure Serpent, angkat bicara, “Gate buatan ini lebih berbahaya daripada gate alami. Mereka bisa mengontrol kapan dan di mana gate terbuka. Dan kalau dugaanku benar, mereka mungkin sudah memiliki cara untuk memanipulasi isi dari gate itu sendiri menggunakan monster tertentu atau bahkan sesuatu yang lebih berbahaya.”
Kim Do-Jin tampak tidak sepenuhnya yakin. “Lalu, apa bukti kita kalau mereka benar-benar terlibat? Gate hilang memang aneh, tapi bukti konkret bahwa mereka yang menciptakannya masih kurang.”
Kang Min-Seok menambahkan, “Masalahnya bukan hanya soal siapa yang menciptakan gate, tapi hilangnya para awakener pemula yang masuk ke sana. Laporan dari tim kita menunjukkan beberapa tanda bahwa ada sesuatu yang sangat janggal di dalam gate tersebut. Jika mereka tidak segera ditemukan, ini bisa menjadi krisis.”
Hye-Rin menarik napas panjang sebelum melanjutkan, “Kita tidak bisa terus menunggu. Jika kita tidak bertindak sekarang, lebih banyak awakener akan hilang, dan itu bisa melemahkan kekuatan kita. Black Crescent Cult harus dihentikan.”
Kim Do-Jin akhirnya angkat bicara dengan nada sedikit skeptis, “Kau ingin kita menyerang mereka sekarang? Memulai perang dengan kultus yang kekuatannya belum sepenuhnya kita ketahui?”
“Tidak, bukan itu yang kumaksud,” jawab Hye-Rin. “Aku hanya ingin kita lebih waspada dan mulai mengambil langkah konkret untuk mengawasi mereka. Jika benar mereka bisa menciptakan gate buatan, kita harus menyelidikinya lebih dalam sebelum terlalu banyak yang hilang.”
Ji-Hoon setuju, “Selain itu, kita harus menemukan cara untuk menghentikan gate buatan ini. Jika mereka terus dibiarkan, bukan hanya para awakener pemula yang terjebak, tapi ini bisa menjadi ancaman nasional. Kita harus kirim tim investigasi yang lebih terlatih dan menindaklanjuti laporan-laporan hilangnya awakener di dalam gate-gate tersebut.”
Do-Jin mendengus, tapi tidak bisa mengabaikan pentingnya situasi ini. “Baiklah, kita kirim tim investigasi. Tapi jika ini cuma kebetulan atau dugaan yang salah, jangan harap aku akan ikut menghabiskan sumber daya guild-ku untuk permainan politik semacam ini.”
Min-Seok menatap Hye-Rin dan Ji-Hoon dengan serius. "Kita setuju untuk menyelidiki lebih dalam. Fokus utama adalah memastikan gate buatan itu memang diciptakan oleh Black Crescent Cult dan mencari tahu apa yang terjadi pada awakener pemula yang hilang."
Suasana di ruang rapat kembali memanas saat diskusi berlanjut. Setiap pemimpin guild memiliki pandangan mereka sendiri tentang bagaimana menghadapi Black Crescent Cult, tetapi satu hal yang pasti: ancaman yang diciptakan oleh kultus ini bukan sesuatu yang bisa diabaikan.
Setelah perdebatan sengit, akhirnya diputuskan bahwa tim investigasi akan dikirim untuk memeriksa lebih lanjut. Namun, tidak ada yang tahu seberapa dalam kultus ini sudah meresap ke dalam lapisan dunia awakener. Black Crescent Cult tampaknya lebih dari sekedar kelompok kecil yang fanatik mereka mungkin adalah ancaman terbesar yang pernah dihadapi Korea.
Keesokan harinya, aku terbangun dengan kepala yang sedikit berat. Bukan karena mabuk, tapi lebih ke rasa malas yang kayaknya udah nyatu sama tulang belakang. Ah, siapa yang peduli? Hari ini aku punya janji penting—nyari tempat tinggal yang lebih layak. Aku butuh tempat yang luas buat berbaring dan berpikir tentang kebodohan hidup ini.
"Ya, kalau nggak buat tidur, ya buat nyimpen barang overpower hasil gate kemarin." Aku bicara sendiri sambil ngelirik cermin. Bukan karena narsis, tapi biar kelihatan kayak orang waras yang ngomong sendiri.
Aku beranjak dari tempat tidur, mandi kilat ala prajurit yang siap tempur, dan bersiap ke agen properti. Dengan saldo rekening yang berisi 5 miliar won, aku cukup pede buat nggak perlu tawar-menawar. Tapi, siapa tahu mereka bisa kasih diskon, ya kan? Diskon itu nggak haram, bray.
Saat tiba di agen properti, aku langsung disambut oleh seorang wanita dengan senyum yang begitu lebar, seolah siap menjual apapun asal rekeningku cukup gemuk.
"Selamat pagi, Tuan... Taemin, ya?" sapanya.
Aku mengangguk. "Pagi. Mari kita skip basa-basinya aja, aku nggak terlalu butuh small talk. Di mana apartemennya?"
Senyum itu sedikit goyah, tapi tetap profesional. Dia langsung mengajakku ke lokasi apartemen yang sudah kulihat online semalam. Kami masuk ke dalam lift gedung mewah itu, menuju lantai 23.
"Pemandangannya bagus," katanya mencoba memulai obrolan. "Apartemen ini termasuk salah satu yang paling diminati oleh klien kami karena—"
Aku mengangkat tangan, menghentikan kata-katanya. "Aku nggak peduli soal pemandangan atau klien-klienmu yang lain. Yang penting tempat ini cukup buat aku nge-game dan... melakukan hal-hal nggak penting lainnya."
"Ah, tentu saja," dia menjawab dengan sedikit kaku. Pintu lift terbuka, dan kami masuk ke dalam apartemen yang, kalau boleh jujur, terlalu mewah buat orang yang kerjanya cuma ngebantai monster dan scrolling web di malam hari.
"Ini ruang tamunya," katanya. "Luas dan nyaman untuk menerima tamu atau mengadakan acara."
"Ya, kecuali kalau tamunya guild yang curiga aku terlalu OP. Aku butuh tempat sembunyi yang bagus. Balkon ini lumayan sih kalau buat kabur," gumamku, tapi cukup keras untuk didengar.
"Apa?" tanyanya.
"Nggak, nggak. Lanjut."
Dia mengarahkanku ke kamar utama, dengan jendela besar yang pemandangannya langsung ke kota. Oke, kalau suatu saat ada monster raksasa yang muncul, aku bisa nonton pertarungannya dari sini sambil ngopi. Seru juga.
"Kamu punya brosur atau sesuatu?" tanyaku, mencoba mengakhiri tur ini dengan cepat. "Aku mau lihat detailnya."
Wanita itu menyerahkan brosur dengan cepat. Aku memindai harga, fasilitas, dan segala macem bling-bling yang nggak penting buat aku.
"Oke, aku ambil. Cash."
Matanya membesar. "Serius?"
Aku mengangguk sambil tersenyum. "Apa aku terlihat seperti orang yang main-main?"
dah gitu aja.
kecuali.
dia punya musuh tersembunyi. demi nemuin musuhnya ini dia tetep low profile gitu. atau di atas kekuatan dia masih ada lagi yang lebih kuat yang membuat dunianya berubah makannya untuk nemuin harus tetep low profile dan itu di jelasin di bab awal. jadi ada nilai jualnya.