Cerita hanya hayalan semata dan tidak menjiplak karya mana pun!
Julia hanya anak miskin yang di nikahi oleh Alan anak nya Juragan karet yang amat sangat kaya, Alan anak ketiga dalam keluarga ini dan semua nya tinggal satu rumah yang amat besar.
Persaingan antara menantu amat sangat ketat, hanya Julia yang tetap apa ada nya karena dia tak punya apa apa dalam hidup ini dan selalu kena marah oleh Warti.
hanya Karto sebagai mertua laki laki yang membela diri nya, bahkan lebih sayang mengalahkan Alan.
Bagai mana kisah mereka selanjut nya?
akan kah Julia larut dalam perhatian dan kasih sayang Karto?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 07. Di suruh pindah
Alan melirik istri nya yang sejak tadi sore dia pulang cuma diam saja, sudah di tanya tapi tetap saja diam tidak menjawab, entah apa yang mengganjal di hati nya sehingga membuat Julia seolah terkesan menghindari Alan. bahkan sampai saat makan malam pun Julia malah lebih banyak diam, yang lain juga cuma diam saja.
"Seperti nya tadi pagi dan siang tidak di marahi kok." batin Alan melirik istri nya lagi.
Yang di lirik tetap datar dan bergaya tidak peduli apa pun, sejak tadi diam menunduk dan bahkan tidak memakan makanan nya, Alan pun tidak tahan lagi untuk bertanya karena nasi bagian Julia memang utuh sama sekali tidak tersentuh sedikit pun.
Namun belum sempat Alan mau bertanya kenapa Julia tidak makan, Warti sudah lebih dulu melihat pemandangan ini sehingga mau tak mau pasti dia duluan yang menegur, sebab bisa di bilang kalau kuasa di rumah ini memang murni di tangan nya Warti.
Rumah memang sudah atas nama Warti walau ini semua harta nya Karto, bukan tanpa sebab kenapa bisa begitu, dulu Karto ketahuan selingkuh dan dia memohon untuk di maafkan oleh istri nya. oleh sebab itu sebagai permintaan maaf, maka rumah ini murni di berikan pada Warti dan semua nya langsung di ubah atas nama sang istri.
"Kenapa kau tidak makan, Julia? apa kau teringat saat masih kecil yang tidak pernah makan!" Warti menatap menantu nya.
"A..anu, aku mual." jawab Julia pelan nyaris tidak terdengar.
"Hamil itu tidak usah di manja manja, aku hamil lima tapi tidak pernah aleman sampai tidak mau makan apa apa!" ketus Warti.
"Bu, keadaan orang hamil kan beda beda." Alan membuka suara.
"Mau sampai kapan kamu bela istri mu terus?" Warti menatap putra nya tajam.
"Selama nya, Bu! Julia itu istriku, orang mual saat hamil muda kan hal yang wajar." Alan masih membela istri nya terus.
"Tapi aku tidak begitu kok, aku tidak ada mual mual sampai tidak mau makan!" Jena malah seolah mau menyudutkan Julia karena ingin cari muka.
"Kalau hamil duluan memang jarang ada yang mual." jawab Yuni santai namun melekit.
Sontak Jena pun terdiam karena dia memang hamil duluan, kebanyakan yang hamil duluan memang tidak banyak tingkah, bahkan bila yang tidak di nikahi sampai melahirkan pun tetap lah mandiri. banyak tragedi anak anak yang melahirkan seorang diri lalu membuang nya, itu semua kan tanpa bantuan dari siapa pun karena mereka di dera rasa takut yang amat besar sehingga mengalahkan rasa sakit melahirkan itu sendiri.
"Sebaik nya Julia dan Alan tinggal di rumah nya lah saja." Karto membuka suara.
"Ngomong apa kamu, Pak?!" Warti langsung mendelik.
"Aku tidak bisa ya kalau nanti setiap makan harus dengar dia muntah, sedangkan muntah itu tidak bisa di tahan. lebih baik mereka pindah saja, lagian sudah ada rumah kok!" Karto memberikan alasan.
"Aku tidak setuju!" tegas Warti mendelik menatap suami nya.
"Yang berkuasa di rumah ini aku, karena aku kepala rumah tangga nya! aku tidak ingin mereka ada di sini, karena aku tidak ingin makan ku terganggu." Karto pun tak kalah sengit.
"Julia bisa menahan nya nanti, tidak perlu sampai pindah." Warti tetap tidak mau kalah.
"Aku ingin bicara dengan mu!" Karto segera masuk kamar untuk bicara dengan Warti.
Di ikuti dengan tatapan mata yang sangat sengit dari Selia dan juga Maura, mereka heran dan agak tidak percaya kalau Julia malah mau di suruh pergi dari sini. bila menantu ketiga pergi maka siapa yang akan membantu membersihkan rumah, sudah pasti lah Jena.
Julia sendiri merasa sangat lega karena Karto memang menepati janji nya untuk membiarkan dia pergi dari rumah ini, sebentar lagi dia akan bisa bernafas lega karena tali yang mencekik leher nya sudah lepas. hanya tinggal menunggu beberapa waktu saja, maka dia akan segera pergi.
"Aku pamit duluan." Julia segera masuk kedalam kamar.
Alan pun mengikuti istri nya masuk kedalam kamar, jujur saja Alan agak kaget namun dia juga sangat senang karena tinggal di rumah sendiri dan dia tidak lagi harus menyaksikan istri nya menangis setiap hari. sedangkan dia sama sekali tidak bisa membela secara langsung, semakin di bela maka Warti akan semakin kejam pada Julia.
"Kamu lihat itu, Mas! Mbak Julia akan pergi dari rumah ini, maka aku yang akan di jadikan keset oleh para Kakak ipar mu itu." Jena berkata sengit dan segera pergi.
"Jaga bicara mu itu ya, dasar lonte tidak jelas!" maki Selia murka.
"Mbak, dia istriku!" Malik menatap Selia tak terima.
"Jangan sembarangan bicara!" Ridwan menatap istri nya tajam.
"Ah begitu saja kamu marah padaku, kan memang fakta nya Jena pelacur." Selia tetap saja tidak mau kalah.
Praaaaang.
Malik membanting piring makan nya membuat semua yang ada di sana menjadi sangat kaget, Ridwan dan Amir menarik nafas berat karena mereka tau tabiat adik bungsu mereka ini. selama ini dia sudah banyak diam, namun yang menginjak malah tambah ugal ugalan.
"Sebaik nya kau jaga mulut mu sebelum ku robek dengan kaca ini!" Malik mencekik Selia.
"Malik!" Ridwan berusaha memisahkan mereka.
"Lepaskan aku, istrimu ini sudah sangat keterlaluan!" Malik berusaha berontak.
"Istigfar, Malik!" Amir juga berusaha untuk menahan nya.
"Eeeghhkk!" Selia sudah tidak bisa bernafas karena tercekik.
"Ya Allah, apa yang kalian lakukan?!" Warti berteriak kencang membuat nya nya jadi bubar.
Malik membanting lagi pecahan piring yang tadi di pegang nya, setelah itu dia pergi keluar dari rumah untuk menenangkan diri agar pikiran nya tidak semakin runyam saja. kalau sudah gelap mata begini maka terasa sangat kecil di mata nya, padahal dia adalah anak bungsu dan kerap kali di ejek ejek belum besar oleh yang lain.
"Ku harap ini bisa jadi pelajaran untuk mu, Selia!" Ridwan saja marah dengan sang istri.
"Malik itu kalau sudah marah bahaya, selama ini dia menahan." Amir juga membuka suara.
"Lagian kalian itu kok enteng sekali mulut nya, merasa sudah paling benar sehingga bisa menghina orang sesuka hati." Razi geleng geleng kepala di buat nya.
"Aku tidak ada ya!" Yuni angkat tangan karena dia tadi tidak ikutan.
Warti menatap dengan pandangan yang sangat sinis, dia melirik suami nya yang dengan santai memakan buah, sungguh ini pilihan yang sulit untuk nya. Karto mengatakan dia masih berhubungan dengan janda itu, tapi bila Warti merelakan Julia dan Alan pindah maka dia akan meninggal kan kekasih nya.
Selamat pagi, jangan lupa di like dan komen nya ya besty.
lanjut thor
lanjut thor 🙏