Kevin cuma anak SMA biasa nggak hits, nggak viral, hidup ya gitu-gitu aja. Sampai satu fakta random bikin dia kaget setengah mati. Cindy cewek sejuta fans yang dielu-elukan satu sekolah... ternyata tetangga sebelah kamarnya. Lah, seriusan?
Cindy, cewek berkulit cerah, bermata karamel, berparas cantik dengan senyum semanis buah mangga, bukan heran sekali liat bisa bikin kebawa mimpi!
Dan Kevin, cowo sederhana, dengan muka pas-pasan yang justru dipandang oleh sang malaikat?!
Gimana kisah duo bucin yang dipenuhi momen manis dan asem ini selanjutnya!? daripada penasaran, mending langsung gaskan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Proposal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malaikat Dan Rencana Natalnya
Cindy mengeringkan tangannya dengan handuk kecil setelah menyelesaikan pencucian piring. Gadis itu kemudian mengambil posisi nyaman di sofa, kaki dilipat rapi di bawah tubuhnya. "Rencana Natal? Nggak ada sama sekali," ujarnya dengan suara datar sambil menatap Kevin yang sedang duduk di karpet.
Ekspresi Kevin langsung berubah menjadi bingung. "Eh, serius? Aku kira kamu bakal ngumpul sama temen-temen cewekmu atau ngadain sesuatu," katanya sambil menggaruk pipinya.
Mata Cindy yang biasanya tenang sekarang menyipit penuh pertanyaan. "Kebanyakan temen cewekku udah punya pacar sendiri buat ngabisin Natal," jelasnya sambil memainkan ujung rambutnya. "Dan buat cowok-cowok yang mengajakku keluar... udah aku tolak semua."
"Waduh, kasian banget dong mereka?" Kevin terkekeh geli sambil membayangkan wajah-wajah kecewa para pengagum Cindy.
Cindy memang terkenal sebagai "Malaikat" di sekolah sosok sempurna yang selalu menjaga jarak. Kevin sendiri bisa memahami betapa sulitnya mendekati gadis ini. "Aku malah salut sama nyali mereka yang berani ngajak kamu," gumamnya.
"Emangnya mereka beneran pengen ngabisin waktu bareng aku?" Cindy menyandar ke belakang, wajahnya polos.
Kevin mengangkat bahu. "Kalo beruntung, kan bisa deket sama kamu."
"Buat apa?" ucap Cindy.
"Maksudku... buat pacaran gitu lho."
Alis Cindy naik ke atas. "Ngapain juga mereka mau pacaran sama aku?"
"Ya... biar bisa ngelakuin banyak hal bareng setelahnya." ucap Cindy.
Wajah Cindy langsung berkerut. "Jadi motifnya nggak bersih gitu?"
Dalam hati, Kevin mengheningkan cipta untuk para pemberani yang sudah ditolak mentah-mentah ini. "Ah, tapi," dia buru-buru menambahkan sambil geleng-geleng kepala, "Nggak semua cowok kayak gitu kok. Kamu harus bisa bedain tatapan mereka."
Cindy menghela napas. "Kayaknya sih iya. Nggak semua orang jahat." Tiba-tiba matanya menatap tajam ke Kevin. "Kamu juga bukan tipe kayak gitu kan?"
"Aku? Nggak pernah!" Kevin mengangkat kedua tangannya seperti sedang ditodong. "Aku nggak pernah liat kamu dengan tatapan aneh-aneh."
Ini sebenarnya setengah bohong. Kevin sering merasa Cindy manis, terutama saat gadis itu tidak menyadari dirinya sedang diamati. Tapi dia benar-benar tidak punya niat lebih jauh. Hubungan mereka sekarang sudah cukup nyaman baginya.
Cindy mengamati wajah Kevin beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk puas. "Udah aku duga. Kamu emang dari awal nggak tertarik."
"Betul," jawab Kevin cepat.
"Dan justru karena itu kamu bisa dipercaya." ucap Cindy.
Kevin mengerutkan kening. "Syukurlah, tapi sebagai cowok, dibilang gini rada nyesek juga sih."
Cindy hanya tersenyum kecil mendengar keluhan itu. Kembali ke topik semula, dia bertanya, "Ngomong-ngomong, rencana Natalmu gimana?"
"Oh iya," Kevin menyadari mereka sudah melenceng dari pembicaraan awal. "Revan dan temen-temen bakal dateng tanggal 24 nanti. Acaranya sih biasa aja, cuma makan malemnya mungkin agak telat. Makanya aku kasih tau dulu."
Cindy mengangguk-angguk mengerti. "Oke. Kalau pestanya udah selesai, kabarin aku ya. Aku bisa mampir masak makan malem." Matanya berbinar antusias. "Aku bisa siapin bahan-bahannya dari sekarang."
Kevin merasa bersalah. "Maaf ya jadi merepotkan."
"Nggak apa-apa kok," Cindy melempar handuk kecil ke arahnya. "Yang penting kamu nikmatin aja pestanya."
Tiba-tiba ada pertanyaan yang mengganjal di benak Kevin. "Kamu... nggak bakal kesepian?"
Wajah Cindy berubah datar. "Aku udah terbiasa hidup sendiri."
Ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuat hati Kevin terasa sesak. Ekspresi Cindy tiba-tiba menjadi jauh, seolah sedang mengingat sesuatu. Kevin menggigit bibirnya sebelum akhirnya memberanikan diri.
"Eh, Cindy..."
"Hmm?"
"Ini mungkin permintaan aneh tapi..." Kevin menggaruk-garuk tengkuknya yang tiba-tiba terasa panas. "Meskipun kamu nggak bisa dateng malem Natalnya... besoknya kita bisa ngabisin waktu bareng buat ngerayain Natal? Kayak... gini aja gitu?"
Begitu kata-kata itu keluar, Kevin langsung menyesal. Suasana tiba-tiba menjadi canggung. Undangan Natal berdua antara cowok dan cewek jelas punya konotasi khusus, dan Kevin takut Cindy salah paham.
Cindy mengerutkan kening. "Bareng? Ngapain?"
"Nggak, lupakan aja!" Kevin buru-buru mengibas tangannya. "Aku cuma... lupakan deh."
Dia menyadari betapa konyolnya ide ini. Mereka tidak bisa pergi keluar karena pasti akan menimbulkan rumor. Tinggal di rumah saja akan terasa aneh tanpa aktivitas khusus.
Ketika Kevin sudah hampir menyerah, tiba-tiba...
"Kalau gitu..." Cindy menunjuk sesuatu di sudut ruangan. "Aku mau main itu."
Kevin memandang ke arah yang ditunjuk. "Game console?"
Cindy mengangguk antusias. "Aku penasaran dari dulu tapi belum pernah coba main."
Pemandangan ini begitu tidak terduga sampai Kevin harus menggosok matanya. "Kamu... mau main game? Bersamaku? Di Natal?"
"Ada masalah?"
"Nggak sih..." Kevin menggaruk-garuk kepalanya. Ini pasti salah satu momen paling aneh dalam hidupnya. "Cuma... nggak biasa aja. Natal berdua main game, kita bahkan bukan..."
"Bukan pacaran?" Cindy menyelesaikan kalimatnya. "Jadi nggak boleh?"
"Bukan! Maksudku boleh-boleh aja!" Kevin buru-buru membela diri.
Cindy tersenyum puas. "Kalau gitu asik dong."
Kevin menghela napas. "I-iya..."
Dalam hati, dia masih meragukan keputusan ini. Tapi melihat antusiasme Cindy yang jarang terlihat, Kevin memutuskan untuk mengalah. "Ya udah, lupakan soal Natal. Kita ngabisin waktu kayak biasa aja."
"Setuju," jawab Cindy sambil tersenyum kecil senyum yang membuat Kevin cepat-cepat memalingkan muka agar gadis itu tidak melihat pipinya yang memerah.