Diusianya yang tak lagi muda, Sabrina terpaksa mengakhiri biduk rumah tangganya yang sudah terajut 20 tahun lebih lamanya.
Rangga tega bermain api, semenjak 1 tahun pernikahnya dengan Sabrina. Dari perselingkuhan itu, Rangga telah memiliki seorang putri cantik. Bahkan, kelahirannya hanya selisih 1 hari saja, dari kelahiran sang putra-Haikal.
"Tega sekali kamu Mas!" Sabrina meremat kuat kertas USG yang dia temukan dalam laci meja kerja suaminya.
Merasa lelah, Sabrina akhirnya memilih mundur.
Hingga takdir membawa Sabrina bertemu sosok Rayhan Pambudi, pria matang berusia 48 tahun.
"Aku hanya ingin melihat Papah bahagia, Haikal! Maafkan aku." Irene Pambudi.
..........................
"Tidak ada gairah lagi bagi Mamah, untuk menjalin sebuah hubungan!" Sabrina mengusap tangan putranya.
Apa yang akan terjadi dalam kehidupan Sabrina selanjutnya? Akankah dia mengalah, atau takdir memilihkan jalannya sendiri?
follow ig @Septi.Sari21
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Karena jarak sekolah dengan rumah lamanya agak jauh, jadi ia izin untuk tidak mengikuti ekstra apapun.
Aruna yang belum sepenuhnya masuk kedalam, samar-samar ia mendengar suara motor seseorang yang berhenti digaransi depan.
Begitu ia memutuskan kembali keluar, dan bersamaan Haikal juga masuk kedalam.
Deg!!!
Mengingat Haikal saat ini memakai hoodie, jadi Aruna tidak tahu pemuda itu dari sekolah mana.
"Siapa kau? Rumahku tidak menerima orang asing!" Haikal memicingkan mata, dengan tatapan intimidasi.
Aruna tertawa sinis. Ia tahu, jika pemuda tampan didepannya adalah putra Rangga. Yang artinya ... Pemuda itu juga anak tirinya.
"Kau melarang, tapi Papahmu menerima dengan tangan terbuka!"
Haikal berdecih, "Cih! Tidak tahu malu sama sekali." Setelah itu ia menuding wajah Aruna, "Aku sumpahkan, apa yang dirasakan Mamahku saat ini, kelak putrimu yang akan menanggung semuanya!" tekannya, dengan sorot mata penuh dendam. Mungkin jika orang didepannya saat ini pria, mungkin saja Haikal sudah menghabisinya tiada ampun. Rahangnya menggertak kuat, sembari mengepalkan kedua tangan kuat.
"Putriku juga saudaramu! Kau menyumpahi saudaramu sendiri?!" Aruna menatap remeh, manarik sebelah alisnya.
"Saudaraku, dia yang lahir dari rahim Mamahku! Aku tidak akan sudi mengakui dia saudara, karena dia telah lahir dari wanita murahan sepertimu!" tekan Haikal, tersenyum culas.
"Jaga ucapanmu, Haikal! Saya dan Papahmu juga menikah sah secara agama! Putri saya juga sama sepertimu, memiliki hak penuh atas Papahnya," sahut Aruna yang sudah mulai terpancing emosinya.
Haikal hanya dapat menatap hina. Seolah ia tengah menatap sampah yang begitu menjijikan. "Apa urat malumu sudah terputus? Kau banggakan pernikahan yang hanya bertahan 3 bulan saja itu? jika otakmu sebagai wanita bekerja, maka kau tidak akan mau melakukannya! Enakan aku, ketimbang putrimu. Dapat apa kamu menjadi simpanan Papahku? Dapat apa, ha? Harga diri saja kamu sudah tidak punya, sok-sokan nge banggain pernikahan siri! Mimpi JALANG, mimpi ...." cibir Haikal tersenyum puas.
Setelah mengatakan itu, Haikal langsung melenggang kedalam, tak peduli dengan kemarahan Aruna.
Aruna mendesah kasar. Wajahnya memerah menahan emosi yang tertahan. 'Awas saja kau bocah ingusan. Akan kurebut semuanya dari Papahmu!'
Mbak Nur yang tahu kedatangan Haikal, kini sudah menyiapkan beberapa hidangan kesukaan Tuan Mudanya itu. Ia sejujurnya juga merasa muak melihat Aruna dan putrinya. Namun, karena Mika memiliki sikap yang manis, jadi kerap sekali gadis berkacamata itu membantu pekerjaan rumah setelah pulang sekolah.
Pintu tidak sepenuhnya tertutup rapat. Ada cela, sehingga Nur dapat membuka pintu itu dengan pelan.
Ditepi ranjang, Haikal tertunduk sendu sambil menutup wajah dengan kedua tanganya.
Melihat itu, Nur masuk dengan tatapan iba. Ia tahu betul, karena ia menjadi pelayan saat Haikal masih berusia 2 tahun. Dan ialah saksi, betapa bahagianya rumah tangga Sabrina dulu. Selama 20 tahun lebih, rumah tangga yang Rangga bina selalu terasa tentram, tanpa ada perselisihan didalamnya.
Namun siapa sangka, dibalik itu semua, Majikannya menyimpan wanita lain, hingga tertutup rapat sebegitu lamanya.
"Mas Haikal ... Makan dulu, ya?! Saya sudah masak kesukaan Mas Haikal," Nur kini duduk di samping Tuan Mudanya.
Haikal tersadar. Ia menoleh. Sepertinya, Haikal baru saja menangis. Matanya tampak memerah dengan sisa air mata yang masih basah.
"Mbak Nur ... Apa bisa dibungkus saja? Mamah juga pasti sangat rindu masakan Mbak Nur," pinta Haikal.
Nur langsung mengangguk setuju. "Baik Mas, tak bungkusi sekarang ya. Tunggu sebentar!" setelah itu ia langsung bangkit dan berjalan keluar.
Sementara diluar, Mika baru saja sampai didepan rumah. Ia tadi mengojek, karena uangnya tidak cukup jika untuk memesan taxi online.
"Ini, Pak! Makasih ya," Mika menyerahkan dua lembar pecahan 10 ribu.
Akan tetapi, langkahnya menggantung digerbang, kala melihat motor kawasaki bewarna hitam, dengan helm hitam juga diatasnya. Mika semakin membolakan mata, saat melihat sticker H2 ONE tertempel di atas plat motor.
Mika membekap mulutnya dalam-dalam, dan langsung bersandar disisi tembok pagar. Ia urungkan niatnya untuk masuk, dan memilih bersembunyi dibalik pohon, saat mendengar suara seseorang yang baru saja keluar.
"Mas Haikal hati-hati bawa motornya. Jangan ngebut-ngebut! Salam buat Ibu, ya." Mbak Nur mengusap lengan Tuan Mudanya, yang sudah ia anggap seperti putranya sendiri.
"Makasih ya Mbak, masakannya!" Haikal mengangkat rantang kecil ditangannya. "Mamah pasti seneng banget! Daaa, Mbak Nur."
Haikal memasukan rantang tadi kedalam tasnya. Setelah itu ia langsung menghidupkan motornya, lalu melenggang pergi meninggalkan rumahnya.
Kedua mata Mika memanas seketika. Air matanya menggantung dipelupuk, tidak menyangka dengan kebenaran yang baru saja ia terima.
Haikal ternyata Kakaknya?! Bagaimana kalau Haikal tahu, jika ia adalah adiknya? Apa yang akan terjadi?
Mika tidak dapat membayangkan bagaimana bencinya Haikal terhadapnya.
*
*
Tidak ada orang tahu, termasuk keluarganya. Rangga diam-diam memiliki perusahaan, yang ia besarkan 3 tahun belakangan ini. Rencananya, perusahaan itu akan ia umumkan pada hari ulang tahun putranya nanti. Namun, kejadian memilukan tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.
Ia bekerja di perusahaan Pambudi, hanya untuk mencari tahu, bagaimana Perusahaan raksasa itu dapat berkembang dengan cepat.
Perusahaan itu ia serahkan kepada orang kepercayaannya, yang bernama Frando. Seorang pemuda yang lebih dari 2 tahun bekerja dengannya.
"Tuan, sampai kapan Anda akan diam? Mas Haikal harus tahu jika anda memiliki aset sebesar ini." Frando yang duduk di sofa single, menatap Bosnya dengan lamat.
"Saya akan serahkan Perusahaan ini jika usia Haikal sudah 25 tahun. Yang artinya setelah ia menyelesaikan pendidikan kuliahnya. Biarkan dulu dia belajar bagaimana kejamnya dunia pebisnisan." Rangga kembali menegakan tubuhnya. "Satu lagi Frando, siapapun yang datang dan mengaku istri saya ... Tolong beri tahu saya dulu. Istri saya hanya Ibu Sabrina!" tekan Rangga.
"Baik, Tuan!"
Setelah itu Rangga bangkit, dan bergegas pulang menuju kediamannya.
*
*
*
Semntara di Perusahaan Pambudi,
Kini Sabrina terpaksa lembur, atas perintah atasanya-Bu Ami. Tidak hanya ia saja, Sinta dan karyawan lainnya juga melakukan hal yang sama.
Sudah pukul 5, namun jemari lentik Sabrina masih menari dilayar keybord laptop didepanya.
Bugh!
Lagi-lagi Edward menatap punggung Bosnya, disaat Rayhan berhenti mendadak.
Rayhan menoleh sekilas. 'Lembur?' batinya.
Tanpa ucapan apapun, Rayhan langsung saja masuk kembali kedalam ruangannya. Ia terduduk di kursi kebesarannya dengan wajah gelisah. Rayhan bangkit lagi, berpikir sejenak, lalu duduk kembali.
Edward terpaksa juga iku masuk kedalam. Ia menatap aneh kearah Tuannya. Entah mengapa akhir-akhir ini sikap Rayhan begitu aneh.
"Tuan, apa ada pekerjaan lagi? Ini sudah pukul 5 sore," Asisten muda itu menatap arloji dipergelangan tanganya.
"Sudah, kamu duduk dulu Edward! Atau mau ngapain terserah kamu." Rayhan mengedarkan pandangan kedepan, karena dinding pembatas itu terbuat dari kaca, yang terdapat korden besar.
Tidak sabar, ia langsung bangkit. Rayhan menyibak sedikit korden itu, untuk menatap wajah Sabrina. Namun sialnya, Sabrina sadar, saat dinding kaca di sebrang tempatnya terbuka sedikit. Ia menajamkan matanya, hingga tatapan mereka bertemu.
Jantung Rayhan kembali berdebar kuat. Ia langsung melepaskan korden tadi, bersandar pada dinding kaca, sambil memegang dadanya.
'Wah, wah ... Ini sudah nggak bener! Tuan pasti sedang jatuh cinta. Tapi dengan siapa? Masak dengan Mbak Sabrina?'
Edward yang kini duduk, tampak menerka-nerka siapa wanita yang berhasil membuat Tuannya jatuh cinta kembali.
...lanjut thor 💪🏼
di tunggu boncapnya thor lanjut.
lanjut thor💪🏼