Chantika Anastasya gadis berusia 17 tahun yang meninggal karena rem mobilnya blong yang menyebabkan ia menabrak truk yang ada di depannya.
Bukannya mencari pertolongan, ia malah tersenyum senang karena ia pikir setelah ini ia akan pergi ke surga dan melepaskan semua beban yang sudah ia pikul selama ini.
"Syurgaa.....I'm coming"
Tapi bukannya ke surga, chantika malah terjebak di tubuh gadis culun yang ternyata memiliki masalah hidup yang cukup berat dan rumit.
Lalu apakah Chantika kuat menjalani kehidupan barunya dengan semua masalah yang ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chryssa_Dike, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Terhitung dua bulan sudah setelah kejadian malam itu. Chaca bekerja tanpa henti, dan tak terasa tepat pada hari ini adalah hari pernikahan Chaca dengan Marka.
Karena hari ini merupakan hari pernikahannya, maka Chaca pun memutuskan untuk meliburkan diri sehari dari semua pekerjaannya.
Pernikahan terlaksana dengan sangat lancar, dan dihadiri oleh kedua orang tuanya. Walaupun seperti itu, tapi tetap saja masalah Chaca dengan kedua orangtuanya masih belum terselesaikan. Mereka masih perang dingin atau lebih tepatnya kedua orang tua Chaca yang tidak mau memaafkan anaknya. Dan mencari tau kebenarannya.
Tadi saat acara pernikahan berlangsung, ia sempat merasakan rasa sakit yang berlebihan di kepalanya dan disusul dengan darah yang keluar dari hidungnya, tapi untung saja ia dengan sigap menutupi darah itu, sampai orang lain pun tidak menyadari itu.
Ya memang semua orang tidak tau kalau Chaca sedang mengidap penyakit leukimia yang sekarang sedang menunju ke stadium 3, ia sangat rapi saat menyembunyikan semua fakta itu.
Setelah acara selesai, Chaca dan Marka pun langsung pamit kepada semua anggota keluarga untuk pulang ke rumah yang sudah Marka beli dari dulu.
Saat dijalan Chaca hanya diam sambil melihat pemandangan jalanan malam diluar jendela mobil. Dengan Marka yang fokus terus fokus menyetir.
Sesampainya di rumah, mereka pun masuk dengan Chaca yang membawa 2 koper berisi bajunya sendiri. Marka yang melihat itu pun hanya diam dan tidak berniat membantu Chaca sama sekali.
Memasuki rumah, mata Chaca dimanjakan dengan dekorasi rumah yang minimalis tapi terlihat begitu mewah dan elegan. Kemudian ia pun mengikuti langkah sang suami.
Mendapati Chaca yang mengikuti langkahnya, Marka pun berhenti berjalan, kemudian berbalik badan.
"Kenapa kamu terus mengikuti saya?" tanya Marka bingung.
"Chaca kan baru pertama kali ke sini kak, jadi Chaca tidak tau harus kemana, maka dari itu Chaca mengikuti kakak" ucap Chaca polos.
"Aishhhh....." teriak Marka frustasi.
"Terserah kau ingin tidur dimana saja saya tidak peduli, yang terpenting jangan pernah tidur ataupun masuk kedalam kamar saya, paham?" Lanjutnya dengan memasang wajah kesal miliknya.
"Tapi kenapa kak? Chaca kan istri kakak, seharusnya suami istri tidur satu kamar"
"Ya kan sudah kubilang, kalau pernikahan ini hanya main-main saja. Saya menjalani pernikahan ini demi menyenangkan hati nenek saya, dan jika bukan karena nenek saya, mungkin saya tidak akan sudi menikah dengan gadis sepertimu. lagian saya juga sudah memiliki kekasih, jadi saya harus menjaga hati kekasih saya agar tidak sakit"
Mendengar jawaban sang suami, Chaca pun hanya bisa tersenyum getir, setidak sudi itukah Marka menerima pernikahan ini. Sampai-sampai ia tidak mau tidur sekamar dengannya.
Setelah melihat sang suami masuk kedalam ruangan yang sudah dipastikan bahwa itu adalah kamar sang suami. Akhirnya Chaca pun memilih untuk memasuki salah satu kamar yang akan ia gunakan untuk kamarnya nanti.
Setelah masuk ke dalam kamar, Chaca pun memilih untuk memindahkan semua bajunya kedalam lemari dan tidak lupa menyetrika dan menata semua kebutuhannya untuk sekolah besok. Setelah selesai melakukan semuanya akhirnya Chaca pun memilih untuk meminum obatnya, lalu tidur.
***
Keesokan harinya....
Ini masih pukul setengah lima pagi, tapi Chaca sudah bangun dan mulai melakukan semua pekerjaan rumah sebelum berangkat ke sekolah.
Untuk yang pertama, Chaca memilih menyapu lantai dan mengepel lantai rumahnya. Setelahnya ia pun mulai memasakkan sarapan untuknya dan sang suami, ia memilih untuk memasak nasi goreng spesial saja, karena waktunya sudah mepet.
Setelah melakukan itu Chaca pun bergegas ke kamarnya, karena jam sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi, dan mengharuskan ia untuk segera mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah.
Kemarin malam ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan mengantar susu, karena ia pikir akan sangat merepotkan jika ia harus mengantarkan susu pagi-pagi sedangkan ia sekarang ini sudah memiliki suami yang harus ia urusi dari pagi, mulai dari makan, baju, atau pun membereskan rumah.
Lagi pula tabungan Chaca selama 2 bulan ini kelihatannya cukup untuk biaya makannya selama kurang lebih 1 bulan ke depan.
Setelah semua siap, Chaca pun keluar dari kamar dengan seragam yang sudah terlihat rapi, tidak lupa ia pun menenteng tas sekolahnya, dan berjalan menuju kamar sang suami.
'Apakah Chaca harus membangunkan kak mark ya?' batin Chaca.
'Tapi Chaca takut Kak Mark marah, tapi kalau tidak dibangunkan bagaimana kalau Kak Mark kesiangan kerjanya' Chaca merasa dilema saat ini.
Setelah berpikir lumayan lama, akhirnya ia memilih untuk membangunkan sang suami dengan mengetuk pintu kamar sang suami.
Tokk....tokk....tokk....
"Kak bangun, ini sudah jam enam pagi. Apakah kakak tidak pergi kerja?" tanya Chaca sambil berteriak, berharap orang yang berada didalam sana mendengar suaranya.
Tidak ada jawaban sama sekali dari dalam sana, jadi Chaca pun memutuskan untuk langsung masuk kedalam kamar itu, tapi belum sampai ia masuk, tiba-tiba ada orang yang keluar dari kamar itu.
"Sudah saya bilang, jangan pernah memasuki kamar saya! Lalu kenapa sekarang kau ingin masuk kedalam kamar saya?" tanya Marka dengan suara tegasnya.
Chaca yang mendengar suara kemarahan sang suami pun hanya bisa diam menunduk dalam.
"Maaf" cicit Chaca.
"Jika sedang berbicara tataplah lawan bicaramu, apakah sopan bicara dengan suami dengan posisi kepala menunduk?" tegas Marka sambil mencengkram rahang sang istri. Dan yang diperlakukan seperti itu hanya diam sambil bergetar ketakutan.
"Biar saya beritahu ya, jangan pernah urusi urusan saya, uruslah urusanmu sendiri, anggap saja kita orang yang tidak saling kenal tapi terpaksa harus tinggal bersama, dan kamu juga tidak perlu membangunkan saya saat saya sedang tidur, ataupun memasakan sarapan untuk saya, karena saya tidak membutuhkan itu sama sekali paham?" teriak Marka sambil melepaskan cengkeramannya di pipi Chaca. Ia juga sedikit menghempaskan muka Chaca, sampai-sampai Chaca tertoleh kesamping saking kuatnya tenaga Marka.
Setelahnya Marka pun langsung berangkat ke kantor tanpa berpamitan maupun memakan sarapan yang ia buat tadi. Hati Chaca terasa hancur ketika melihat perlakuan sang suami padanya barusan, tapi ia berusaha berfikir positif dengan menganggap sang suami hanya belum terbiasa dengan kehadirannya di rumah ini.
Chaca juga berpikir, mungkin suaminya membutuhkan waktu untuk menerima semua perubahan yang terjadi pada dirinya.
Setelah merasa sedikit tenang, ia pun langsung mengakhiri sesi menangisnya dan mulai berjalan menuju halte bus yang ada tidak jauh dari kompleks perumahan suaminya.
'Ayo Chaca semangat! Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini' batin Chaca menyemangati dirinya sendiri.
'Mungkin kamu harus sedikit berjuang lagi Cha, agar suami mu mau menerima dirimu di hidupnya' batin Chaca lagi.
EMG di sekolah ga Ono cctv apa