**Tidak ada adegan vulgar cinta sesama jenis disini ya***
Tawaran Menjadi istri kontrak seorang gay (Galeo davin) dengan Bayaran 1 Milyar untuk 1 tahun, membuat Resha Alea (Eca) langsung menyetujuinya, karena kebutuhan yang mendesak akibat hutang judi yang di wariskan oleh mendiang orang tuanya.
Setelah pernikahan, Eca selalu menyaksikan kebersamaan Leo dan teman dekat laki lakinya, Stavi yang bernama asli (Gustav Alvaro).
Seiring berjalannya waktu, Perlahan Leo berubah sedikit demi sedikit karena afirmasi dan perlakuan yang Eca berikan di setiap harinya.
(Novel ini ringan ya, jangan berharap konflik yang berat seberat beban hidup ... jangan!)
Yang suka silahkan lanjut baca, yang gak suka gak usah menggiring kebencian lewat kolom komentar, lebih baik di skip, okey?! ✨
Btw ini novel ke 3 author ya, makasih yang udah setia nemenin dari novel pertama, I love you so bad my readers 💜✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gemoy banget
Leo terkejut bukan main saat ketiga orang itu melihatnya hanya menggunakan celana ketat. Dengan cepat Leo berlari ke dalam kamarnya tanpa memikirkan nasib Eca.
"Yaampun Eca, ini kenapa?" Ucap greya cemas, saat melihat kaki Eca yang di oles cairan antiseptik tapi masih mengeluarkan sedikit darah.
"Ma jangan mendekat dulu, banyak pecahan kaca. Biar kak Leo bereskan dulu."
"Kaaaaaaaaaak." Teriak Eca dengan suara melengking, dan itu membuat Greya menutup sebelah kupingnya, karena terasa pengang.
Leo keluar kamar menggunakan kaos dan celana yang sopan, air hangat pun sudah kembali dingin, niat mandi di urungkan karena kejadian yang tak terduga dan datangnya tamu yang tak di undang.
Dengan cekatan Leo mengambil sekop dan sapu untuk membersihkan pecahan kaca yang ada di sekitar kaki Eca.
"Kakek ... Mama, papa duduk dulu aja, ngapain nontonin Eca?" Ucap Leo.
Zalendra mengetuk pelan lengan Leo dengan tongkatnya. "Kamu apain Eca bisa sampai begini?"
"Tadi kami lagi main kejar-kejaran kek." Jawab Eca.
"Kejar-kejaran?" Tanya Zalendra heran.
Leo Khawatir Eca akan keceplosan jika menceritakan semuanya sejak awal.
"Biasalah kek, Istriku nolak terus. Jadi deh kita kejar-kejaran." Sahut Leo.
Penjelasan dari Leo membuat Zalendra tidak ingin mencari tahu lebih dalam lagi, sedangkan Greya dan Martin saling pandang lalu sama-sama tersenyum karena membayangkan kelakuan anaknya.
Eca pun ikut tertawa hambar saat mendengarkan penjelasan Leo, padahal itu tidak lucu sama sekali baginya.
Eca memunguti pecahan kaca yang belum tersapu, dengan memunguti satu persatu. "Resha! Diam ... Nanti kamu terluka!!!!" Bentak Leo.
Greya yang sangat anti melihat wanita di bentak oleh pria langsung berdiri menghampiri anaknya. "Tidak usah membentak Eca bisa tidak?"
"Gak apa-apa mah, Kak Leo hanya khawatir." Sahut Eca membela suaminya.
"Ya tapi mama gak suka kalau laki-laki membentak wanita seperti Leo tadi. Jangan di ambil hati ya Ca bentakan Leo tadi." Ucap Greya dengan lembut.
Leo membawa sampah bekas pecahan kaca ke tempat sampah di dekat dapur, pria itu berjalan sambil berkata, "Manjain terossss!"
"Kamu kan udah kenyang di manjain sama kakek." Sahut Greya menimpali Leo sambil membantu Eca berdiri.
Leo mendudukan dirinya di hadapan Zalendra dan juga Martin, tanpa memperdulikan Eca, dan juga Greya di belakang sofa.
"Istrimu kakinya luka Leo, apa mau di biarkan berdiri disini?"
"Gak masalah mama, Eca bisa jalan dengan kaki yang satunya."
Tak ingin mendengar omelan Greya lebih lama lagi, akhirnya Leo menghampiri Eca, Zalendra dan Martin hanya tersenyum melihat perdebatan antara ibu dan juga anaknya.
Leo membantu Eca berjalan dengan memeluk pinggang mungil istrinya dengan sebelah tangannya, dan sebelah tangan Eca di kalungkan di belakang leher Leo.
"Bawa Eca ke kamar, biarkan dia istirahat." titah Greya.
"Bawel." Gumam Leo saat mendengar ucapan Greya dan itu terdengar oleh Eca.
"Anak durhaka." Ledek Eca dengan suara berbisik.
Leo menyunggingkan sebelah bibirnya, dia tidak membalas ledekan Eca. Kemudian langkahnya terhenti di antara kamarnya dan kamar Eca.
Kalau gue masukin dia di kamarnya, semuanya pasti curiga dan tau kalau gue sama gantungan kunci ini pisah kamar.
Leo membelokan langkahnya masuk ke dalam kamarnya, "Jangan GR dulu, gue gak mau mereka tau kalau kita pisah kamar."
"Iya suamiku sayang." Eca terus menggoda Leo, karena saat ada keluarganya, Leo tidak akan berani memarahinya.
Leo menjatuhkan Eca ke atas tempat tidurnya, "Jangan tidur beneran, awas lo."
Eca menjulurkan lidahnya meledek Leo, "Terserah aku dong."
Leo berjalan keluar kamar dan menutup pintunya.
.
.
Leo kembali bergabung dengan keluarganya duduk di sofa, "Sudah hampir malam, kalian tidak ada niatan untuk pulang?" Ucap Leo spontan.
Zalendra terkekeh, mendengar ucapan cucunya itu yang terkesan mengusir. "Sabar sebentar, Kakek mengantar mama papa mu kesini karena mereka khawatir, kamu dan Eca tidak ada kabar setelah memutuskan pindah ke apartemen."
"Oh gitu."
"Kami besok pulang ke Malaysia Leo, maaf hanya bisa singgah sebentar saja di Indonesia. Perlakukan Eca seperti papa memperlakukan mama kamu." Ucap Martin yang di balas dengan tatapan aneh oleh Greya istrinya.
"Hm." Hanya itu respon yang Leo berikan.
"Kalau begitu kami pamit, sampaikan salam kami pada istrimu ya. Ini ada kado untuk Eca, kamu tidak boleh membukanya." Ucap Greya sambil menyerahkan paper bag.
"Ih siapa juga yang mau buka." Sahut Leo, sambil berjalan mengekor di belakang ketiga orang yang akan keluar dari apartemennya.
"Jaga diri, dan jaga Eca." Ucap Martin sebagai penutup.
"Iyaaaaa," Ucap Leo sedikit risih.
Mereka pun akhirnya keluar dari apartemen Leo, dan dengan segera Leo masuk ke dalam kamarnya. "Tuh kan, kesempatan banget nih anak tidur di kamar gue." Umpat Leo yang melihat Eca sedang tertidur lelap.
Leo hendak membangunkan istrinya itu, tapi ada sedikit rasa tidak tega saat mendengar dengkuran halus Eca.
Kasur di kamar Leo memang jauh lebih nyaman di bandingkan kasur tidur Eca, itu yang membuat Eca begitu nyaman dan bisa tertidur pulas dalam sekejap.
"Terpaksa deh gue harus tidur di kamarnya malam ini." Gumam Leo pelan dan berjalan keluar kamar, tak lupa juga Leo mengganti lampu kamar dengan lampu tidur yang redup dan menutup pintu kamar dengan perlahan.
.
.
Pagi hari.
"Eugh!!!! Nyenyak banget." Eca terbangun dari tidurnya, tapi dia merasakan sedikit perih pada kakinya, sehingga wanita itu berjalan pincang menuju pintu kamar.
"Masih jam 5 pagi." Gumam Eca saat melihat jam dinding.
Eca masuk kedalam kamarnya, dia tersenyum saat melihat Leo yang tertidur menggunakan selimut yang biasa dia gunakan. "Gemoy banget."
Saat Eca ingin mencari ponselnya yang berada di dalam kamar tidak sengaja dia menjatuhkan kotak skincare yang terkena siku tangannya, suara jatuh kotak itu lumayan kencang sampai membuat tidur Leo terjaga.
"Apa-apaan sih lo berisik banget." Ucap Leo sambil mengucek matanya.
"Maaf kak, aku lagi cari ponselku, dimana yah?"
"Ya mana gue tau! lo udah ganggu gue yang baru aja tidur satu jam!"
"Kakak begadang?" Tanya Eca.
"Ya, sama kasur sialan lo ini, sakit sebadan gue bisa-bisa nanti di kantor ... minggir lo ah, gue mau lanjut tidur di kamar gue." Leo berjalan gontai menuju kamarnya dan lanjut memejamkan matanya.
Tidur aja sana, satu jam lagi aku bangunin tidur nyenyak kamu, haha. Ucap Eca dalam hati.
.
.
Pukul 06.00 pagi.
"Kaaaaaaaaaak ngantor." Teriak Eca di samping tempat tidurnya.
"Kak Leoooooooo." Wanita itu makin mengeraskan suaranya sambil sebelah tangannya menggoyangkan tubuh Leo agar cepat bangun.
Tanpa aba-aba apapun, Leo menarik sebelah tangan Eca, pria itu memeluk dan membekap mulut Eca dengan telapak tangannya.
*Deg.
Leo merasakan hal yang sama seperti kemarin,
*Bila ada kesalahan ketik tolong komen ya, biar langsung aku edit*
Oh ya , jangan lupa subscribe dan follow, tengkyuuu!!!!!