Ramadhan Permana seorang Suami yang terpaksa menikah lagi demi kesembuhan putranya,karena terhimpit ekonomi serta biaya pengobatan yang tidak sedikit, telah membuat seorang Ramadhan putus asa, Jihan sang istri selalu memberikan semangat untuknya, dan soal keputusan Rama untuk menikah lagi merupakan atas kesepakatan bersama, meskipun itu semua begitu berat untuk Jihan,di madu oleh suaminya tidak pernah terlintas di dalam benaknya.
Mayang Lesmana yang tengah hamil anak dari kekasihnya yang telah pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab. Ayah Mayang, yang merupakan seorang pengusaha kaya, mengetahui kehamilan putrinya dan khawatir nama baik keluarganya akan tercoreng. Oleh karena itu,ayah Mayang yakni Tuan Mahesa Lesmana meminta Rama untuk menikahi putrinya dengan imbalan yang sangat fantastis dan pada saat itu posisi Rama hanyalah seorang pegawai biasa.
Rama dan Mayang akhirnya menikah,karena keterpaksaan,dan mereka harus beradaptasi dengan keadaan,mampukah Rama bersikap adil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemunya Rama dan Mayang
Akhirnya malam pun tiba, Rama tampak gugup karena ia akan bertemu langsung dengan Mayang, sebelumnya Rama telah menemui Tuan Mahesa dan mengatakan bahwa dirinya menyetujui syarat darinya.
Tuan Mahesa yang mendengar keputusan dari Rama, ia sangat senang sekali dan rencananya malam ini juga ia akan mentransfer separuh uang yang telah ia tawarkan kepada Rama sebelumnya, untuk sisanya akan ia bayarkan setelah Rama dan putrinya resmi menikah.
"Jihan, aku pamit dulu, kamu baik-baik di sini bersama putra kita, besok kita akan pindahkan Adnan ke Rumah Sakit Edelweis, aku ingin Adnan bisa segera sembuh kembali!"
"Iya Mas, kamu hati-hati ya! Jaga selalu hatimu untukku, meskipun nantinya kau menikah lagi dengan wanita lain, aku hanya ingin menjadi wanita pertama yang selalu ada di hatimu!" ucapnya sembari memandangi suaminya yang terlihat berbeda, kali ini Rama terlihat lebih rapih dan bersih, bulu-bulu halus yang kemarin tumbuh di area wajahnya kini telah di cukur rapih, bentuk matanya yang bulat, hidungnya yang mancung serta bibirnya yang tipis, seolah telah menyihirnya, itu sebabnya Jihan selalu takut jika suaminya akan berpaling darinya, tapi kali ini ia mencoba untuk percaya akan kesetiaannya.
"Mas, kalau sudah selesai urusannya, kamu cepat pulang ya!"
Lalu Rama mencangkup wajah istrinya yang terlihat mungil, dan mengecup keningnya.
"tenang saja istriku, aku pasti akan secepatnya kembali setelah urusanku selesai!" jawabnya sembari melemparkan senyum.
Dan akhirnya Rama bergegas pergi menuju rumah Tuan Mahesa, kali ini ia masih merasa gugup! Pikirnya apa jadinya jika seandainya Nona Mayang tahu jika dirinya yang profesinya hanya sebagai seorang supir yang akan menjadi suaminya kelak? Rama sendiri sudah siap jika seandainya Nona Mayang merendahkan dirinya, karena pasti ia sudah tahu maksud dan tujuan mengapa dirinya mau menerima syarat dari Tuan Mahesa.
Sambil menarik napas panjangnya, Rama mencoba menetralisir rasa gugupnya yang kian menguasai dirinya.
"Ayo Rama, kamu pasti bisa melakukan semua ini, dua tahun bukanlah waktu yang lama!" monolognya seraya menyemangati dirinya sendiri.
Setibanya di kediaman Lesmana, Rama di sambut hangat oleh Tuan Mahesa dan juga Hans, ia di persilahkan duduk manis di kursi Sofa ruang tamu yang sudah di sediakan, kali ini ia merasa bukan di anggap sebagai seorang sopir tapi sudah seperti seorang tamu agung.
"Rama, kau tahu saat kau mengatakan bersedia menerima tawaranku? Aku merasa sangat lega dan sepertinya malam ini aku bisa tertidur dengan pulas, kecemasanku selama ini akhirnya sudah mendapatkan jawabannya darimu, tunggu sebentar ya, nanti Bu Linda akan membawa Mayang kesini dan akan bertemu langsung denganmu!" Tuan Mahesa sengaja berbisik di telinganya Rama.
Sedangkan Rama kembali merasa gugup, ia selalu membayangkan bagaimana ekspresi wajah nona mudanya saat bertemu dengannya, pastinya akan sangat membencinya, Rama sendiri sadar diri bahwa dirinya adalah golongan rakyat jelata yang mendapatkan keberuntungan menikahi wanita konglomerat, meskipun awalnya hanya berniat membantu Tuannya dan demi kesembuhan putra semata wayangnya.
Keterpaksaan inilah yang telah membawa Rama melakukan hal nekat seperti ini, meskipun ia harus menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang laki-laki.
Tak lama, Mayang datang bersama dengan Ibu Linda, wanita yang menjadi pengasuhnya sedari usianya lima tahun, karena di saat usianya menginjak lima tahun, ibunya telah meninggal dunia karena peristiwa kecelakaan tunggal yang telah merenggut nyawanya.
Selangkah demi selangkah, Mayang menelusuri anak tangga, dan akhirnya ia tiba di ruang tamu, Mayang langsung menyapa Papahnya dan juga Hans, sedangkan Rama sepertinya tidak ia hiraukan.
padahal saat ini Rama hanya menundukkan kepalanya, entah kenapa ia merasa sangat malu bertemu dengan Nona mudanya.
Kemudian Mayang mengedarkan pandangannya ke arah Rama, ia cukup terkejut saat melihat Rama mulai mendongakkan wajah nya dan menatap ke arahnya
'Hemmm...lumayan juga gak jelek-jelek amat, setidaknya tampangnya tidak kampungan, kupikir dia mirip dengan pak Syarif, ternyata sangat jauh berbeda!' ucapnya dalam hati.
"Nah Putriku, ini adalah Ramadhan Permana, yang nantinya akan menjadi suamimu, bagaimana menurutmu?" tanya Sang Papah tak sabar menunggu jawaban dari putrinya.
"Hmmmm, lumayan sih Pah, oh jadi pria ini yang nantinya akan menjadi suamiku, seorang suami bayaran!" jawabnya sengaja menyindir dan cukup lantang.
Mendengar kata suami bayaran, Rama merasa tersinggung, namun apa mau di kata memang kenyataannya seperti itu, ia adalah suami bayaran untuk Mayang.
Sedangkan Tuan Mahesa tidak berkata apapun ia hanya menghela napasnya karena memang pada kenyataannya seperti itu, tapi ia tidak terlalu menghiraukannya yang terpenting rencananya berhasil, agar keluarga besar Lesmana tidak tercoreng akibat ulah putrinya yang sudah membuat malu, apalagi kedua orang tuanya Tuan Lesmana begitu keras dan sangat gila hormat, mereka selalu ingin menjadi keluarga yang terpandang dan tidak boleh ada satupun anggota keluarga yang membuat malu, apalagi sampai mencoreng seperti apa yang sudah dilakukan oleh Mayang tentunya.
Kemudian Rama di ajak makan malam oleh Tuan Mahesa dan juga putrinya.
Melihat makanan enak yang tersaji di atas meja makan, seketika Rama jadi teringat anak dan istrinya, pikirnya andai Adnan dan Jihan berada di sini dan bisa menikmati hidangan seperti ini, alangkah bahagianya dirinya saat ini.
Selesai makan malam, Rama dan Mayang akhirnya memutuskan untuk membicarakan masalah pernikahan mereka, sedangkan Tuan Mahesa dan Hans sengaja meninggalkan mereka berdua, karena menurutnya putrinya dan juga Rama minimal butuh waktu untuk bisa saling mengenal satu sama lain.
Kini Rama dan Mayang duduk berhadapan di atas kursi Sofa ruang keluarga, suasana sekitar sangat hening dan hanya terdengar suara detakan jarum jam yang terus berputar
Baik Rama dan Mayang, keduanya terlihat masih canggung.
Dan pada akhirnya Mayang memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu kepada Rama.
"Berapa banyak Papah telah membayar mu untuk mau menikahi ku hah?" perkataan dari Mayang lagi-lagi asal ceplos dan langsung kepada intinya.
Penampilan Mayang terlihat jelas seperti wanita angkuh, dimana kedua tangannya ia lipat diatas dada dan pandangan lurus kedepan, seperti biasa ia senang menaikan sedikit dagunya.
Rama sempat mengepalkan tangan atas perkataan dari Mayang.
"Untuk apa Nona ingin tahu masalah ini?" akhirnya Rama memberanikan diri berkata seperti itu.
Mayang sempat jengkel atas jawaban dari Rama.
"Hey, kau jangan merasa besar kepala karena Papah telah percaya padamu, ayo cepat katakan, berapa banyak Papahku mengeluarkan uang untukmu!" desaknya kembali.
Rama hanya bisa menghela napas atas sikap Mayang yang menurutnya sangat berbeda jauh dengan Jihan.
'Kalau bukan demi kesembuhan putraku, aku tidak akan pernah sudi menikah dengan wanita seperti mu!' gerutunya dalam hati.
Akhirnya Mayang beranjak dari tempat duduknya dan sengaja mendekat ke arah Rama.
"Jadi kau tetap tidak ingin mengatakannya hah?" Mayang sengaja mendekatkan tubuh serta wajahnya dan menatap dalam ke arahnya.
Tiba-tiba Rama berubah menjadi gugup saat Mayang berada begitu dekat dengannya.
"Maaf Nona, saya sudah berjanji kepada Papah anda untuk merahasiakan masalah ini termasuk kepada anda!" jawabnya dengan tegas
Mayang yang mendengar Rama berkata seperti itu, ia semakin kesal dibuatnya, hingga akhirnya ia menggebrak meja di depan Rama.
Brak!
Rama tidak habis pikir jika kelakuan Mayang sangat bar-bar dan tidak mencerminkan sebagai wanita yang terhormat dan berpendidikan.
"Aku tidak akan pernah membiarkan kamu berada di atas angin, Rama! Kau akan menyesal karena telah menerima tawaran dari Papah, dasar pria rendahan tidak tahu diri!"
Jleb!
Lagi-lagi Mayang berkata kasar kepada Rama, namun kali ini Rama mencoba untuk bersabar dan membalasnya dengan sebuah senyuman.
"baiklah Nona, kita lihat saja nanti, siapa yang akan menyesal di kemudian hari, aku atau dirimu!" dengan rasa percaya dirinya Rama berkata seperti itu, pada akhirnya Rama memutuskan untuk pergi meninggalkan Mayang seorang diri di ruang keluarga dan lebih memilih untuk menemui Tuan Mahesa karena setelah ini Rama akan menandatangani surat perjanjian dengannya.
'Dasar pria miskin menyebalkan, awas saja kamu, akan aku balas semua perbuatan mu itu, kau akan bertekuk lutut di hadapan ku dan memohon pengampunan ku, camkan itu!' amuknya dalam hati.
Bersambung....
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼