Dark Dragon adalah sebuah kelompok yang di buat oleh anak anak sekolah di tahun dua ribuan. mereka yang merupakan teman sekolah juga teman di tempat balapan setuju untuk membuat kelompok dengan nama itu agar mereka bisa tetap kompak dan punya wadah yang tepat untuk menyalurkan hobi mereka.
sang ketua yang bernama Adrian Wijaya merupakan anak dari seorang Kiai ternama di kotanya tapi dia tidak bisa meneruskan tanduk kepemimpinan pesantren di karenakan dia lebih suka tinggal dan sekolah di Jakarta dan mengelola bisnis orang tuanya.
hingga hidupnya berubah, dari yang hanya mengurus usaha keluarga dan Dark Dragon, tiba tiba ada seseorang yang masuk ke dalam hidupnya. siapakah dia? dan bagaimana kisah mereka juga teman temannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertamu ke rumah Adrian
Karena Sari terus menangis dan tak mengatakan apapun, Adrian akhirnya memutuskan untuk pulang sebentar menemui ibunya
"Sar, gue pulang ya, Lo nggak apa apa kan sendiri di rumah?" Ucap Adrian dengan suara pelan. Dia sedang berada di teras rumah Sari karena orang tua Sari belum pulang dari acara pernikahan
"Lo mau kabur kan kak!" Jawab sari yang akhirnya bicara
"Nggak, umi gue di rumah cuma sama asisten rumah tangga, kasihan" jawab Adrian jujur
"Terus nanti kalau ayah sama bunda gue pulang, gue mau bilang apa?" Tanya Sari cemberut
"Jangan bilang apa apa, kaya biasa Lo aja sehari hari" jawab Adrian mencoba membujuk Sari
"Tuh kan Lo nggak mau tangung jawab" pekik Sari kembali marah
"Bukan gitu Sari, kamu tuh nggak akan hamil cuma karena di pegang doang" ucap Adrian mencoba menjelaskan
"Bohong, kata ayah kalau kita di pegang pegang cowok nanti hamil, jadi gue nggak boleh di pegang sama cowok manapun kecuali suami gue" ucap Sari dengan nada marah
"Percaya sama gue, kan kita sudah belajar tentang reproduksi manusia di sekolah, apa Lo lupa?" Ucap Adrian serius
"Gue lupa kak, makanya gue nggak masuk kelas unggulan" jawab Sari polos dan membuat Adrian menepuk jidatnya
"Kasih tahu deh gimana caranya biar gue tahu" ucap Sari santai tapi membuat Adrian deg-degan
"Ya ALLAH.... Tolong aku!" Pekik Adrian frustasi
"Kenapa malah Lo yang sedih, harusnya gue kak, Lo udah megang aset gue" ucap Sari ketus
"Aset kecil gitu aja Lo permasalahkan" jawab Adrian tanpa sadar
"Apa Lo kata!" Pekik Sari tak terima
"Eh... Gue salah ngomong Sar, maaf" jawab Adrian panik
"Pokoknya gue nggak mau tahu Lo harus tunggu sampai ayah sama bunda gue datang, kalau nggak gue ikut Lo supaya Lo nggak bisa kabur" ucap Sari tegas
"Kasihan umi gue Sari" bujuk Adrian memelas
"Ya udah ayo gue ikut, sekalian ketemu calon mertua, gue kan udah cantik nih tinggal cuci muka aja biar lebih kinclong" jawab sari yakin
"Calon mertua apa, gue nggak akan nikah sama Lo" ucap Adrian serius dan membuat Sari kembali menangis
"Ya udah, pulang sana" ucap Sari sambil terisak
"Beneran ya gue pulang, nanti kalau Abi gue udah balik, gue kesini lagi, ini mie ayamnya udah dingin" ucap Adrian lalu menyerahkan plastik berisi mie ayam ke tangan Sari
"Iya pulang aja sana, nanti kalau gue hamil biar gue urus anak ini sendiri" jawab Sari sambil terus terisak dengan plastik mie ayam di tangannya
"Astagfirullahhaladzim!" Ucap Adrian lalu mengusap wajahnya kasar
Karena Sari terus menangis dan orang tuanya juga belum pulang, jadi Adrian memutuskan untuk membawa Sari ke rumahnya meski dengan resiko akan mendapatkan banyak pertanyaan dari sang ibu nanti
Saat sampai di rumah Adrian, Sari terus menerus menatap kagum area halaman bahkan terus bergumam ketika melihat apa yang menurutnya menarik
"Assalamu'alaikum.." sapa Adrian mulai masuk ke dalam rumah
"Wa'alaikumussalam... Loh kamu bawa siapa ini!" Ucap Halimah melirik Sari dengan mengernyitkan alisnya
"Ini teman Adrian, adik kelas lebih tepatnya umi, tadi Adrian antar ke rumahnya tapi orang tuanya belum datang" jawab Adrian lalu mencium tangan Halimah begitu juga Sari, ikut mencium tangan Halimah dengan malu malu
"Masya Allah.. kamu cantik sekali" ucap Halimah tersenyum sambil mengusap rambut Sari
"Rian ke kamar dulu ya mi, mau ganti baju" ucap Adrian lalu pergi ke kamarnya dan meninggalkan Sari bersama Halimah
"Sini ikut umi, umi sedang memasak" ajak Halimah pada Sari
"Sari bantuin ya umi" jawab Sari tersenyum
"Umi lupa tanya nama kamu" ucap Halimah tersenyum lembut
"Nama saya Puspita Sari umi" jawab sari tersenyum bahkan dia tanpa malu memanggil Halimah umi
"Kamu bisa memasak?" Tanya halimah lembut
"Sari sering bantu bunda masak di rumah" jawab sari jujur
"Kalau begitu, ayo bantu umi juga" ajak Halimah lembut
"Umi selalu masak sendiri?" Tanya Sari saat mereka sudah sampai di dapur
"Nggak juga, sering di bantu bi Minah, kadang juga umi cuma tinggal makan aja" jawab Halimah terkekeh
"Sari juga belum ahli umi, soalnya Sari cuma bantu motongin sayuran atau ngaduk ngaduk aja" ucap Sari cengengesan
"Kamu kenapa pakai kebaya begini?" Tanya Halimah penasaran
"Tadi sari habis dari kondangan umi, karena undangannya ada dua, jadi yang pergi ke tempat saudara ayah, Sari yang mewakili" jawab sari menjelaskan
"Terus orang tua Sari?" Tanya Halimah tersenyum, dia sangat senang dengan Sari karena tidak jaim
"Ayah sama bunda pergi ke pernikahan murid perguruan silat ayah umi" jawab sari jujur
"Oh, ayahnya Sari punya perguruan silat?" Tanya Halimah terkejut
"Iya umi, nama perguruannya KHASANAH umi, itu juga nama bundanya Sari" jawab Sari terkekeh
"Khasanah? Seperti nama teman umi" ucap Halimah tersenyum
"Nama ayah kamu siapa?" Tanya Sofyan yang baru saja sampai dan mendengar perbincangan istrinya dan Sari
"Abi sudah pulang?" Ucap Halimah terkejut lalu menghampiri Sofyan dan mencium tangannya begitupun Sari
"Abi khawatir ninggalin umi lama lama" jawab Sofyan tersenyum dan melirik ke arah Sari
"Ini namanya Puspita Sari, tadi dia kesini bersama Adrian" ucap Halimah yang melihat tatapan penasaran Sofyan
"Tadi kamu bilang, ayahmu punya perguruan pencak silat bernama khasanah kan?" Tanya Sofyan serius
"Iya om" jawab Sari gugup karena melihat Sofyan yang auranya sangat kuat
"Panggil Abi saja, seperti kamu manggil umi" ucap Halimah tersenyum lembut
"Iya Abi" ucap Sari menunduk
"Nama ayah kamu siapa?" Tanya Sofyan lagi
"Namanya Marwan Abdul Aziz Abi" jawab Sari sopan dan membuat Sofyan tertawa senang
"Umi ini anaknya Aziz sama Sanah" ucap Sofyan tertawa
"Pantas saja wajah kamu ini mirip sekali dengan Sanah" ucap Halimah kaget
"Abi sama umi kenal sama orang tua Sari?" Tanya Sari polos
"Kami kenal orang tuamu saat kami masih di pesantren dulu, sudah lama sekali bahkan semenjak Abi menikah sudah hilang kontak tapi masih dengar kabar dari beberapa teman saja" jawab Sofyan panjang lebar
"Abi sudah pulang?" Sapa Adrian yang sudah mandi dan berganti pakaian
"Kak, orang tua kita sudah kenal sejak masih di pesantren, jadi pasti nanti kita di restuin sama orang tua kita" ucap Sari senang dan tak sadar disana ada Halimah dan Sofyan
"Memang kalian mau apa, pake minta restu segala?" Tanya Sofyan bingung
"Nggak Abi, si Sari memang suka bercanda" jawab Adrian terkekeh dan membuat Sari cemberut
"Lo pasti mau ninggalin gue kan kak?" Pekik Sari yang mulai menangis lagi
"Eh . Eh.. ini kenapa sama Sari, jangan nangis sayang" bujuk Halimah memeluk Sari
"Kenapa Rian?" Tanya Sofyan tegas dan membuat Adrian menarik nafasnya panjang
Adrian lalu menjelaskan apa yang terjadi dari awal dia bertemu Sari di jalan sampai insiden itu terjadi. Saat mendengarnya, Sofyan cukup terkejut karena ternyata sahabatnya Aziz sangat menjaga anaknya sampai mengatakan hal yang cukup tidak masuk akal
"Gimana kalau Sari hamil umi" rengek Sari yang masih dipeluk Halimah
lanjut KA penasaran