" Tolong Duk, kakek titip mereka padamu, kakek takut tak mampu lagi bertahan di dunia yang keras ini kasihan mereka jika kakek sudah tiada." ucap pria tua itu kepada ku, aku melihat ke arah dua anak kecil saling bergandengan, mata mereka yang biru safir menatapku dengan harap.
" Baiklah kek, saya akan menjaga mereka, tapi saya minta maaf saya tidak bisa memberikan mereka fasilitas, kakek tau kan keadaan saya juga sedang sulit." Ucapku jujur dan kake itu mengangguk.
" Saya percaya padamu Duk, saya titip mereka, dan terimakasih..." ucap pria tua itu dan pergi meninggalkan kedua anak kecil itu di hadapanku, mata mereka yang tajam serta indah, membuat siapa saja akan merasa tak tega. dua Anka kecil yang ku bawa pulang membuat kehidupan ku berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pisang goreng
Suara bising memecahkan kesunyian di sebuah ruangan, suara bising itu muncul dari ponsel salah satu penghuni yang sedang terlelap, cuaca yang dingin membuat mereka Engan bangun, namun suara bising alarm miliknya terus berbunyi.
Antika bangun mematikan ponselnya ia melihat pukul yang tertera di ponselnya, pukul empat dini hari, pertanda subuh sudah masuk dan jam wajib sebagai muslim sudah tinggal hitungan menit.
Antika membangunkan Aldi untuk melaksanakan kewajiban mereka sebagai muslim.
" Mas...mas...ayo bangun sebentar lagi subuhan." Ujarku kepada mas Aldi, sedikit ku goyangkan lengan mas Aldi dan membisikkannya dengan pelan di telinga nya.
" Jam berapa ini ma?" tanyanya sedikit menggeliat.
" Jam empat subuh, ayo bangun, mandi dulu baru kita salat bareng." Ucapku, aku bangkit dari pinggir ranjang setelah berbicara, ku lihat mas Aldi terbangun dan duduk namun tidak langsung bangkit, ia mengumpulkan sisa nyawa terakhir yang entah nyangkut di atas lemari atau pohon Ketapang di samping rumah.
Antika berjalan duluan, setelah beberapa menit antika keluar dari kamar mandi yang di buat kusus di dalam rumah itu.
setelah berpakaian Antika melihat Aldi yang sudah keluar dari kamar mandi, ia lekas menuju dapur miliknya dan membuatkan kopi kesukaan suaminya.
Setelah salat Aldi keluar membawa kopi buatan istrinya ke teras, ia mengamati suasana sunyi dan sejuknya bau embun di pagi hari yang masih sedikit gelap, dari kejauhan mata Aldi melihat seseorang yang sedang berjalan ke arah meja besar, bukan hanya satu melainkan tiga bayangan samar hitam yang terlihat karena tak adanya cahaya lampu atau sinar bulan, karena semalam adanya hujan jadi membuat rembulan tak timbul.
Aldi masih memperhatikan gerak-gerik bayangan itu mereka hanya duduk di kursi meja besar itu, meja yang biasa untuk para warga sungai teli hulu ngumpul pada saat makan atau pun pada saat ingin berkumpul.
" Siapa mereka? apakah warga desa sungai Tepi hulu?" Pertanyaan dalam diri Aldi, ia akan mencoba mendekat namun terhenti saat antik keluar membawa pisang goreng yang akan kaya dengan keharumannya.
" Ada apa mas?" Tanya ku heran saat melihat mas Aldi mau turun ke bawah.
" Di sana ada orang ma, mas mau coba kesana tapi...hemm..baunya harum..mas jadi laper." Ujar Aldi ia melihat istrinya meletakan piring berisi pisang goreng yang masih mengepul asapnya.
" Jangan sendirian mas, kita kesana." Ujar Antika, ia masuk sebentar mengambil lampu emergency genggam, tak lama keluar mendekati Aldi dan mengandeng lengan suaminya, mereka berjala. Menuruni anak tangga meninggalkan rumah mereka sesat menuju meja panjang besar itu, dengan membawa lampu emergency di genggaman antika
" Kalian siapa?" Tanya Aldi, Dengan Suara berta dan kasnya, ia hanya melihat tiga punggung yang duduk bersebelahan.
" Maafkan kami tuan, kami hanya ingin duduk disini apakah boleh nyonya." ujar wanita yang rambut sebahu, saat menoleh melihat Antika dan Aldi sudah berada di hadapannya.
" Kalian yang kemarin di bawa oleh suamiku?" Tanya ku ke pada ketiganya.
" Iya, " Jawab pemuda itu.
" Sedang apa kalian ini masih gelap?" Tanya mas Aldi heran mungkin jam segini semua orang masih tidur namun tidak untuk Antika dan Aldi yang emang harus bangun lebih pagi dari yang lain.
" Maaf tuan...kami ingin keluar dari desa ini tadi ingin mencari makanan untuk kita makan." Ujar pemuda itu, dan terlihat mereka menundukkan wajah mereka.
" Kalian lapar?" Tanya ku saat mendengar ucapan pemuda itu, namun bukannya jawaban mereka hanya menunduk saja.
" Sebentar mas, temani aku pulang duluan ambil pisang tadi." Ujar ku, mas Aldi yang tidak mendengar ucapan dua kali lekas mengandeng tanganku dan menyalakan lampu emergency genggam itu, mereka berjalan beriringan ,sedangkan ke tiga orang itu hanya terdiam menatap kedua punggung itu menjauh, mereka terpukau dengan cahaya lampu itu atau entah ada pikiran lain yang mereka pikirkan.
Antika kembali dengan banyaknya pisang goreng ada yang sudah masak dan se-baskom kecil sisa adonan untuk pisang goreng Antika tidak membawa pisang gorengnya ia sudah menyiapkan di item box jadi tinggal mengambilnya saja.
" Sebentar, mas tolong bantu nyalakan kompor portable ini, " Ucapku sambil meletakan kompor portable itu di ujung meja.
Aldi tak banyak suara ia melakukan yang istrinya minta, ia lekas menyalakan kompor itu, Antika bukanya gak mau mengunakan tungku yang ada namun karna hanya menggoreng pisang saja Antika memilih menyalakan kompor portable yang sudah ia sediakan sejak ia memiliki item box.
Langit mulai terlihat biru, cahaya keemasan yang mulai muncul dari ufuk timur menandakan pagi yang hangat akan bersambut, Antika juga sudah menyelesaikan gorengannya ia mendapatkan dua piring tidak besar karena mengunakan kompor portable, dari kejauhan beberapa rumah mulaiembuka pintu, mereka berjalan cepat berbondong-bondong mendekati meja besar itu yang sudah ada Antika dan Aldi serta tiga orang baru yang mereka temui, ternyata bau harum yang terbawa oleh angin membuat mereka semua keluar rumah, kecuali anak-anak yang masih terlelap.
" Wah...nona Antika memasak apa baunya sampai ke dalam rumah kami." Ujar salah satunya, Antika menoleh dan menatap terkejut melihat semua orang dewasa berkumpul.
" Hemm...saya hanya membuat sedikit pisang goreng, enak di makan di pagi hari seperti ini dengan suasana dan hawa yang sejuk." Ujar Antika, walau awalnya terkejut namun ia mampu menetralkan rasanya itu dan berbicara seperti biasa.
" Tunggu kalian baru bangun?" Tanya mas aldi, ia meneliti setiap penampilan orang yang sudah berkumpul itu.
" Ia tuan kami mencium baunya harum sekali." Ujar salah satu wanita mantan pengembara dari selatan itu.
" Kalian semua mandi dulu jangan lupa sikat gigi kalian baru kalian semua bisa berkumpul kembali di sini kita makan pisang gorengnya sama-sama." Ucap tegas Aldi ia menatap semua orang dengan tatapan sangat tegas. ekspresi wajahnya menandakan ke ucapannya tak boleh di bantah iya tau dia harus bersabar mengajarkan mereka dengan cara pelan-pelan.
Melihat semua warga kompak bubar dan masuk kedalam rumah masing-masing tak lama keluar lagi membawa handuk dan ada juga yang membawa sarung, Aldi sudah menyiapkan sabun cair dan sampo setiap kamar mandi jadi tidak perlu repot lagi, hanya membawa penutup diri aja.
" Mas..Tolong bantu nyalakan tungkunya, " ujar ku saat melihat semua orang sudah pada pergi, Aldi yang mendengar ia meminta tolong kepada pemuda itu dan meminta kedua wanita muda itu untuk membantu istrinya.
Antika menyiapkan pisang yang uruh ia mengambil di item box, dan baskom besar miliknya yang akan di isi pisang yang sudah terkupas, serta mengeluarkan kembali baskom tidak begitu besar untuk membuat adonannya, tindakan dan gerak gerik Antika tak luput dari perhatian ketiganya, mereka benar-benar terkejut dan penasaran juga.
Kedua gadis itu membantu Antika mereka gemetar memegang benda tajam yang di berikan oleh Antika, mereka belum pernah melihatnya, mereka memperhatikan Antika saat mengunakannya lalu pelan-pelan mengikutinya.
" Pegang gagangnya dengan benar, hati-hati mengunakannya benda itu sangat tajam jika terkena kulit akan terluka dan mengeluarkan darah, akan terasa sakit nantinya." Ucapku dengan lembut kepada kedua gadis itu.
" Baik nyonya." jawab mereka serempak.
Di saat Antika mengajari kedua anak gadis baru itu, Adli pun mengajari pemuda itu untuk membantunya, mengajari hal yang mudah, sedangkan para warga Sungai tepi hulu yang tadi antri mandi kini sebagian sudah mulai berkumpul di dapur desa.
Mereka langsung membantu kedua gadis itu mengupas pisang yang terlihat kuning kulitnya namun di dalamnya tidak terlihat lembek sangat pas untuk di oleh menjadi pisang goreng.
" Wah...nona, ini apa?" Tanya iza yang baru berkumpul dan mendekati Antika.
" Ini tepung untuk membuat kulit pisang goreng agar renyah," Ujarku saat ini masih mengaduk adonan putih itu.
" Kamu penasaran di sana sudah ada beberapa pisang yang sudah masak, kamu coba dulu kamu bagikan kepada yang tua-tua dulu." Ujar ku lagi menunjuk di atas meja yang sudah ada pisang gorengnya.
" Oke siap kak." jawab iza senang, ia langsung berlari kecil mendekati meja, dan mengambil satu potongan pisang goreng itu, saat iza mengambil tak luput dari tatapan semua orang yang berharap ingin sekali mengambilnya juga.
Iza begitu mengambil dan memasukannya kedalam mulutnya, saat pisang goreng itu tergigit suara crispynya membuat mata iza melotot sempurna, ia mengunyahnya dengan sangat pelan seperti setiap kunyahannya sangat penuh dengan irama, ia menikmatinya tanpa ia sadari ada beberapa wanita dan pria tua yang mendekatinya.
" Wahm..enak sekali...ah...sepertinya tidak bisa ku hentikan...ini sangat enak baru ini aku merasakannya buah seperti ini." Ujar iza begitu hikmat dengan ekspresi menikmatinya yang begitu mendalami, membuat orang yang ada di dekatnya penasaran.
" Nona Antika, bolehkah kami mencobanya juga?" Tanya wanita tua mantan pengembara itu dengan antusiasnya penuh harap.
" Silahkan nyonya, yang lain tunggu yang baru saya goreng ya yang di meja biar para orang tua dulu yang memakannya." Ujar Antika sedikit berteriak karena jarak Antika membuat tepung, kompor dan meja lumayan sedikit jauh sitar 20 meter.
" Wah...benar kata iza ini sangat enak, bagaimana nona membuatnya?" ucap wanita itu saat merasakan sensasinya pisang goreng itu, ia bertanya-tanya, namun tak ada yang menjawab mereka menikmati setiap gigitan dan kunyahan pisang goreng di dalam mulut mereka.
semangat kak 💞
lanjut thorrr...trus semangat..💪💪🥰