NovelToon NovelToon
Janda Cantik Untuk Om Duda

Janda Cantik Untuk Om Duda

Status: tamat
Genre:CEO / Single Mom / Janda / Cinta pada Pandangan Pertama / Tamat
Popularitas:916.1k
Nilai: 5
Nama Author: kikoaiko

Arumi Bahira, seorang single mom dengan segala kesederhanaannya, semenjak berpisah dengan suaminya, dia harus bekerja banting tulang untuk membiayai hidup putrinya. Arumi memiliki butik, dan sering mendapatkan pesanan dari para pelanggannya.
Kedatangannya ke rumah keluarga Danendra, membuat dirinya di pertemukan dengan sosok anak kecil, yang meminta dirinya untuk menjadi ibunya.
"Aunty cangat cantik, mau nda jadi mama Lion? Papa Lion duda lho" ujar Rion menggemaskan.
"Eh"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3

Pagi yang cerah menyelimuti rumah Alvaro dan Naka. Sinar matahari menyusup masuk melalui jendela, menandai awal hari yang baru. Dalam suasana tersebut, Alvaro menghampiri putranya yang tengah asyik dengan aktivitasnya.

"Pagi boy, kamu lagi apa hmm?" tanya Alvaro sambil menjatuhkan tubuhnya di samping Naka. Suara hangatnya terasa seperti pelukan di pagi hari, namun Naka tampak sedikit sinis menanggapi.

Naka menatap ayahnya dengan tatapan mengejek, "kok di lumah, nda kelja? cudah cadal ya kalau puna anak," sindirnya. Seolah mengkritik pilihan ayah yang mulai mengambil waktu untuk bersantai, alih-alih menuntut keseriusan.

Alvaro mengerutkan kening, rasa kesal mulai muncul. "Kerja salah, tidak kerja salah. Dari dulu juga papa sadar kalau punya anak. Kalau tidak sadar, mana mungkin papa membelikanmu mainan?" balasnya cepat. Namun, dalam hatinya, Alvaro merasakan dampak dari pernyataan Naka yang tajam.

"Alacan, kalau tahu cudah puna anak, kenapa kelja telus? Nda pelnah papa temani Naka. Mendelita cekali dili ini, cendilian telus dibuatnya," ucap Naka dengan nada dramatis, seolah meminta perhatian yang selama ini ia rasa terabaikan.

Mendengar itu, hati Alvaro teriris. Ia menoleh, matanya menatap putranya yang masih kecil dengan beban rasa bersalah yang mendalam. Keberanian dan semangat Naka mengguncang kesadarannya.

"Naka, papa benar-benar minta maaf," ujarnya sambil menghela napas berat. "Papa bekerja keras agar bisa memberikan yang terbaik untukmu, untuk masa depan kamu." Suara Alvaro bergetar, mencoba menjelaskan perjalanan yang mungkin belum bisa dipahami oleh Naka.

Naka, dengan bola mata yang mulai berkaca-kaca, menundukkan kepalanya. Ia merasa bingung, tidak mengerti mengapa ayahnya selalu sibuk, sementara teman-temannya bisa merasakan kehangatan bermain bersama orang tua mereka.

Alvaro berusaha merangkul bahu Naka, tetapi Naka sedikit menghindar. Tindakan itu membuat Alvaro semakin menyadari bahwa masih banyak yang harus diperbaiki dalam hubungan mereka.

"Papa janji, akan mencoba lebih sering ada di rumah. Kita bisa main bola atau main game bersama, ya?" tawarnya penuh harap, ingin mengajak Naka kembali ke momen-momen indah yang pernah mereka lalui.

Namun, Naka mengangkat wajahnya, menatap Alvaro dengan ragu. "Nda mau, nda teltalik Naka" tolaknya dengan nada yang penuh ketidakpuasan, seolah mengisyaratkan bahwa luka hatinya belum sembuh.

"Terus kamu maunya apa? Kenapa kamu tidak mau ngertiin papa? Kalau papa ngga kerja, bagaimana bisa beli susu untuk kamu?" kesal Alvaro, perasaannya di ambang sewot, berjuang mengingatkan Naka akan kenyataan.

"Papa juga nda pelnah ngelitiin Naka, cih. Naka cudah becal nda butuh cucu, butuhnya mama balu," seru Naka sambil menahan emosinya yang mulai meluap. Kata-kata itu menggema, menandakan jarak yang semakin melebar antara mereka.

Keduanya terdiam, kesempatan untuk saling memahami terbuka lebar, namun keinginan untuk melanjutkan perdebatan lebih kuat. Dalam ketegangan itu, harapan untuk memperbaiki segalanya tampak semakin samar.

Alvaro melongo tak percaya. Kata-katanya berputar di benaknya, mencerna permintaan tak terduga dari putranya: ingin mama baru. Rasa kecewa menyelip di hatinya, menyadari bahwa ini semua mungkin karena Sang mommy yang meracuni otak kecil putranya.

Naka, putranya yang biasanya hanya menjalani hari-hari dengan ringannya, kini tiba-tiba saja menuntut sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Sebelumnya, Naka tidak pernah menyebut-nyebut tentang mama baru. Namun, belakangan ini, ia lebih sering berkata ingin memiliki sosok seperti mama teman-temannya yang selalu menjemput dengan hangat.

Di sudut ruangan, Alvaro duduk termenung, kepalanya bersandar pada dinding yang dingin. Ia mengusap wajahnya yang letih dengan kedua tangan, berusaha mencerna ucapan Naka yang baru saja terlontar. Cara pikirnya kacau; bagaimana mungkin anak sekecil itu, baru berusia tiga tahun, sudah berbicara tentang 'mama baru'? Pandangannya menerawang jauh ke dalam sisa-sisa memori, mencari jawaban yang mungkin bisa mengobati luka yang baru terbuka.

Di sisi lain, Naka duduk dengan kedua kakinya yang mungil bergelantungan di kursi, matanya menatap ayahnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Bibir mungilnya mengerucut, seolah menyimpan kekesalan yang dalam.

“Apa calahnya minta mama balu? Naka juga ingin cepelti teman-teman Naka,” ucapnya, suaranya lirih namun sarat akan tuntutan. Kesedihan dan kekesalan bercampur aduk dalam kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Alvaro menghela napas panjang, berusaha untuk tidak emosi.

"Untuk kedepannya, papa janji akan meluangkan banyak waktu untuk naka" ucap Alvaro sambil berjongkok di hadapan putranya.

Naka menyipitkan matanya, dia merasa papanya itu tidak mengerti keinginannya. "Papa ini cebenalnya mengelti nda cih? kecal kali Naka ini. Naka itu minta mama bukan minta waktu papa" serunya kesal.

"Cudahlah, males kali Naka ngoblol cama papa, nda pelnah nyambung" ucapnya dan pergi meninggalkan papanya.

Hari ini, Alvaro sengaja tidak masuk kerja untuk menemani putranya, Naka. Namun, rencana mulia itu sepertinya justru ditolak oleh Naka, yang merasa jauh lebih kesepian dan sakit hati daripada sebelumnya. Kesedihan menghantuinya, seperti bayangan panjang yang tak kunjung pergi.

"Al, mau sampai kapan kamu larut dalam kesedihanmu itu?" tanya Nyonya Julia, sang ibu, sambil melangkahkan kakinya penuh rasa prihatin menghampiri putranya. Ia tidak sengaja mendengar perdebatan antara Alvaro dan Naka, dan hatinya merasa terbebani melihat putranya terpuruk dalam kesedihan yang berkepanjangan. "Clara sudah tenang di sana. Tidak seharusnya kamu terus memikirkannya. Kamu juga harus memikirkan Naka. Dia membutuhkan kasih sayang seorang ibu," lanjutnya dengan nada lembut, berusaha menyentuh hati Alvaro.

"Yang dikatakan mommy mu benar, Al. Tidak ada gunanya kamu terus meratapi kesedihanmu itu. Toh, sampai kapan pun Clara tidak akan pernah bisa hidup lagi," timpal Tuan Jason, ayah Alvaro, dengan suara tegas namun tetap lembut. Dua orang yang paling dekat dengan Alvaro itu berusaha memberikan nasihat, berharap anak mereka perlahan bisa bangkit dari keterpurukan.

Alvaro menghela napas panjang, merasakan beratnya beban di dadanya. Dia merasa terpojok oleh kata-kata memojokkan dari kedua orang tuanya. Bukan tidak mau, tetapi di dalam hatinya masih tersemat begitu dalam nama almarhumah istrinya. Kenangan indah dan masa-masa bersamanya masih bercampur dengan rasa kehilangan yang menyakitkan.

Namun, di sudut hatinya, dia juga menyimpan harapan. Jika suatu hari dia dipertemukan dengan perempuan lain—seorang wanita yang tulus dan bisa menerima serta menyayangi kedua putranya sepenuhnya—mungkin dia akan mempertimbangkan semuanya. Mungkin dia akan membuka hati untuk wanita tersebut dan memberi mereka kesempatan.

"Aku masih belum bisa melupakan Clara, mom, dad,” ucap Alvaro pelan, suaranya nyaris terdengar putus asa. Kata-katanya menandakan betapa dalamnya kesedihan yang ia rasakan, tetapi di sisi lain, ia tahu bahwa hidup harus terus berjalan, dan Naka sedang menunggu di tengah pergulatan emosional ini. Kesedihan akan tetapi tetap menjadi bagian dari jalan menuju penyembuhan.

1
yeni kusmiyati
iya diatas ada nama reynaldi ,kemudian ada nama Natasha,mamanya bilang sambil mengelus tangan temennya ,bingung aku Thor ,tapi semangat untuk lebih baik lagi
Dinatha
kok bisa?
anak panggil "Mama "
sementara sang Mama panggil dirinya "Ibu"
Dinatha
oiiii Thor 🤣
Erika yang pergi lho...
kenapa Anggun malah menatap si Renata?
Renata chief itu ya?🫣
Dinatha
Erika nihh
kamu kan mau ambil sampel DNA Bella..
kenapa rambut Amora yang kamu tarik?
btw... Amora itu jin ya?
kok datang dan pergi dari cerita seenaknya saja🤣🤣🤣
Dinatha
ohh Erika.
kan lagi curysi Reza..
kenapa tangan Amran yg kamu genggam?🤣
pembaca makin bingung 😁
Dinatha
wahhh.. nggak benar nih Alvaro embat Natasha..
Ntah Arumi malah buat adek sama Reynald..
asikk pada bingung 😁😁😁
Dinatha
duhh Arumi..
sebodoh bodohnya manusia juga faham kalau perkataan buat anak 10 bahkan sampai 20 itu sebuah candaan.
sampai keselek gitu😁
Shadriana Ana
....
Partini Minok Nur Maesa
untung erika gx jahar
Shanti Aristania
suami nya namanya Alvaro apa reynald sih . si rindu jg berubah JD Sinta...bingung nama2 nya
Partini Minok Nur Maesa
nanti butuh darah dan reza ambil hak asuh bella
Partini Minok Nur Maesa
jgn2 naka bukan anaknya alvaro
Partini Minok Nur Maesa
penasaran gedhenya pst naka jd pelindung buat bella spt kakak kandung
Partini Minok Nur Maesa
enak bgt reza gx ngakuin anak kok mau rebut hak asuh itu namanya gx tau diri
Partini Minok Nur Maesa
klo cerai siap2 jd miskin nyonya anggun yg terhormat
Partini Minok Nur Maesa
kdang tante kadang mama kdang anak sambung kadang ponakan.hadewh kno kyk buru2 nulisnya klo selesai gx dibaca lg kah
Partini Minok Nur Maesa
alvaro itu egois pinginya dicintai tp gx mau memcintai
Partini Minok Nur Maesa
mungkin klo reza minta maaf sama arumi.erika bisa hamil
Dinatha
setelah banyak typo.
paragraf ini paling benar..
tentang hukum yang bisa dibeli di Indonesia
Dinatha
Lion siapa?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!