Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Setelah mata Celline terbuka lebar, betapa kagetnya dia melihat James sedang tidur pulas di sampingnya. Langsung saja dia kaget dan berteriak.
“Ah…….!” Teriak Celline saat melihat James bangun dari tidurnya.
“Ada apa ini? Mengapa sudah teriak-teriak di pagi ini? Mengganggu saja!” Kata James sambil mengusap wajahnya yang masih mengantuk.
“Tuan, mengapa Anda bisa ada di sini?”
“Mengapa? Mengapa kamu masih bertanya? Ini kamar saya. Hak saya untuk tidur di sini.”
Tok….. Tok…… Tok……
Terdengar suara ketukan kembali. Mereka menoleh ke arah pintu kamar.
“Cepat buka pintunya.” Perintah James.
“Ba…. Baik, tuan.”
Terlihat kepala pelayan sudah berdiri di depan pintu kamar mereka.
“Permisi, nona. Saya hanya ingin memberitahu kalau sarapan sudah siap.”
“Iya, baik, pak. Kami akan keluar sebentar lagi.”
“Baik, nona.” Kepala pelayan pergi meninggalkan Celline.
Setelah itu Celline menutup pintu kamar kembali. Sementara James sudah berada di kamar mandi. Celline berusaha mempersiapkan kebutuhan James sebelum berangkat kerja.
Kemudian James mengambil baju yang sudah disiapkan oleh Celline dan memakainya. Sedangkan Celline bergantian untuk mandi.
Setelah selesai semuanya, mereka berdua turun ke lantai bawah untuk sarapan. Para pelayan sudah siap melayani tuan dan nona mudanya untuk sarapan.
Mereka duduk di kursi meja makan. Para pelayan sudah berada di belakang mereka, di dekat tuan dan nona mudanya.
Celline merasa sedikit tegang saat melihat raut wajah James yang terlihat tidak bersahabat sama sekali. Wajah James terlihat sedingin es.
“Cepat hidangkan makanannya!”
“Baik, tuan.”
Mereka mulai sarapan dengan suasana yang terlihat sangat sunyi. Hanya terdengar suara ketukan dari alat-alat makan mereka masing-masing.
Selesai sarapan, Celline mengatar James sampai di depan pintu mobil. Setelah James berangkat kerja, barulah Celline bisa bernapas lega. Berada di sekitar James dengan suasana yang dingin membuat Celline terlihat kaku dan sulit untuk bergerak.
*****
Celline naik ke lantai atas menuju kamarnya. Hari ini dia berencana untuk keluar mansion menemui kedua sahabatnya itu.
Sekitar jam 10 pagi, Jasmine sudah terlihat rapi. Dia turun kembali ke lantai bawah dan berencana untuk keluar mansion.
Saat Celine baru sampai di depan pintu, Pak Dar memanggilnya. Celline menoleh dan menatap ke arah Pak Dar.
“Nona, mau pergi kemana?”
“Aku mau pergi keluar menemui sahabatku.”
“Apakah nona sudah minta izin pada tuan muda?”
“Belum. Memangnya aku perlu minta izin terlebih dulu padanya kalau aku mau keluar rumah?”
“Tentu saja, nona. Tuan akan marah kalau Anda tidak memberitahunya terlebih dulu.”
“Baiklah kalau begitu. Tapi, aku tidak tahu nomor handphonenya.” Celline terlihat sangat bingung dan dia lupa bertanya pada James tadi.
“Biar saya saja yang menghubungi tuan. Anda bisa menunggu dulu.”
Pak Dar mencoba menghubungi asisten Benny untuk menanyakan pada James.
*****
Di kantor James…..
Benny sedang berdiri di depan meja James. Dia hendak melaporkan beberapa dokumen yang harus James periksa dan tandatangani.
Tiba-tiba handphone Benny berbunyi. Dia mencoba mengangkatnya karena melihat ada panggilan masuk dari Pak Dar.
“Hallo.” Jawab Benny.
“Hallo, asisten Benny. Maaf saya mengganggu Anda sebentar. Saya mau mengabarkan kalau nona muda ingin pergi keluar mansion. Apakah diizinkan?”
“Tunggu sebentar, akan saya tanyakan pada tuan.”
“Ada apa?” Tanya James saat melihat Benny menerima telepon.
“Tuan, ini nona muda ingin pergi keluar mansion. Apakah tuan mengizinkannya?”
”Biarkan dia keluar. Asalkan dia ingat waktu sesuai dengan aturan dalam perjanjian itu.” Ujar James tanpa menatap Benny sedikit pun. Dia terlihat sangat sibuk dengan berkas-berkas yang sedang dia periksa.
“Baik, tuan. Saya mengerti.”
Setelah itu, Benny berbicara kembali dengan Pak Dar. Selesai berbicara dengan Pak Dar, Benny memasukkan handphonenya kembali ke dalam saku.
*****
Pak Dar sudah selesai menghubungi Benny. Celline terlihat sudah tidak sabar menunggu jawaban dari Pak Dar. Kemudian dia langsung bertanya pada Pak Dar.
“Bagaimana?” Tanya Celline.
“Anda diizinkan pergi, nona.”
“Yeah….!” Ujar Celline senang.
“Tapi kata tuan, Anda harus ingat waktu dan aturan yang berlaku.” Pak Dar berusaha mengingatkan Celline.
“Siap, pak. Saya mengerti mengenai itu.”
“Saya akan siapkan mobil dan supir dulu untuk antar nona.” Pak Dar hendak berjalan keluar mansion.
“Tidak usah, pak. Saya naik taksi saja.”
Setelah itu Celline berjalan keluar dari mansion mewah itu. Dia mencari taksi sekitar perumahan mewah itu. Sayangnya sangat sulit menemukan kendaraan yang lewat di daerah itu.
Sampai akhirnya Celline menunggu sekitar 10 menit ada taksi yang lewat. Celline menghentikan taksi itu dan pergi menemui kedua sahabatnya ke tempat mereka janjian.
Perjalanan ditempuh Celline sekitar satu jam lamanya. Akhirnya dia sampai di tempat tujuannya. Kemudian dia bayar dan keluar dari dalam taksi itu.
Celline melihat kedua sahabatnya itu sudah menunggu. Ternyata mereka sudah sampai lebih dulu dari dirinya. Dia berjalan masuk ke dalam cafe itu.
“Celline…..!” Panggil Dewi saat melihat Celline sudah sampai.
“Maaf aku datang terlambat.”
“Tenang saja, itu tidak masalah. Kamu mau minum apa?”
“Jus jeruk saja.”
“Aku pesankan dulu. Kalian bicara saja dulu.” Ucap Chris meninggalkan Celline dan Dewi.
Dewi mulai pembicaraannya dengan Celline. Dia benar-benar merasa sangat penasaran dimana sahabatnya tinggal sekarang ini.
“Kamu sekarang tinggal dimana? Mengapa kamu tidak cerita pada kami, kalau kamu sudah keluar dari rumah om-mu itu?” Tanya Dewi memecah banyak pertanyaan untuk Celline jawab.
“Itu…… Karena….. eh……” Celline sangat bingung mulai menjelaskan dari mana.
“Itu apa? Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari kami?”
“Bukan begitu. Aku hanya tidak mau merepotkan kalian. Makanya, aku belum cerita ke kalian berdua.”
“Kamu pikir, kami ini orang asing. Bukannya kita sudah menganggap kamu sebagai saudara kami. Jadi, bagaimana bisa kamu menyembunyikan sesuatu dari kami.” Dewi sedikit merasa kecewa mendengar ucapan Celline barusan.
“Maafkan aku……” Ucap Celline.
“Sekarang coba kamu ceritakan semuanya padaku.”
Saat memulai pembicaraan, Chris datang sambil membawakan jus jeruk yang Celline pesan tadi. Chris melihat suasana mencekam dari aura Dewi yang terlihat sangat kesal pada Celline. Sedangkan Celline hanya tertunduk diam tanpa bersuara.
“Ada apa ini? Kenapa suasananya jadi seram seperti ini?”
“Sepertinya Celline sedang menyembunyikan sesuatu dari kita.”
“Tidak. Bukan begitu maksudku.” Celline sedikit terlihat bingung memulai bicaranya dari mana.
“Lalu apa? Kamu bahkan tidak mau menceritakannya. Pada kami.” Dewi mulai kesal dengan sikap Celline yang menutupi sesuatu.
“Sudah….. Sudah….. Jangan bertengkar lagi. Labih baik kita minum saja dulu.” Kata Chris mencairkan suasana, karena perdebatan antara Celline dan Dewi barusan.
Setelah itu barulah Celline mulai menceritakannya. Dia menceritakan semua yang terjadi pada dirinya sampai saat ini.
“APA??!! Yang benar saja!” Dewi terlihat sangat kesal.
“Maafkan aku.” Ujar Celline menundukkan kepalanya.
“Kenapa kamu tidak cerita sama kami kalau kamu sudah menikah? Sejak kapan kamu punya kekasih? Dimana kamu mengenal pria itu?”
“Aku punya alasan untuk tidak menceritakan tentang pernikahanku ini. Aku mengenal pria itu di tempat kerjaku. Dia adalah langganan di tempat aku bekerja.”
Celline tidak menceritakan semua pada kedua sahabatnya itu. Bisa gawat kalau sampai kedua sahabatnya itu tahu. Tujuan Jasmine menikah dengan James hanya untuk menghasilkan seorang anak.
“Lalu seperti apa suamimu itu? Apa dia tampan? Apa dia juga orang baik?”
“Ehm…..” Sejenak Celline membayangkan wajah James. “Ya, dia pria yang sangat tampan sekali.”
“Benarkah? Berarti kamu sangat beruntung sekali. Aku turut senang. Akhirnya kamu bisa mendapatkan suami yang tampan dan keluar dari tempat neraka itu.”
“Hahaha….. Kamu benar sekali.” Sejenak Celline merasa sangat senang karena dia bisa keluar dari rumah om-nya itu.
“Tapi, aku tidak tahu apakah yang aku lakukan ini sudah benar atau tidak?” Kata Celline dalam hati.
Bersambung........