NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Hijrah

Jodoh Setelah Hijrah

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: As Cempreng

Ana Arista, gadis berusia 22 tahun yang hijrah dengan mulai memakai hijab. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit saat pernikahannya dibatalkan dua minggu sebelum pernikahannya, karena alasan hijabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon As Cempreng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Semua jamaah bubar, Anna dan Winda berjalan beriringan.

"Assalamualaikum!"

Mendengar suara bass menenangkan, Anna menoleh kanan. Ada seorang laki-laki yang berdiri di dekat pintu. Dia menoleh kiri ke Winda yang langsung menjawab salam dan dia pun menyusul. "Walaikumsalam."

"Zam!"

Anna dan Winda menoleh ke pintu ke seorang pemuda yang lebih pendek dan sama-sama tak mereka kenali.

"Kamu pulang saja dulu, saya mau berbicara dengan Anna."

"Anna?" Tanya Damar bingung pada Azzam. "Anna Arista?" Ia terheran karena tamunya mengangguk. "Zam, ini Winda bukan Anna yang kau cari!"

"Lalu kamu siapa?" Tanya Winda balik karena Anna hanya menunduk.

"Aku Damar. Aku ingat wajah kamu, Wind!"

"Damar anaknya pak ustadz?" Mata Winda berbinar karena anggukan itu. "Eh, lu gantengan sekarang, pantas emak-emak ribut!"

Anna melirik sebentar lalu menunduk lagi. Benarkan dugaannya, laki-laki yang bersama pak ustad, yang agak pendek ini adalah Damar. Jadi, siapa ikwan yang tinggi ini. Apa mungkin teman Damar, tapi kenapa mencarinya? Lalu, tahu namanya?

"Jadi di mana Anna?" Tanya Damar dan heran karena Winda melirik ke samping ke perempuan dengan niqob yang mana terus tertunduk.

"Dia Anna," kata Azzam dengan mengayunkan kepala ke arah wanita bercadar.

"Ha .... ! " Mata Damar melotot, memandang dari atas ke bawah. Anna itu dulu tomboy, seringnya rambut pendek ala Dora.

"Mana mungkin. Anna kan petakilan.l!" Damar mengangkat alis karena wanita itu makin tertunduk. "Kamu! Kamu! Seriusan kamu, Ris?"

Anna mengangguk. "Permisi ... maaf Mar aku sudah ditunggu Bu Rini."

Damar terbengong-bengong karena dia ditinggal begitu saja. "Lah aku juga mau pulang!"

"Anna!" panggil Pak Hamdan.

"Iya Abi, " jawab Anna lembut sambil menoleh, ia batal memakai sandal. "Gimana?"

Azzam terkagum-kagum pada suara lembut itu, dia juga ingin dipanggil dengan lembut.

"Abi juga mau ke sana." Pak Hamda memakai sandalnya yang disebelah sandal Anna.

"Baik, Anna sama Abi." Anna memeluk lengan abi.

Hamdan menoleh ke arah Azzam, yang mulai berjalan tak mau ketinggalan. Dia menatap ke arah Damar. Membandingkan keduanya lalu menatap putrinya yang mendadak kabu dan dengan cepat di bawah diujung tangga. Cepat banged kaburnya, pakai bersembunyi di balik gapura.

"Kalian jalan di depan!" ucap Pak Hamdan pada para pemuda.

"Ya Pak!" ucap Damar.

"Siap!" ucap Sarip dan Dimas dan dengan cepat menuruni tangga.

Hamdan menoleh ke belakang dan menatap Azzam. "Nak, jalanlah di depan! Tidak membuat putriku takut."

Azzam tercengang, memang entah hanya perasaanya saja atau apa, seolah Anna terus berlindung demi tak dilihatnya. Dia berjalan cepat dan beriringan dengan Damar yang sering melirik ke belakang. Kini Anna malah berjalan di belakang Pak Hamdan, kan jadi makin nggak kelihatan!

*

Pelataran rumah Damar telah ramai dengan orang-orang. Ada yang memikul beras, ada yang mengangkat dus minyak dan sembako lainnya dari sepuluh mobil box besar. Rumah ini paling besar dari yang lain.

Bu Rini langsung mengarahkan Anna untuk memasukkan minyak-minyak ke dalam plastik. "Kamu ngapain ke situ?" Tanya Rini pada putranya.

"Mau bantuin, Bu?"

Anna menatap horor pada Damar yang duduk satu meter darinya. Dingin langsung menyergap seluruh tubuh Anna.

"Pindah, itu mau ditempati Ibu!" Rini menjewer telinga Damar sampai membuat semua orang tertawa.

Anna mengembuskan napas lega. Sementara itu, Azzam gelisah, kurang nyaman pada sikap Damar. Dia keluar untuk mencari Pak Hamdan, yang kini tampak ikut memindahkan kardus-kardus berisi sirup dari mobil box. "Pak Hamdan, Anda nanti kelelahan!"

'"Ini sangat ringan."

Ustad Malik menepuk pundak Azzam hingga pemuda itu berhenti dari mengikuti setiap langkah Hamdan. "Biarkan saja Nak, hormati kemauannya."

Azzam langsung loyo. "Pak Hamdan apa sudah memberitahu Anna belum ya Tadz?"

"Teruslah berprasangka baik, apapun itu Pak Hamdan lebih tahu. Coba tanyakan pelan-pelan."

Azzam akhirnya ikut membantu Pak Hamdan mengangkat kardus sampai berkeringat.

"Anna!" panggil Damar mendekat hingga berjarak dua meter dari wanita itu. Mencuri kesempatan saat ibu tidak ada di sini.

Anna gelagapan dan malu luar biasa sampai suaranya tidak mau keluar. "Ya!" katanya seperti tercekik.

"Eh, kamu sakit tenggorokan?"

"Em," belum sempat dia menjawab, tetapi temannya itu sudah pergi dan kembali menyodorkan permen di atas telapak tangan.

""Permen mesir, untuk sakit tenggorokan."

Anna kebingungan, dua tangannya mengada di bawah tangan lelaki itu. Dia menurunkan lebih rendah saat Damar akan menyentuh tangannya.

"Ah, maaf!" ucap Damar seolah baru menyadari kesalahannya. Wanita itu bukan muhrimnya. Anna sangat berbeda telah tumbuh menjadi gadis pemalu. Dia pun merasakan geregetan kuat di dalam dadanya.

1
Widi Widurai
kaya tau kisah inii.. tp dicritain siapa y 🤔
S. M yanie
semangat kak..
S. M yanie: sama sama kak, saling mendukung yah, karna aku baru belajar.
As Cempreng tikttok @adeas50: terimakasih kak yanie🙏 kakak juga semangat
total 2 replies
LatifahEr
Nyesek, Thor 😥
As Cempreng tikttok @adeas50: igh igk/Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!