Sintia janda malang yang ditinggal suami begitu saja, Sintia bangkit dari keterpurukannya dengan merubah penampilannya supaya tidak ada lagi laki-laki yang seenaknya sama Sintia, Mampukah Sintia membalas sakit hatinya pada mantan yang seenaknya meninggalkan dirinya karena culun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maya ps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Winda merasa panas kupingnya, mendengar ucapan calon mertuanya yang sangat cerewet dan berisik minta Winda merapihkan rumahnya.
"Anak gadis kok malas sih Nak, bagaimana kalian sudah menikah nanti siapa yang membersihkan rumah ini, cuci baju, dan masak untuk suami jika kamu malas seperti ini!" protes Bundanya Kiki yang tidak suka, calon menantunya sangat malas walaupun rumah tidak ada perabotan setidaknya disapu biar tetep bersih.
"Kalo Bunda mau rumah ini tetep bersih, iya bantuin sapu rumah ini dong jangan cuman bisanya merintah saja Bunda, memangnya menantu itu pembantu apa yang merapihkan semuanya sendirian enak saja!" protes Winda tidak terima, mertuanya seenaknya suruh Winda beberes sedangkan perempuan paruh baya didepannya tidak melakukan apapun.
"Masih mending Sintia deh rajin, walaupun dia culun dan sangat memalukan penampilannya tapi dia tidak membantah untuk merapihkan rumah ini, ah dimana keberadaan perempuan rajin itu sekarang biar dia yang merapihkan rumah ini dan masak untuk mertua dan suaminya." lanjut Bundanya Kiki sengaja membandingkan Winda dengan Sintia, walaupun tidak suka dengan penampilan Sintia tapi menantunya itu cukup rajin dan tidak pernah membantah ucapan nya sama sekali.
"Huh menyebalkan sekali, begini saja dibandingkan sama perempuan culun itu, baik lah saya beberes sekarang!" protes Winda kesal, karena beberes rumah saja dibandingkan sama Sintia padahal Winda sudah bilang sama Kiki tidak mau merapihkan rumah dan ingin dirumah ada ART.
Winda langsung jalan menuju dapur untuk mencari sapu, karena mertuanya yang ingin rumahnya bersih setelah itu mulai masak untuk sarapan Kiki sekaligus sarapan bareng calon mertuanya.
**
Sintia memberikan gerobak beserta minuman segar untuk dijual sama Budiman, Sintia minta Budiman mangkal didepan rumahnya Kiki selama sebulan sekaligus memantau langsung keadaan rumah suaminya.
"Ingat Budiman saat kamu melihat Kiki datang ke gerobak kamu untuk beli minuman dan rokok, kamu langsung bahas lowongan pekerjaan yang ada di perusahaannya Wulan iya!" perintah Sintia yang ingin Budiman tidak lupa akan tugasnya.
"Baik Bu, akan saya ingat tugas utama saya Bu selain mengawasi rumah suami ibu." ucap Budiman yang mengerti akan tugasnya.
"Iya sudah jalan sana ajak temen kamu, biar tidak bosan jualan sendirian dan kalo kamu ke kamar mandi ada yang jagain gerobak kamu!" perintah Wulan yang ingin anak buahnya, cepet jalan supaya tidak mengelur waktu.
Budiman dan temennya ngangguk mengerti, langsung dorong gerobak yang sudah disediakan sama Sintia.
Budiman pertama kalinya jadi penjual es seperti ini, kalo bukan karena tugas mana mau dorong gerobak berat seperti ini.
**
Winda kesal melihat Kiki seharian dirumah saja seperti tidak berusaha mencari pekerjaan lagi, membuat Winda kwartir setelah menikah bakal hidup susah melihat Kiki nganggur seperti ini.
"Mau sampai kapan Mas dirumah saja? Tiga hari lagi kita ke kampung aku loh Mas, buat minta restu sekaligus langsung menikah di sana Mas butuh biaya loh Mas, uang pesangon Mas tinggal sedikit loh Mas!" tanya Winda kesal melihat Kiki, seperti tidak ada semangat untuk mencari pekerjaan baru.
"Mas tahu Dek, tapi memang belum ada lowongan pekerjaan untuk sekarang Dek, adanya jadi kuli bangunan Dek masa Mas terima sih, malu Dek dari staff perusahaan terkenal masa jadi kuli bangunan gengsi." ucap Kiki yang tidak ingin jadi kuli bangunan, menurut Kiki pekerjaan itu tidak keren sama sekali.
"Halah malu difikirkan Mas, yang penting kerja saja dulu Mas sambil menunggu panggilan dari tempat Mas kirim lamaran pekerjaan Mas yang penting ada pemasukan Mas!" lanjut Winda kesal karena calon suaminya, tidak ambil kesempatan mendapatkan uang.
"Memangnya Dek Winda tidak malu sayang?" tanya Kiki menatap Winda dengan serius.
"Malu sih pasti Mas, tapi mau bagaimana lagi kita butuh uang Mas, apa lagi sebentar lagi bayar kontrakan mau bayar pakai apa Mas dan ingat tiga hari lagi kita menikah Mas!" tegas Winda, Winda berusaha mengalah menahan rasa malu dari pada melihat suami tidak ada pekerjaan sama sekali.
"Iya sudah Mas siap-siap kalo begitu, Mas akan ke tempat proyek yang menawarkan Mas kerja kalo begitu." lanjut Kiki jadi semangat kerja.
Kiki tidak menyangka perempuan matre seperti Winda, mau mengalah sama keadaan rela menahan malu demi Kiki mendapatkan pekerjaan dan punya pemasukan demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
**
Budiman bayar sewa lapak supaya bisa jualan didepan rumahnya Kiki, Budiman tidak menyangka didepan rumahnya Kiki banyak yang jualan aneka makanan, Budiman tidak keberatan bayar lapak karena yang menanggung bosnya semahal apapun Budiman tetep bayar.
"Apa handphone sudah koneksi sama cctv?" tanya Budiman melihat Ucok yang sibuk sama handphone nya.
"Sudah koneksi ke handphone kamu dan handphone saya, walaupun lagi tidak jualan masih bisa memantau juga, kita sebulan tinggal dimana?" tanya Ucok yang bingung, mau tinggal dimana selama jualan minuman.
"Disini saja lah, beruntungnya kita dapat tempat yang deket kamar mandi jadi tidak susah untuk mandi kan, lagian kita awasi rumah itu selama dua puluh empat jam kan." lanjut Budiman yang tidak mau ribet dan pusing, memikirkan tempat tinggal karena Budiman juga malas jauh-jauh dari lokasi tempatnya memantau Kiki.
"Baik lah Budiman saya setuju saja." lanjut Ucok pasrah.
Ucok langsung rebahan dibawah gerobak jualannya, Ucok beruntung karena gerobaknya di pasang terpal supaya aman dari hujan dan saat panas tidak membuat gerah selama jualan.