NovelToon NovelToon
HAZIM

HAZIM

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Haryani Latip

Awal pertemuan dengan Muhammad Hazim Zaim membuat Haniyatul Qoriah hampir terkena serangan Hipertensi. Meski gadis itu selalu menghindar. Namun, malangnya takdir terus mempertemukan mereka. Sehingga kehidupan Haniyatul Qoriah sudah tidak setenang dulu lagi. Ada-ada saja tingkah Hazim Zaim yang membuat Haniyatul pusing tujuh keliling. Perkelahian terus tercetus diantara mereka mulai dari perkelahian kecil sehingga ke besar.

apakah kisah mereka akan berakhir dengan sebuah pertemanan setelah sekian lama kedua kubu berseteru?
Ataukah hubungan mereka terjalin lebih dari sekadar teman biasa dan musuh?

"Maukah kau menjadi bulanku?"

~Haniyatul Qoriah~

🚫dilarang menjiplak

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haryani Latip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jadi, harus bagaimana?

Happy reading😙

Andai saja aku tahu lebih awal. Mungkin, aku bisa saja bersikap lebih baik padamu. Tapi, terlanjur sudah. Apa yang harus ku lakukan?

______________________________________________

"Zaim," gumam Haniyatul. Ia tahu benar bahwa laki-laki yang sedang azan itu adalah Zaim walau hanya melihat punggung lelaki itu saja.

Refleks ucapan Ainul di kelas tadi seakan terdengar di telinganya.

"Aku tidak memuji, Han. Tapi, memang suara Zaim itu bagus dan merdu ketimbang Aydan. Sebelumya aku tidak pernah memuji-muji Zaim pada siapa pun karena takut nanti aku dikatakan Riya' karena memiliki sepupu yang pintar mengaji," jelas Ainul.

Sedaya upaya Haniyatul berusaha mengusir ucapan Ainul tadi dari terus terngiang-ngiang di telinganya. Ia mengucek-ngucek matanya. Takut-takut jika ia salah lihat. Tapi nyatanya memang Zaim, lah pemilik suara merdu yang selama ini di carinya.

Setelah selesai azan. Zaim kembali ke tempatnya. Biasanya laki-laki itu jika melihat sosok Haniyatul ia pasti akan tersenyum lebar. Tapi kali ini Zaim malah menundukkan pandangannya agar tidak melihat ke shaf perempuan.

"Sejak kapan laki-laki ini mulai menjaga pandangannya?" Gumam Haniyatul. Ia seakan masih tidak percaya bahwa laki-laki yang ada di hadapannya tadi adalah Zaim.

"Han, kenapa?" tanya Ainul. Ia mendengar temannya itu terus bergumam sedari tadi.

Haniyatul menggelengkan kepalanya. Ia kemudian berdiri ketika Iqamat hampir selesai di kumandangkan di ikuti oleh Ainul.

***

Haniyatul dan Ainul berjalan beriringan setelah selesai mengerjakan shalat Asar. Wajah Haniyatul terlihat bengong. Ia banyak melamun. Mengingat kejadian-kejadian antara dirinya dan Zaim. Ah, sungguh memalukan sekali.

"Han, Han!" panggil Ainul.

"Hah? Oh, iya," sahut Haniyatul.

"Lah, dari tadi aku panggil Han. Kok bengong?" tanya Ainul. Ia sempat memukul perlahan bahu Haniyatul.

"Iya, iya. Aku dengar kok," lirih  Haniyatul.

"Kalau dengar. emang tadi aku bahas apa?" tanya Ainul sekali lagi.

"Lah, emang tadi kamu bahas apa?" bukannya menjawab pertanyaan Ainul. Gadis ini malah balik bertanya.

"Han, aku bertanya. Kok malah di tanya balik," ujar Ainul. Raut wajahnya terlihat kesal karena ucapannya tadi ternyata tidak  di dengarkan oleh sahabat baiknya itu.

"Iya, iya. Maaf, emang tadi kamu cerita tentang apa?" tanya Haniyatul sekali lagi.

"Aku bilang. Kemarin kita semester akhir, kok bisa yaa sesi pagi dan sesi sore di gabung? Tapi sekarang malah di pisah lagi. Padahal, waktu semester ruangan cukup yaa buat semua siswa," ucap Ainul panjang lebar.

"Waktu semester akhir itu ada sebagian siswa yang menjawab soal ujian di kantor. Karena kelas yang di bangun di sebelah Selatan belum selesai juga," jelas Haniyatul pula.

Ainul manggut-manggut mendengar penjelasan dari Haniyatul. Mereka berdua terus berjalan beriringan menuju ke kelas.

Dari kejauhan, terlihat Zaim sedang berjalan beriringan dengan Mukhlis seraya memeluk kitab Al-qur'an ke dada.

Haniyatul dan Ainul menghentikan langkah kaki mereka. Melihat sosok kedua laki-laki itu berjalan ke kantor. Kemudian kelibat mereka hilang di balik pintu.

Haniyatul menghela napas panjang. Kini ia benar-benar percaya bahwa Zaim lah laki-laki yang ternyata di carinya selama ini.

***

Para siswa perempuan berdesak-desakan di papan informasi. Melihat selembaran poster yang baru saja di tempel oleh para guru di papan informasi tersebut. Riuh suara mereka menarik perhatian siswa lain untuk ikut bergabung. Dan melihat informasi apa saja yang tertempel di papan itu. Tidak terkecuali juga dengan Haniyatul dan Ainul.

"Han, ada lomba menulis tuh." Ainul meluruskan jari telunjuknya kearah poster berwarna hijau yang ditempel dengan kemasnya di antara kertas-kertas berwarna putih yang lain.

"Tahun ini ada lomba menulis lagi ya," sahut Haniyatul.

"Setiap tahun ketika diadakan acara Maulid Nabi. Pasti akan ada lomba menulis," imbuh Ainul.

"Tapi tahun ini sepertinya beda, lihatlah! Peserta yang menang mengikuti lomba menulis cerita Nabi Muhammad akan mewakili sekolah kita untuk mengikuti lomba menulis tingkat Kabupaten," Haniyatul menunjukkan pada Ainul kalimat yang baru saja di bacanya tadi.

"Lah iya, ya," Ainul turut membaca ulang kalimat yang tertera di poster tersebut.

Ainul berpikir sejenak seraya menopang dagunya dengan jari telunjuknya. "Kalau kamu ikut lomba Han. Itu berarti kamu dan Zaim akan sama-sama mewakili sekolah. Iya, kan?" tanya Ainul. Seraya tersenyum penuh makna.

Haniyatul tidak menggubris pertanyaan Ainul tadi. Tetapi, ia terus memandang kearah papan informasi seakan memikirkan sesuatu.

"Waah keren kalau begini, kamu ikut lomba menulis. Dan Zaim, Aydan, serta Mukhlis pula mengikuti lomba Musabaqah." Lanjut Ainul.

"Tidak, ah. Aku tidak akan mengikuti lomba," ucap Haniyatul dengan tegas. Ia membalikkan badannya dan keluar dari kerumunan para siswa perempuan.

"Kenapa tidak?" tanya Ainul seraya mengikuti langkah kaki temannya itu.

"Aku tidak yakin akan menang. Jadi lebih baik tidak usah ikut," jawab Haniyatul asal-asalan.

"Han, belum coba belum tau bagaimana hasilnya nanti, lagian semua siswa sepertinya wajib mengikuti lomba menulis cerita. Kecuali, yang sudah mengikuti lomba lainnya." Jelas Ainul.

Langkah kaki Haniyatul terhenti. Ia membalikkan badannya sembari melihat kearah Ainul yang sedari tadi mengikuti langkah kakinya supaya bisa sejajar dengannya.

"Lomba apa? Ku kira hanya lomba menulis saja," ucap Haniyatul. Heran.

"Ada juga lomba tiup balon sampai pecah, lomba lari, lomba tiup bola dalam tepung, dan lomba menggambar, kamu mau masuk lomba yang mana?" tanya Ainul seraya mengulum senyum. Ia tahu Haniyatul tidak berminat untuk mengikuti perlombaan seperti itu.

Perlahan Haniyatul memukul jidatnya. Ia tidak ingin mengikuti lomba yang baru saja di sebutkan oleh Ainul tadi, tapi pada masa yang sama, jika ia menang dalam lomba menulis. Ia akan mewakili sekolahnya ke tingkat Kabupaten. Dan sudah tentu ia akan pergi bersama Zaim karena lomba Musabaqah tilawah Al-qur'an diadakan di tempat yang sama dengan lomba menulis.

Setelah Haniyatul tahu bahwa Zaim adalah laki-laki yang di carinya selama ini. Entah mengapa ia malu untuk bertemu dengan laki-laki itu. Untung saja Zaim sekarang sering sibuk berlatih untuk mengikuti lomba Musabaqah Tilawah Al-qur'an. Maka, laki-laki itu sudah jarang mengganggu Haniyatul lagi.

Madrasah Nurul Hidayah mengutus tiga peserta laki-laki untuk mengikuti lomba Musabaqah Tilawah Al-qur'an tingkat Kabupaten. Dan juga dua peserta perempuan untuk mengikuti lomba tersebut. Sekarang pula, Madrasah Nurul Hidayah ingin menyeleksi lagi para peserta yang bisa menulis kisah-kisah Nabi. Lomba menulis akan diadakan bersama dengan lomba tiup balon sampai pecah, lomba lari, lomba tiup bola dalam tipung, dan lomba menggambar yang akan mengisi acara Maulid kelak.

"Assalamualaikum," ucap Mukhlis. Sesekali terdengar lelaki itu berdehem.

"Walaikumsalam," jawab Haniyatul dan Ainul. Serempak.

"Ada apa itu?" Mukhlis melihat ke arah papan informasi di ikuti oleh Haniyatul dan Ainul.

"Oh, itu pengumuman tentang beberapa lomba yang akan di selenggarakan untuk acara Maulid kelak yang diadakan di sekolah," jelas Ainul.

"Lomba menulis juga akan diadakan untuk acara Maulid bukan?" tanya Mukhlis untuk membenarkan spekulasinya. Al-qur'an di tangannya di peluk kemas.

"Iya, tapi tahun ini peserta yang menang dalam lomba menulis kisah Nabi akan mewakili sekolah ke tingkat Kabupaten," jelas Ainul lagi. Bersungguh-sungguh.

"Keren ya, pantasan saja anak Osis sudah mulai sibuk ke sana kemari," gumam Mukhlis. Pandangannya terarah pada Haniyatul yang sedari tadi menundukkan wajahnya dan terdiam.

"Assalamualaikum," ucap Zaim.

"Lagi bahas soal apa?" tiba-tiba saja Zaim datang dan ikut nimbrung dalam perbualan Mukhlis dan Ainul.

"Walaikumsalam," sahut Mukhlis dan Ainul serempak. Sedangkan, Haniyatul hanya menjawab salam Zaim di dalam hati. Matanya melebar ketika suara Zaim menyapa telinganya.

Di belakang Zaim, terdapat pula Aydan yang ikut bergabung bersama mereka. Ia tidak ikut nimbrung dalam perbualan Zaim, Mukhlis, dan Ainul, hanya saja ia menjadi pemerhati situasi. Sebuah Al-qur'an meringkus dalam pelukannya. Pandangan Aydan terarah pada Haniyatul. Di lihatnya Haniyatul berusaha menyembunyikan wajahnya dengan menundukkan pandangannya.

"Soal lomba menulis, Za," jawab Mukhlis.

"Peserta yang menang dalam lomba menulis akan mewakili sekolah ke tingkat Kabupaten," imbuh Ainul pula.

"Wah, keren ya. Kamu tidak masuk lomba menulis, kan. Ainul?" tanya Zaim dengan pandangan seakan meremehkan sepupunya itu.

"Kalau aku masuk emang kenapa?" Ainul balik bertanya seraya menyilangkan tangannya ke dada. Sedangkan, Haniyatul sudah seperti cacing kepanasan di tempatnya. Ia ingin segera pergi dari situ.

"Yakin bisa menang?" Zaim terus memprovokasi sepupunya. Membuat Ainul mulai merasa kesal.

"InsyaAllah bisa," jawab Ainul tak mau kalah.

Zaim mengulum senyum seakan mengejek sepupunya. Kemudian, pandangannya terarah pada Haniyatul.

"Han, kamu ikut, kan. Lombanya?" tanya Zaim lagi sembari tersenyum lebar.

Mata Haniyatul membulat begitu namanya di sebut oleh Zaim. Napasnya seakan tersekat di tenggorokannya. Ia ingin menjawab pertanyaan Zaim, tetapi mulutnya seakan tak ingin mengeluarkan suara.

"A--Ainul, aku duluan ya." Haniyatul melangkah pergi begitu saja. Meninggalkan Zaim dengan pertanyaan yang tak berjawab.

Sedangkan Aydan pula, memandang Haniyatul dengan tatapan yang sulit diartikan.

Setibanya di kelas. Haniyatul langsung melabuhkan punggungnya diatas kursi. Kedua tangannya di gunakan untuk menutupi wajahnya. "Ya, Allah. Apa yang harus aku lakukan? Jadi, aku harus bagaimana sekarang?" gumam Haniyatul. Wajahnya terlihat hampir menangis.

Ada beberapa kalimat yang tidak bisa ku ucapkan.

Bahkan ada beberapa kata yang tidak bisa ku tuliskan. Ah, perasaan apa ini? Bagaimana bisa rasa marah menjadi debaran? Bagaimana bisa rasa kesal menjadi angan? Haruskah aku terus menghindar? Padahal sebelumnya tidak secanggung ini. Jadi, harus bagaimana?

***

Siang kembali lagi, cahaya matahari begitu cerah dan indah, namun hari ini bukan hari yang indah bagi Haniyatul. Ia menginginkan hujan turun ke bumi untuk menghapus jejak Zaim yang semakin berbekas. Entah di mulai sejak kapan, setiap kali Haniyatul melihat sosok Zaim. Ia akan cepat-cepat mengatur langkah untuk pergi. Dan hal itu sudah tentu membuat Zaim merasakan suatu kejanggalan karena tidak biasanya Haniyatul begitu. Gadis itu setiap kali bertemu dengan Zaim akan ada saja perkelahian yang terjadi, tapi kini mereka sudah jarang bersua muka dan berdebat kata.

Haniyatul menghentikan sepedanya di depan gerbang sekolah. Lalu, sepeda itu di giringnya melewati lapangan sekolah. Menuju ke tempat parkiran. Hari ini otaknya sedang liburan entah kemana. Menerawang bersama angin. Raut wajah Haniyatul terlihat kurang berminat untuk hadir ke sekolah hari ini. Ia sebenarnya lelah. Lelah untuk terus-terusan menghindar dari Zaim.

Sebuah mobil mewah membunyikan klaksonnya. Mata Haniyatul melebar. Ia tahu benar gerangan yang membunyikan klakson tersebut.

Buru-buru Haniyatul meletakkan sepedanya. Kakinya dengan lincah mengatur langkah. Dan Zaim juga tidak ingin kalah cepat. Dengan tergesa-gesa Zaim keluar dari mobilnya, namun ternyata Zaim kalah gesit dari Haniyatul. Gadis itu sudah pergi menjauh darinya. Zaim memegang kepalanya dengan raut wajah frustasi. Ia menyipitkan matanya seraya memandang punggung Haniyatul yang kian menjauh.

"Hosh! Hosh!"

Napas Haniyatul tersengal-sengal. Lelahnya mengayuh sepeda saja belum hilang. Kini ia harus berlari pula untuk menghindari Zaim. Haniyatul menundukkan badannya sembari memegang kedua lututnya. Seketika pandangannya menyebar. Ternyata kini Haniyatul sudah berada di belakang sekolah. Pantesan saja ia lelah, ternyata ia sudah berlari sejauh ini.

Tanpa buang waktu, Haniyatul pun mengatur langkah. Menyusuri gedung sekolah yang berdiri megah sampai tiba di pembelokan.

Semakin ia melangkah. Detak jantungnya semakin kencang. Sedikit lagi ia akan melewati pembelokan tersebut.

"Aaaaaarrrghht!" suara Haniyatul melengking. Teriakan Haniyatul terdengar di setiap penjuru. Menerbangkan burung-burung yang bertengger di pepohonan.

Dengan sigap Haniyatul menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Matanya melebar, jantungnya semakin berdetak kencang, bahkan aliran darahnya berdesir hebat. Apa ini yang di namakan cinta?

Tidak! Ini tidak mungkin.

Di hadapan  Haniyatul kini, Zaim sedang tertawa terkekeh-kekeh. Iya, benar. Dialah laki-laki yang selama ini di hindari oleh gadis yang bernama Haniyatul. Dan kini mereka bertemu lagi.

___________________tobe continued____________

1
Ai
mampir, Thor
Tetesan Embun: terima kasih 🥰🙏
total 1 replies
👑Queen of tears👑
bakal sad boy ini zaim 🥴
👑Queen of tears👑
aku bersama mu aydan,,sm² penasaran 🤣🤣🤣
👑Queen of tears👑
nyeeessss/Brokenheart/
👑Queen of tears👑
huhf,,,😤
👑Queen of tears👑
ehmmm🧐
👑Queen of tears👑
kannnn rumit cinta segi delapan itu🧐😎
👑Queen of tears👑
menyukai dalam diam itu sungguh menyiksa kantong
👑Queen of tears👑
temannya aydan,,,mmm cinta segi delapan ini🧐
👑Queen of tears👑
banting Hani🤣🤣
👑Queen of tears👑
nikotin mulai keluar🤣🙈
👑Queen of tears👑
no Hani
but Honey hehehe gak sayang juga sih tapi madu hahahahaha 🤣✌️
👑Queen of tears👑
dingin..dingin tapi peduli m kucing😍
mmm...jdi pengen dipeduliin 🙈
👑Queen of tears👑
hmmmm,,aku mulai menemukan radar disini🧐🧐😎
👑Queen of tears👑
cinta pada pandangan pertama,,dari merangkak naik kemata/Drool/
Rinjani Putri
hallo KK author ijin tinggalkan jejak bintang ya disini
Tetesan Embun: silakan kak, makasih🤗
total 1 replies
Floricia Li
ketat bgt aturannya 😭
Floricia Li
lucu bgt hani 😭😭
Floricia Li
heh ngapain ditarik 🤣🤣
Floricia Li
lucuu bgt masi ada kunang kunang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!