NovelToon NovelToon
Di Ujung Sesal

Di Ujung Sesal

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami
Popularitas:32.6k
Nilai: 5
Nama Author: Linda Pransiska Manalu

Setelah sepuluh tahun, suamiku kembali pulang ke rumah. Dia ingin kembali hidup bersama denganku, padahal dia yang telah pergi selama sepuluh tahun dan menikah lagi karena menuduhku mandul.

Namun, setelah Petra pergi aku justru hamil. Aku merahasiakan kehamilanku hingga putriku lahir. Selama sepuluh tahun aku merawat Bella seorang diri.

Apa yang akan terjadi bila Petra mengetahui kalau Bella adalah darah dagingnya. Apakah aku harus menerima kembali kehadirannnya setelah sepuluh tahun.

Yuk! ikuti kisah dan perjuangan Kayla dalam cerita, Di Ujung Sesal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Pransiska Manalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9. Akhirnya Bella tau, Om Piet adalah Papanya.

"Kita pulang nak. Mama akan cerita di rumah siapa Om Piet yang sebenarnya." Aku berucap dengan nada bergetar. Berusaha mengumpulkan kekuatanku agar tidak goyah mendengar rajukan Bella. Meski Petra papanya, meski dia mengaguminya karena telah mendekatinya dengan cara curang. Aku harus bertindak tegas!

Hati ini terlalu sakit untuk luka yang dia toreh bertahun-tahun lalu.

Aku tidak akan goyah, meski dia akan jadikan Bella sebagai tameng untuk melumpuhkan hatiku. Tidak! Aku akan balas semua sakit hati ini.

Sepanjang jalan hatiku berkecamuk. Air mataku tak henti bergulir di balik helm yang aku kenakan.

Setelah sepuluh tahun berlalu Petra hadir lagi, membuatku terpuruk lagi. Dengan mudahnya dia datang memporak porandakan apa yang telah aku bangun selama ini. Dasar lelaki egois! Aku benci kamu Petra. Benci! Teriakku dalam hati. Tanpa sadar aku menekan tombol gas sehinga motor melaju kencang.

Kurasakan tubuh Bella memelukku erat, bersamaan suara klakson kenderaan yang kulewati. Sekejap kulafazkan nama Tuhan, saat aku hampir saja menabrak seseorang. Aku menginjak rem dan motor berhenti secara mendadak. Segara kupeluk tubuh Bella yang bergetar ketakutan.

"Maafkan Mama sayang, hampir saja Mama membuat kita celaka." ucapku sembari menahan tangis.

Suara klakson kenderaan lain makin bersahutan efek kemacetan yang kutimbulkan.

Setelah dapat menenangkan diri, aku kembali melajukan motor di jalan raya melanjutkan perjalanan menuju rumah. Begitu sampai aku bergegas masuk diikuti Bella dari belakang. Dua gelas air putih tandas mengaliri kerongkonganku yang terasa kering karena dahaga.

Kuberikan juga segelas pada Bella, yang dia terima dengan tatapan masih menyimpan rasa ketakutan. Entah karena Petra atau insiden di jalan tadi, tapi sepertinya karena kedua kejadian itu mungkin.

"Bella, jawab Mama yang jujur ya, sayang?" ucapku setelah kami selesai makan siang. Kami duduk berhadapan di sofa sebisa mungkin aku mencoba rileks. Aku tidak ingin Bella melihat kemarahanku sehingga suasana tegang.

Akhir bulan ini Bella genap sembilan tahun. Sedikit banyak dia pasti akan paham hal yang hendak kusampaikan padanya. Sebuah kebenaran yang selama ini aku rahasiakan. Momok paling menyakitkan yang kupendam selama ini akhirnya harus kujelaskan padanya.

Aku tidak pernah menyangka akan secepat ini memberitahunya. Aku juga tidak bermaksud akan menyimpan semua ini selamanya. Tapi setidaknya aku harus menunggunya hingga dewasa sehingga mudah untuk menjelaskannya. Agar dia tidak trauma.

Namun, semua diluar kendaliku. Siapa sangka hari itu akan tiba saat ini.

"Mama mau ngomong soal apa?" tanyanya melihat aku yang terdiam cukup lama.

"Tentang Om Piet." ungkapku. Manik matanya mengerjap resah, "sejak kapan Om Piet menemui Bella di sekolah. Dan apa saja yang telah dia katakan pada, Bella." Aku mengungkung Bella dengan pandanganku agar dia mau jujur.

"Sejak Mama terlambat menjemputku kemarin itu." Ia menunduk menekuri jemarinya.

"Dia sebut siapa dirinya sama, Bella."

"Om Piet, adik papa." Aku mendengus dalam hati.

"Kalau dia adik papa, kenapa tidak datang kerumah kita. Kenapa menemui Bella di sekolah saja dan Bella tidak mau cerita ke Mama." Tanpa sadar nada ucapanku meninggi. Membuat Bella semakin dalam tertunduk.

"Om Piet bilang Mama marahan sama Om. Mama tidak akan mengijinkan Om ketemu sama Bella."

"Kenapa Mama marah?" delikku. Petra keterlaluan sekali membohongi Bella dengan versinya.

"Ka-karena Om Piet pernah berbuat salah sama Mama. Mama tidak mau memaafkan Om."

"Yah, itu memang betul. Kesalahan Om tidak bisa Mama maafkan sampai kapanpun. Karena Om telah jahat sama kita berdua. Karena itu Mama minta, Bella jangan mau lagi bertemu dengan Om. Mama benci sama Om Piet!" ucapku menekan perasaanku. Tapi sekuat apapun aku berusah menutupi perasaanku, toh aku tidak mampu menahan air mata jatuh di pipiku.

"Mama, Mama jangan menangis. Bella janji tidak akan bertemu Om Piet lagi. Asal Mama jangan menangis ya." ucap Bella panik seraya mengusap air mata yang bergulir membasahi wajahku.

"Maafkan juga Mama karena telah membohongi Bella selama ini."

"Maksud Mama apa? Kapan Mama pernah bohong sama, Bella?" ucapnya menatapku bingung.

"Bella tau kenapa kita tidak pernah ziarah ke kubur papa. Padahal Mama telah bilang kalau papa telah meninggal." Bella menggeleng, "papa Bella belum meninggal. Tapi dia menikah lagi dan meninggalkan kita." jelasku. Seolah ada batu terlepas yang menimpa pundakku selama ini.

Bola mata Bella nanar menatapku. Pastinya dia tidak akan percaya dengan apa yang aku ucapkan. "Mama tidak bohong 'kan? Kenapa Mama membohongi, Bella?" ucapnya sedih.

"Mama tidak bermaksud membohongimu. Kamu masih terlalu kecil untuk mengerti semuanya, Nak. Mama juga tidak menduga akan secepat ini memberitahumu."

"Apakah, Om Piet itu Papa, Bella?" Aku mengangguk luruh. Tidak bisa menyembunyikan luka dihatiku.

"Kenapa, Ma? Kenapa Om, berbohong?" ucapnya lirih. Kurengkuh tubuhnya dalam dekapanku, andai bisa merangkul juga luka hatinya.

Aku tidak akan pernah tau sebesar apa rasa kecewa di hatinya. Dan bagaimana dia akan menjalani hari- harinya setelah tau kebenaran itu. Yang jelas aku melihat luka itu dalam sinar matanya sama seperti luka yang terparut dalam hatiku.

Seminggu telah berlalu sejak Bella mengetahui siapa papanya yang sebenarnya. Dia cukup shok mendengar penuturanku. Seminggu ini dia makin pendiam dan bicara seperlunya saja. Nafsu makannya juga berkurang, meski lauk kesukaannya yang aku hidangkan.

"Mama, boleh aku bawa bontot ke sekolah?" ucapnya minta izin.

"Boleh, Mama siapkan dulu ya?" aku bergegas mengisi box yang biasa dia pakai ke sekolah. Sudah seminggu dia menolak membawa bekal makanan ke sekolah. Entah apa sebabnya dia mau lagi membawanya. Hari ini juga aku melihatnya mengulas senyum di bibir. Semoga saja Bella sudah bisa menerima apa yang terjadi pada kedua orang tuanya.

Selasai sarapan dan menyiapkan semua keperluannya aku mengantar Bella ke sekolah.

"Ma, Bella mau diantar ke ruang kelas," ucapnya manja membuatku heran. Biasanya dia tidak mau diantar sampai ke ruang kelasnya. Tapi aku turuti saja, mungkin karena beban tasnya terlalu berat, pikirku.

Sampai di depan kelas, kawan-kawannya sudah banyak yang datang. Beberapa dari mereka menyapa kami dengan ramah disambut Bella dengan ramah pula.

Saat di parkiran aku melihat Petra memarkir mobilnya di luar. Mau apa lagi dia kemari. Darahku bergolak menyadari fakta kalau Petra masih berusaha menemui Bella.

Bergegas aku menghampiri mobilnya bertepatan saat dia mau keluar.

"Kay?" ucapnya kaget .

"Mau apa lagi kau kemari! Jangan ganggu kami Petra. Mending kau urus urusanmu." ucapku geram.

"Aku cuma mau lihat Bella dari kejauhan, Kay. Aku merindukannya."

"Jauhi anakku, Petra! Kamu tidak berhak merindukannya. Aku akan laporkan kamu jika masih berani menginjakkan kaki di sini."ancamku. Suaraku yang agak keras menarik perhatian dari orang yang lalu lalang.

"Kay, tenang dulu." Petra merasa risih juga karena kami telah menjadi pusat perhatian. Petra membuka pintu mobil dan mendorongku masuk.

"kita bicara di dalam." ucapnya.

Gerakannya begitu cepat, sebelum aku bisa protes tubuhku telah terkurung dalam mobil. Aku berusaha membuka pintu mobil, tapi Petra sudah menguncinya.

"Mau kau bawa kemana aku?" protesku takkala Petra melajukan mobilnya meninggalkan lokasi sekolah. ***

1
Isabela Devi
mamanya lupa plg
Isabela Devi
istri muda pergi cari lagi istri pertama, emang laki laki ga tau diri
Astrid valleria.s.
horas thor
Linda pransiska manalu: horas, apa khabar eda.
total 1 replies
Erni Kusumawati
Andai kata maaf itu mudah utk di lakukan.. bahagia sekali
Erni Kusumawati: sama-sama kk Author. ttp semangat dalam berkarya dan semoga sehat selalu.. amin
Linda pransiska manalu: makasih ya atas dukungannya.
total 4 replies
Suci Dava
Akhirnya damai semua yaa kak
Linda pransiska manalu: iya berdamai dengan luka lebih baik untuk diri sendiri.
total 1 replies
Erni Kusumawati
ya setiap perbuatan pasti akan ada akibatnya.. semoga setelah ini Rena menjadi sadar akan kesalahannya dan menjadi Rena yg lebih baik lagi
Suci Dava
turut berbelasungkawa atas meninggalnya mertua kak Author, semoga di terima di sisi Tuhan Yang Maha Esa Amien
Linda pransiska manalu: makasih doanya bun.
total 1 replies
Erni Kusumawati
turut berduka cita ya kk.. dan semoga kk dan keluarga dalam keadaan sehat amin
Erni Kusumawati: sama-sama kk
Linda pransiska manalu: makasih doanya ya dek.
total 2 replies
lindsey
bagus
lindsey
welcome back thor 👋👋 kemane aje ?
lindsey: pujiTuhan 🙏
Linda pransiska manalu: Mertua kakak meninggal sehari lebaran trus ada acara pernikahan anak kakak ipar, lanjut sakit karena kecapean. Puji Tuhan sudah pulih. sehat" kita semua dan terimakasih dukungannya.
total 2 replies
Hana Roichati
tetap semangat kak, terimakasih mulai up lagi, sukses selalu 👍👍❤❤
Linda pransiska manalu: makasih dukungsnnya bu.
total 1 replies
Erni Kusumawati
lah kenapa orang2 masa lalu Kay pada bermunculan ya☺
Erni Kusumawati
beginilah kalo orang tua jauh dr ilmu Agama dan ilmu2 lainnya.. dan msh relate sih di jaman skr.,
Erni Kusumawati
beginilah kalo punya mertua yg berfikiran kalo dia berjuang demi anaknya karena pamrih.. semua perjuangan di ungkit.. pdhl perjuangan orang tua adalah kewajiban krn diberikan amanah titipan anak..
Erni Kusumawati
najis lebih baik kau cerita ke bella kau ttg kelakuan bapaknya yg gila.. gemes aku rasanya
Cidaha (Ig @Dwie.author)
Horas, Mak. 😍😍😍
uswatun hasanah
Luar biasa
Suci Dava
Turut berbela sungkawa atas meninggalnya mertuanya kak Author 🙏, semoga di lancarkan proses pemakamannya Aamiin 🤲
Linda pransiska manalu: makasih doanya bun/Pray//Pray/
total 1 replies
Cidaha (Ig @Dwie.author)
Siapakah itu? Jeng jeng jeng. 😄
Astrid valleria.s.
selamat keyla menjemput kebahagiaan mu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!