Terlahir dan tumbuh di pantai asuhan membuat Rani begitu mengharapkan kasih sayang yang tak pernah ia dapatkan dari siapapun.
Pertemuan dengan sosok laki-laki yang bernama Arka, membuat Rani merasakan dekapan hangat dari seseorang yang berjanji akan menjadikannya ratu di hidupnya.
Namum, seiring waktu berjalan sikap Arka dan keluarga membuat Rani seakan tertekan. Tapi pernah mereka mengerti apa keinginan Rani, yang mereka tahu hanya uang saja.
Akankah kehidupan rumah tangga Rani akan berjalan dengan lancar? Atau sebaliknya.
Jangan lupa ikuti keseruan novel ini dan support.
Terimakasih 💙
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DvaMlny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 19-SAH!
Arka beserta keluarganya masuk kedalam mobil yang ia pesan dengan kesal. Pertengkaran dengan Rani tadi membuat mereka begitu jengkel. Terlebih Bu Sandra yang begitu kesal karena Rani yang ia kenal selama ini sudah berubah dan tidak menurut lagi.
Sepanjang perjalanan tak ada perbincangan di antara mereka, rasa kesal masih menguasai mereka. Bahkan Arka mengumpat di dalam hatinya, jika tak ingat ancaman Rani tadi mungkin saja ia sudah memukulnya.
Setelah perjalanan panjang tibalah mereka di tempat Siska yang terlihat cukup ramai. Arka melangkah dengan mantap dan meletakkan beberapa seserahan yang memang sudah dicicil jauh-jauh hari. Di dalam kotak yang ia bawa terdapat uang yang diminta oleh keluarga Siska.
Saat masuk ke dalam rumah, Bu Sandra langsung duduk di dekat ibunya Siska yang tersenyum cerah.
“Selamat datang Bu besan. Senang banget akhirnya kita akan jadi keluarga.”
“Iya dong, sebentar lagi aku punya mantu yang cantik banget dan calon cucu yang hebat,” ujar Bu Sandra tertawa.
“Pasti itu, oh iya saya juga salut banget sama Arka yang langsung menyanggupi permintaan kami. Lagian uang dua puluh lima juta itu tak akan terasa apa-apa untuk kalian yang kaya ini,” jawab Bu Susan.
Bu Sandra tersentak kaget mendengar ucapan yang disampaikan besannya ini. Ingin rasanya ia menghajar Arka karena tak kompromi terlebih dahulu karena terlalu menuruti permintaan orang tua Siska yang tak masuk akal.
Sepanjang acara mimik muka Bu Sandra di tekuk kesal, bayangkan saja uang yang diberikan Arka untuk orang tua Siska lebih banyak dari pada ia.
Dan tak lama setelah itu penghulu yang akan menikahkan Arka dan juga Siska pun datang. Acara sakral di atas kesakitan istri sah pun terjadi.
“Saya terima nikah dan kawinnya Siska Nur Fitri dengan mas kawin emas sepuluh gram di bayar tunai.”
“SAH.”
Suara menggema dari para saksi terdengar Sah saat Arka mengucapkan dengan lantang. Senyum manis terus terpancar dari raut wajah pengantin baru. Mereka tersenyum senang di atas rasa sakit istri yang dimanfaatkan saja.
Siska duduk di samping Arka yang senang, impian memiliki istri dua akhirnya terwujud juga. Setelah ini ia akan fokus dan jugal adil untuk kedua istrinya. Tanpa mereka ketahui di antara para tamu yang datang ada seseorang yang selama ini mengintai mereka. Ia mengepalkan tinju karena tak terima jika Rani diperlakukan tak baik oleh Arka.
“Bodoh!” ucapan penuh penekanan. Dan keluar dari rumah Siska.
***
Ting…
Terdengar suara notifikasi masuk ke dalam ponsel Rani. Acara berguling-guling kesana kemari jadi terganggu karena suara notifikasi entah dari siapa. Dengan malasnya Rani beranjak dari ranjang dan melangkah ke meja rias.
Saat menghidupkan ponsel ternyata Dira yang mengirim video. Dengan rasa kepo yang maksimal Rani membukanya dengan segera. Air matanya tiba-tiba jatuh tanpa bisa dicegah, perasaan sakit tiba-tiba melanda. Walau bagaimanapun mereka pernah mengarungi seluas samudera bersama.
Rani terduduk di ranjang memeluk lututnya, sekuat-kuatnya ia bertahan akhirnya ia tetap menangis terisak seperti ini. Dipukulnya dada dengan keras seakan bisa menghilangkan rasa sakitnya, namun tetap saja rasa sakit tak bisa memudar.
Deringan telpon terdengar nyaring, Rani mengusap matanya dan mengambil ponsel yang tergeletak di atas ranjang.
“Hallo, assalamualaikum,” ucap Rani dengan suara serak.
“Wa'alaikumussalam, Ran kamu nggak apa-apakan?”
“Aku nggak apa-apa kok Dir. Tenang aja, kayak nggak kenal sama aku, hehe.”
Terdengar hembusan nafas panjang di seberang sana. Dira yakin kalau sekarang Rani tidak baik-baik saja terbukti dengan suaranya yang serak.
“Nangis aja nggak apa-apa kok, aku temenin.”
Terdengar lagi isakan tangis Rani. Dira tak kuasa mendengarnya ia pun ikut menangis meratapi nasib sahabatnya yang tak pernah baik.
Setelah bermenit-menit lamanya, akhirnya isakan tangis Rani mulai reda. Terdengar hembusan dari hidungnya yang tersumbat.
“Ran?”
“Udah Dir aku nggak apa-apa kok, kamu tenang aja. Tangisan tadi, tangisan terakhir yang keluar dari mataku untuk bajin*an seperti Arka.”
“Aku percaya kok, lebih baik tinggalkan saja rumah Arka secepatnya. Aku nggak tega lihat kamu di sakitin terus.”
“Tanggung Dir, tinggal selangkah lagi. Setelah itu aku akan pergi dan memulai kehidupan yang baru. Pokoknya kamu nggak usah khawatir oke, aku baik-baik saja. Lebih baik kamu lanjut kerja nanti di marahin Pak Botak ahahah.”
“Isss nyebelin banget, ya sudah pokoknya kamu harus strong terus ya jangan sedih ya. See you sahabat aku, assalamualaikum.”
“Hehe see you too sahabat aku, wa'alaikumussalam.”
Rani menghela nafas pelan, video yang dikirim oleh Dira tadi telah memporak-porandakan hatiku. Aku tertawa keras dengan air mata yang mengalir seperti sungai, aku menangisi perjalanan hidupku yang penuh dengan cobaan seperti ini.
“Tuhan, andai kehidupanku memang tak ada artinya untuk orang lain aku rela dan siap untuk pergi dari dunia ini,” lirihku sambil memejam mata.
***
“Selamat ya kalian semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah, aamiin,” ucap Dina.
“Aamiin, terimakasih ya adik iparku.”
Tok..
Tok..
Tok..
Ibu kost Siska berdiri di depan pintu dan menagih uang kontrakan yang ternyata tak dibayar oleh Siska. Siska diam tanpa menjawab dan membuat pemilik kontrakan marah.
“Mulai hari ini kau nggak usah ngontrak di sini, lebih baik pergi dari sini. Kau kira cuman kau saja yang mau ngontrak di sini. Sana cepat pergi, buat orang rugi saja.
“Iss nyebelin banget, lagian siapa juga yang mau ngontrak di rumah kecil kayak gini? Sorry banget nggak level, kalau bukan karena rumah kami lagi renovasi aku nggak akan mau!”
“Awas kau ya, jika saya balik dan kalian masih ada disini!”
Setelah itu pemilik kontrakan Siska berlalu pergi dari hadapan mereka. Orang tua Siska hanya menunduk malu melihat kelakuan Siska seperti itu.
“Ibu dan juga Bapak akan pulang hari ini, kamu baik-baik nak. Jauh di lubuk hati kami, kami begitu sakit melihat kau diperlakukan seperti itu tapi mau bagaimana lagi memang kesalahan kamu. Dan untuk kamu Arka tolong jaga dan sayangi anak saya dan cukupi semua kebutuhannya. Sampai kamu menyakiti anak saya, saya tidak akan tinggal diam!” ucap Bapak Siska dengan tegas.
Arka mengangguk. “Bapak tenang saja, saya tidak akan menyakiti dan mengecewakan Siska sedikitpun!”
“Terimakasih, mari Bu besan kami izin pulang ke kampung hari ini. Berhubung mobil travel yang kami pesan sudah tiba.”
Selesai berpamitan orang tua Siska berlalu pergi dan menatap Siska dengan sendu. Ada perasaan tak rela menikahkan anaknya dengan pria seperti Arka.
Bersambung…
Next?
🫢
😅