Joanna terbangun dari tidurnya dan seketika dia terjaga di masa sepuluh tahun ke depan, melintasi waktu dan mendapati dirinya harus menikahi pria beranak satu yang merupakan kakak iparnya bernama Javiero.
Mungkinkah pernikahannya akan bahagia dengan Javiero, sedangkan dia dikirim untuk mengemban misi rahasia dari organisasi pengendalian siluman.
Joanna datang ke masa depan karena dia mendapat tugas rahasia dari organisasi, mencari Kruze dan memburunya untuk ditangkap serta dibawa pulang kembali ke masa mereka hidup, sebab Kruze telah mencuri pusaka Luchnos milik organisasi pengendalian siluman yang ditakutkan Kruze akan menjadi siluman terkuat dengan tujuan untuk menguasai dunia ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Kalut
Di tengah Kota Ottawa...
Tiba-tiba Joanna Hamilton telah berdiri diantara keramaian orang.
Terlihat seperti kebingungan sembari menolehkan kepalanya ke arah sekitarnya, di lihatnya orang-orang yang berjalan acuh.
Lalu lalang orang disekitarnya bagaikan laju angin, sangat cepat.
Joanna melangkah pelan seraya sesekali menoleh ke arah samping kanan dan kiri.
"Apa yang terjadi ?", ucapnya linglung.
Beberapa menit yang lalu Joanna masih terbaring di atas ranjang kamar dengan tubuh tertutup kain.
Dan...
Sekarang, Joanna telah berdiri di tengah keramaian orang-orang yang berlalu lalang.
"Dimana aku !?", gumamnya bingung.
Joanna terus berjalan seperti orang kebingungan sembari mengusap lembut ujung kepalanya.
Udara dingin diluar terasa menusuk tulang sehingga membuat tubuh Joanna sedikit menggigil kedinginan.
Hembusan nafas membentuk lingkaran-lingkaran kecil di udara.
Joanna merapatkan jaket bulu yang dia kenakan sambil berjalan, kedua kakinya tak mengenakan alas kaki saat dia melangkah di atas jalan trotoar.
"Kemana aku harus berjalan !?", ucapnya.
Pandangan Joanna teralihkan ke atas dimana langit turun salju.
Musim salju telah tiba di Ottawa.
Joanna masih menengadahkan kepalanya ke arah atas dengan kedua telapak tangan terbuka ke atas.
Butiran-butiran salju terus turun dari atas langit.
Rambut indah Joanna terselimuti oleh salju, dia berdiri di tengah-tengah salju yang mulai turun perlahan-lahan.
Tepat di bulan Desember ini, kedatangannya di Ottawa.
Joanna tidak mengerti bagaimana dia bisa berada di luar sini sedangkan sesaat yang lalu dia masih terbaring di dalam kamar pengantin.
Merasa asing karena ini pertama kalinya dia datang ke Kota Ottawa.
"Apakah aku melintasi waktu lagi !?", tanyanya sembari menolehkan kepalanya.
Joanna masih bingung dengan keadaannya sekarang, dimana dia, tempat apakah ini, semua terasa asing baginya.
Tiba-tiba muncul di pusat keramaian tanpa tahu dimana dia berada saat ini.
Kembali Joanna merapatkan jaket bulu yang dia kenakan sembari terus melangkahkan kakinya.
Joanna lalu berdiri di dekat tiang lampu jalan yang ada di atas trotoar sedangkan salju terus turun menutupi permukaan tubuhnya yang memakai jaket bulu warna merah muda.
Terdengar alunan musik mengalun merdu dari arah Kapel tua berusia sekitar seratus tahun yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Jalan Rideau...,
Sebuah papan penunjuk jalan terpasang di atas jalan trotoar dengan tulisan yang meyebutkan nama jalan di tempat ini.
Rupanya Joanna saat ini tengah berada di jalan bernama Jalan Rideau.
Joanna mulai berpikir jalan mana yang harus dia tuju sekarang karena dia sendiri sangat asing dengan jalan-jalan di Ottawa ini.
Terdengar lagi suara lonceng yang berbunyi nayring hingga menggema ke langit-langit di atas sana.
TENG... !
TENG... !
TENG... !
Salju terus turun dari atas langit menambah kesyahduhan suasana Kota Ottawa.
Bulan Desember seluruh kota sedang bersiap-siap menyambut Tahun Baru yang sebentar lagi tiba.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat sebuah kedai berdiri tepat di tepi jalan.
Terburu-buru Joanna melangkah cepat sembari merapatkan jaket bulunya yang berwarna merah muda.
Kaki Joanna yang terbuka tanpa alas kaki, menginjak jalan aspal yang mulai ditutupi oleh timbunan salju saat dia berjalan, dan hendak menghampiri kedai di seberang jalan.
Joanna mempercepat langkah kakinya lalu mendekati kedai di tepi jalan yang sangat sepi.
Hanya ada satu kedai yang terlihat di sekitaran Jalan Rideau.
Kedai itu menjual berbagai makanan hangat, mulai roti hingga minuman. Dan anehnya hanya kedai ini yang ada di sini, tak ada lagi kedai-kedai lainnya disekitaran jalan.
Joanna agak menundukkan kepalanya saat dia berdiri di dekat kedai lalu dia mulai bertanya.
"Permisi, kemanakah aku harus pergi mencari taksi ?" tanyanya.
Seorang wanita yang mengenakan kain penutup kepala berwarna merah menoleh ke arah Joanna.
Tidak ada sahutan dari wanita aneh itu, dia hanya menatap sekilas ke arah Joanna lalu kembali sibuk dengan aktivitasnya membuat adonan roti.
"Mmm... !? Maaf, jika aku menggangu mu...", ucap Joanna.
Joanna kemudian membalikkan badannya dan hendak melangkah pergi dari kedai.
"Tunggu !", kata wanita pemilik kedai.
Joanna dengan cepat-cepat memutar tubuhnya menghadap ke arah kedai yang ada di dekatnya.
"Iya...", sahut Joanna.
Senyum mengembang di wajah Joanna ketika wanita pemilik kedai menyapanya.
"Makanlah roti ini !", ucapnya seraya menyodorkan sebungkus roti burger berisi daging lengkap kepada Joanna.
"Untukku !?", sahut Joanna.
Joanna menerima sebungkus roti burger dari tangan wanita pemilik kedai dengan ragu-ragu.
SREEET... !
Wanita itu menarik tangan Joanna dengan cepat sembari meletakkan roti burger yang terbungkus kertas ke atas tangan Joanna.
"Ambillah ! Dan makanlah !", ucap wanita dengan penutup kain di atas kepalanya.
Kembali wanita pemilik kedai terlihat sibuk di depan kedainya dan tidak melihat lagi ke arah Joanna.
"Tapi..., aku tidak punya uang...", ucap Joanna kemudian.
Tidak ada jawaban dari wanita asing itu, dia hanya berdiri menyibukkan dirinya dengan mengisi roti burger dengan berbagai varian lain.
Joanna masih berdiri dengan tangan menggengam sebungkus roti burger yang tertutup rapat oleh kertas dengan isi daging serta isian pelengkap lainnya.
PLAK !
Wanita aneh itu meletakkan pisau besar di atas meja kedai dengan kasar lalu melirik kembali ke arah Joanna.
"Apa yang kau tunggu, nona ?", katanya mulai tak sabaran.
Joanna agak tersentak kaget kemudian menjawab dengan gugup.
"Ak--aku... Harus... Mengganti dengan apa... Roti burger ini sedangkan aku... Tidak memiliki sepeserpun uang untuk membayar mu...", sahut Joanna.
Wanita itu menghela nafasnya seraya menjawab ucapan Joanna.
"Tidak perlu membayarnya karena aku memberikan Roti burger itu cuma-cuma kepadamu, nona", kata wanita aneh itu.
"Tapi... Aku merasa tidak enak jika menerimanya tanpa membayarnya...", sahut Joanna.
"Tidak masalah bagiku ! Anggap saja sebagai kado menyambut Tahun Baru dariku. Dan makanlah !", kata wanita dengan kain penutup kepala berwarna merah.
Joanna hanya menundukkan kepalanya sembari berkata.
"Terimakasih atas kemurahan hatimu... Semoga Tahun Baru nanti kau mendapatkan limpahan rejeki tak terbatas... !"
Joanna lalu membalikkan badannya untuk pergi dari kedai.
"Sebentar, nona !", ucap wanita pemilik kedai.
Wanita pemilik kedai langsung menahannya agar Joanna tidak pergi dengan memberikannya sebuah kursi lipat kepada Joanna supaya dia duduk.
Senyum menghias wajah Joanna saat menerima kursi dari wanita pemilik kedai.
"Terimakasih, aku ucapkan sekali lagi atas kebaikan mu ini !", kata Joanna.
"Sama-sama...", sahut wanita itu mulai agak tersenyum.
Joanna langsung duduk di atas kursi lipat kemudian dia membuka pembungkus kertas Roti Burger yang ada digenggaman tangannya.
Tersenyum senang lalu mulai melahap Roti Burger isi daging tersebut.
Joanna sangat menikmati Roti Burger pemberian wanita pemilik kedai karena sejak tadi dia memang merasa lapar, rasa Roti Burger itu sangatlah lezat dan beraroma wangi sekali ketika Joanna memakannya, dan dia melahapnya dengan penuh semangat.
lanjut lah..
Good Job author ❤️