inilah kisah cinta perjalanan rumah tanggaku. yang awalnya begitu sangat indah dan sempurna di mataku kini berubah menjadi malapetaka. kehadiran mertuaku yang mendambakan sosok seorang cucu membuatku harus menerima cacian dan makian tiap harinya.
Hingga pada saat titik di mana mertuaku terus mendesak suamiku harus menikah lagi demi mendapatkan seorang keturunan. Hancur sudah hati yang selama ini aku jaga, hancur sudah rumah tangga yang di bangun kokoh dengan cinta karena kehadiran seorang wanita yang akan menjadi istri dari suamiku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Setiap hari, ari mata selalu saja menetes membasahi pipi mulus Maharani, perlakuan dan perkataan yang tidak baik selalu ia dapatkan dari mertuanya. Se isi rumah bakhan tidak ada yang berpihak padanya. Agam, orang yang dulunya selalu di jadikan temeng bagi Maharani untuk melawan mertuanya, kini berbalik haluan dan juga mulai memberikan tanda tidak sukanya pada Maharani.
Setiap ada hal yang di lakukan Maharani pada Arini selalu saja di anggap sebagai ke salahan dan kecemburuan. Arini selalu menuding jika Maharani berniat jahat pada bayi yang di kandung oleh Arini. Seperti pagi ini, saat Maharani memberikan segelas susu untuk Arini agar bisa membantu tumbuh kembang bayi yang ada di dalam kandungan Arini. Tapi, Arini justru mengambil gelas dan memecahkan gelas tersebut di hadapan Maharani.
"Arini, apa yang kau lakukan? Kenapa kau memecahkah gelas yang berisi susu untuk bayi yang ada di dalam kandunganmu itu?"
"Hahahaah, tidak usah naif Maharani. Tidak usah sok baik dengan kondisi kandunganku. Aku tahu, kau hanya berpura-pura baik agar bisa meracuniku dan membunuh bayi yang aku kandung ini."
"Astagfirullah Arini, jaga bicaramu." Sentak Maharani yang sangat tidak terima dengan ucapan Arini yang menudingnya berniat jahat untuk membunuh bayi yang sedang di kandungnya. Cemburu? Tentu Maharani merasa cemburu dengan Arini yang baru sebentar menikah dan langsung mendapatkan apa yang selama ini Maharani nantinya. Tapi secemburu apa pun Maharani pada Arini tidak ada sedikit pun niat dalam benak Maharani untuk melukai Arini terutama bayi yang ada dalam kandungan Arini saat ini. Karena bagi Maharani anak Agam adalah anaknya juga, walaupun tidak terlahir dari rahimnya.
"Ada apa ini?" Tanya Ramayani yang baru saja keluar dari dalam kamarnya.
"Lihat bu. Maharani memberikan aku susu yang ada racunnya." Ucap Arini dengan kebohongan yang ia buat agar bisa menarik simpatik Ramayani dan membuat Maharani mendapatkan hukuman.
"Maharani.." Teriak Ramayani dan langsung menampar pipi Maharani dengan sangat keras. "Jangan pernah berani menyakiti Arini dan cucu ku. Jika sekali saja kau menyentuhnya maka tidak akan segan-segan aku memyeretmu keluar dari rumah ini." Ancam Ramayani yang membuat Arini tersenyum devil.
"Bu, aku sama sekali tidak memberikan racun atau apa pun pada susu itu. Aku ikut senang Arini hamil dan aku juga akan ikut merawat bayi mas Agam."
"Merawat kau bilang? Hahahahahah, Maharani jangan pernah bermimpi untuk membantu kami merawat bayi. Kau saja belum pernah mengandung bagaimana bisa merawar bayi." Ejek Ramayani.
Sesaat kemudian Adrian keluar dari dalam kamar Arini dan keget melihat kedua istri dan ibunya kini sedang terlibat masalah. Belum lagi serpihan kaca yang berserakan di lantai dengan susu yang juga tumpah membasahi lantai.
"Apa yang terjadi?"
"Mas." Ucap Arini dan Maharani secara serentak.
"Apa yang terjadi? Kenapa begitu berantakan?"
"Mas, Maharani mencoba meracuni bayi kita." Kata Arini dengan suara yang di buat sedih sambil mengusap perutnya yang masih rata.
"Maharani!" Sentak Agam.
"Kau percaya itu mas? Kau percaya apa yang Arini katakan?" Tanya Maharani tapi Agam justru diam. Sungguh Maharani begitu kecewa melihat Agam yang hanya diam tidak menjawab pertanyaan nya. Maharani langsung berlari menaiki anak tangga meninggalkan tiga orang yang selalu membuat Maharani sakit hati dan menangis. Kini Maharani tidak lagi memperdulikan serpihan gelas yang ia injak yang membuat telapak kakinya mengeluarkan darah. Karena bagi Maharani sakit kakinya tidak seberapa dengan sakit hati yang setiap hari ia rasakan.
Maharani menangis di dalam kamar dengan kedua kaki yang di tekut dan kepala yang bersadar di lututnya.
Agam yang melihat darah di lantai langsung menysul Maharani.
"Mas." Panggil Arini namun Agam tidak menoleh sama sekali.
Perlahan Agam membuka pintu dan mendapati saat ini Maharani tengah menangis. Agam langsung mengambil kotak p3k dan berjongkok tepat di hadapan Maharani.
"Biar aku obati lukamu." Kata Agam dengan perasaan yang sedikit bersalah. Jujur Agam masih sangat mencintai Maharani, tapi Agam juga telah lama menantikan kehadirian seorang anak, dan Agam tidak ingin sesuatu terjadi dengan kandungam Arini.
Maharani mendongakkan kepalanya, dengan mata yang sembab Maharani menatap Agam. "Bukan aku mas, percaya padaku." Kata Maharani, namun Agam justur membuang wajahnya dan kembali melihat kaki Maharani.
Maharani yang tadi sempat bahagia, karena Agam mau mengikutinya, kini merasa benar-benar hancur. Pria yang ia kenal sebagai pria yang baik dan selalu percaya dengan perkataannya kini telah berubah. Pria yang dulu selalu menjadi temeng baginya kini telah perlahan menghilang. Raganya tetap masih ada di hadapan Maharani tapi perasaan dan cinta dari pria itu entah sudah pergi kemana berlabu. Maharani menarik kakinya, ia tidak ingin Agam mengobati lukanya.
"Ada apa?" Tanya Agam.
"Aku bisa sendiri." Ucap Maharani sambil mengambil kotak p3k.
"Maharani maaf, tapi tolong mengertilah. Arini sedang mengandung anakku, anak kita. Ku mohon Maharani mengertilah, jangan melukai kandungan Arini."
Detak jantung Maharani seperti sedang berhenti berdetak mendengar ucapan pria yang dulunya selalu bilang cinta padanya di setiap hari. Pria yang dulunya sangat percaya dengan dirinya justru kembali melukai hati yang belum sembuh sama sekali.
"Kau percaya Arini dari pada aku mas? Kau percaya dengan dia yang baru saja kau nikahi di banding aku yang sudah bertahun-tahun lamanya denganmu?"
"Maaf sayang. Tapi kesehatan Arini sangat penting saat ini. Bayi yang ada di kandungan Arini harus di jaga dengan baik."
"Keluar mas! Keluar sekarang juga." Bentak Maharani.
"Aku harap kau bisa mengerti." Ucap Agam lalu keluar dari kamar.
Sungguh luka yang belum sembuh kini kembali menganga. Sakit, dan semakin sakit.
"Kau tega mas.. Kau tega.." Lirih Maharani.
••••
Ramayani dan juga Arini tak henti-hentinya tertawa bahagia karena tadi mereka sempat menguping pembicaraan Maharani dan Agam. Dan begitu tahu jika Agam memihak pada Arini. Mereka berdua tertawa bahagia. Kini tidak sia-sia mereka menjalankan peran yang sangat luar biasa, sehingga mampu membuat Agam yang dulunya sangat mencintai Maharani justru kini seolah sama sekali tidak perduli.
"Kau hebat sayang. Kau memang menantu yang terbaik." Puji Ramayani sambil mengenggam tangan Arini.
"Tentu bu. Pokoknya aku akan berusaha sampai mas Agam menjadi milikku satu-satunya." Ucap Arini dengan senyum jahat yang selalu ia ukir di wajahnya.
••••
Agam kini sedang duduk di salah satu cafe menunggu seseorang yang sangat penting yang akan menjadi investor di perusahaan Agam bekerja. Agam sudah menyiapkan beberapa berkas untuk rapat yang di adakan di cafe yang di tunjuk oleh asisten Bastian.
Saat seseorang yang penting itu datang, Agam langsung berdiri dari duduknya dan mengulurkan yang nya untuk berjabat tangan.
"Selamat datang tuan Bastian." Kata Agam
aduh...
tolong perbaiki lagi dan cari info lagi jangan asal nulis GK tau hukum bisa juga ntar orang pada meniru saat hamil di nikahi
kecuali author GK usah pakai ijab Kabul
mungkin beda tanggapan ku