Awalnya kupikir Roni adalah tipikal suami yang baik, romantis, lembut, dan bertanggung jawab, namun di hari pertama pernikahan kami, aku melihat ada yang aneh dari diri Suamiku itu, tapi aku sendiri tidak berani untuk menduga-duga sebenarnya apa yang tersembunyi di balik semua keromantisan suamiku itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu
Waktu sudah menunjukkan jam 02.00 dini hari, aku dan Mas Roni masih duduk di ruang tamu ini, setelah semua kebohongannya terungkap, dan saat ini aku sedang menunggu penjelasannya mengenai hubungannya dengan wanita itu, Dokter Eva Suryani.
“Apakah Mas harus menceritakannya sekarang juga Dek?” tanya Mas Roni sambil menatap ke arahku, wajahnya terlihat lelah namun tidak ada rasa kantuk di antara aku dan dia, karena persoalan ini.
“Iya Mas, saat ini juga Mas harus memberikan aku penjelasan, Aku butuh penjelasan logis dari Mas, karena jujur semua ini seperti mimpi rasanya, sekarang ceritakan padaku kenapa Mas masih berhubungan dengan dia, sementara status kalian sama-sama punya keluarga?“
Aku balas menatap Mas Roni, Aku tidak ingin menundanya lagi, kalaupun harus sakit, sakit sekalian, Aku sudah muak dengan kebohongan dan kepura-puraan ini.
"Baiklah, Mas akan jujur ceritakan semua padamu dari awal, dan Mas berharap setelah ini kamu masih bisa menerima Mas sebagai suamimu, mas tidak ingin hubungan kita hancur!“ ucap Mas Roni dengan bibir yang terlihat sedikit bergetar.
“Ya sudah, ceritakan saja tidak usah berbelit-belit!" cetusku, aku duduk agak menjauh dari mas Roni, entah mengapa saat ini aku benar-benar illfeel dan tidak ingin berada di dekatnya.
“Sebenarnya, Mas dan Eva sudah saling mengenal selama 5 tahun, kami kenal juga dari media sosial, awalnya kami hanya chat biasa saja, tapi lama-lama dia sering curhat masalah rumah tangganya pada Mas, dia bilang Mas enak Diajak bicara, Dan mulai saat itu dia sering menelepon Mas hanya untuk curhat, karena Mas memang masih sendiri, tentunya Mas tidak keberatan mendengar setiap curhatan dia!“ kata Mas Roni sambil menarik nafas panjang.
“Lalu?”
“Singkat cerita, hubungan kami semakin akrab dari yang awalnya hanya chat dan telepon, kami mulai janjian untuk ketemu, dan akhirnya kami pun ketemuan di sebuah Mall, sebenarnya pada waktu itu Mas juga tidak punya keberanian Karena Mas tahu dia adalah istri orang, tapi saat itu sepertinya dia benar-benar membutuhkan Mas, meskipun hanya sekedar untuk mendengarkan ceritanya!" Lanjut Mas Roni.
“Oke aku paham, tapi yang aku tidak mengerti, mengapa kalian masih berhubungan sampai sekarang? Dan mengapa Mas mau menikahi aku sementara Mas belum memutuskan hubungan dengan dia?“ Tanyaku.
“Dari tahun ke tahun hubungan kami semakin dekat, dan dia semakin tidak bisa lepas dari Mas, jujur kami saling mencintai tapi tidak bisa untuk bersama, hingga saatnya Mas merasa kalau Mas seperti ini terus, Mas tidak akan pernah bisa terlepas dari hubungan terlarang itu, makanya Mas mulai mencari sosok istri supaya pelan-pelan Mas bisa keluar dari lingkaran setan itu!" Jawab Mas Roni.
"Tapi setelah Mas menikah, Kenapa Mas tidak bisa melepaskan dia?“ Tanyaku lagi, kembali rasa sakit di dalam hati itu datang dan itu begitu perih.
“Mas sudah berusaha Dek, tapi dia seperti tidak pernah bisa lepas dari Mas, dia tahu Mas sudah menikah meskipun dia tidak tahu siapa istri Mas, dia tidak peduli, dia hanya ingin hubungan Mas dan dia tetap berlanjut!“ sahut Mas Roni.
"Baik, sekarang Aku mau melihat Mas Roni benar-benar lepas dari dia, tinggalkan dia, buang semua yang berhubungan dengan dia seperti yang aku bilang tadi, hapus nomor kontaknya dari ponsel Mas!“ ujarku akhirnya.
Sekarang aku sudah mulai paham, Apa yang mendasari Mas Roni masih terikat dalam hubungan terlarang itu, aku menyadari bahwa wanita ketika sudah merasa nyaman dia akan melakukan apapun untuk terus mendapatkan kenyamanan itu, dan salahnya Mas Roni selalu bisa memberikan dia kenyamanan, ini tidak bisa dibiarkan, Aku tidak ingin menjadi korban, aku harus tegas, apalagi saat ini ada yang sedang bertumbuh di dalamnya rahimku, dan aku harus menyelamatkan dia meskipun rasa sakit hati ini masih begitu terasa.
Mas Roni kemudian masuk ke dalam kamar, dan Tak lama kemudian dia sudah kembali dengan membawa sebuah bingkai foto yang waktu itu aku temukan dan juga pakaian wanita yang aku juga temukan.
"Dek, sebagai bukti Mas benar-benar mau berubah, Mas akan membakar baju dan foto ini supaya semua musnah, Mas juga sudah lelah dengan semua ini!“ kata Mas Roni.
Aku menarik nafas lega, mudah-mudahan Mas Roni benar-benar berubah, dan untuk kedepannya keluarga kami menjadi lebih baik, bisa saling terbuka dan saling percaya, dan tidak ada lagi dusta diantara Aku dan Mas Roni.
“Ya sudah, bakar saja sekarang, tunggu apa lagi!“ cetusku.
Mas Roni kemudian melangkah ke dapur dan dia mengambil korek api, setelah itu dia membuka pintu depan dan langsung meletakkan foto dan pakaian itu di tanah, dan tanpa bertanya lagi dia langsung membakar semuanya itu, aku melangkah mengikutinya dan melihat dengan mata kepalaku sendiri, apa yang dilakukannya, dia benar-benar sudah membakar semuanya itu.
Api mulai membesar, Untung saja saat ini masih sekitar jam 2 dini hari, masih belum subuh, jadi orang-orang masih pada tidur, tidak terganggu dengan asap yang dihasilkan dari pembakaran ini, coba kalau dilakukannya siang hari atau pagi hari, mungkin saja orang-orang sudah melihat dan terheran-heran dengan apa yang terjadi.
Lama-lama api itu mengecil karena foto dan pakaian itu sudah ludes terbakar dan kini hanya tersisa abunya saja, setelah itu Mas Roni menyiramnya dengan air supaya asapnya hilang, kemudian dia kembali masuk ke dalam rumah lalu mengambil ponselnya.
"Dek, sini kamu lihat, Mas akan hapus namanya dari ponsel Mas! Mas akan blokir dia dan Mas sudah benar-benar ingin memutuskan hubungan dengan dia, supaya kamu melihat Kalau Mas itu serius, tidak main-main menikah denganmu!" Kata Mas Roni sambil menunjukkan ponselnya dan nomor kontak wanita itu.
Aku hanya diam saja tapi mataku mengarah pada ponsel itu, Mas Roni terlihat memblokir nama yang berinisial Ev, kemudian dia menghapusnya dari ponselnya.
Aku tidak menyangka kalau Mas Roni punya keberanian sebesar itu untuk membakar juga memblokir nomor kontak Dokter Eva Suryani, padahal baru saja mereka bertemu dan saling berhubungan, tapi mas Roni seolah ingin menunjukkan padaku kalau dia benar-benar serius ingin berubah dan mengakhiri semuanya, dan meminta kesempatan kedua padaku.
“Bagaimana dek? kamu sudah percaya Mas kan? Sekarang sudah tidak ada apa-apa lagi yang berhubungan dengan dia, Mas janji tidak akan mengulangi hal seperti ini lagi!“ kata Mas Roni sambil berusaha memegang kedua bahuku dan menatap wajahku.
Perlahan aku menurunkan tangan Mas Roni dan aku mundur, rasanya aku belum siap jika harus berada dekat-dekat dengan dia, setelah semua yang terjadi, aku merasa asing dan tidak nyaman berada dengan orang yang telah membohongi aku.
“Aku menghargai keputusan Mas untuk berubah dan mengakhiri hubungan terlarang itu, tapi maaf Mas, sepertinya aku belum bisa berada dekat dengan Mas, butuh waktu!“ ucapku.
“Ya, Mas mengerti apa yang kamu rasakan, kalau kamu memang ingin menghukum Mas dengan cara apapun Mas siap, asal jangan meminta untuk berpisah!“ jawab Mas Roni.
Aku terdiam, memang sejujurnya aku juga tidak siap kalau harus berpisah secepat ini dengan Mas Roni, apalagi saat aku teringat ada janin yang akan terus bertumbuh di dalam rahimku.
Tidak ada salahnya aku memberikan Kesempatan Kedua, demi calon anakku ini yang masih sangat membutuhkan kehadiran sang ayah.
“Baiklah Mas, untuk malam ini aku mau tidur di kamar tamu, terima kasih karena kamu sudah berusaha untuk melupakannya dan memperbaiki hubungan kita!" ucapku.
Aku kemudian langsung dia berjalan menuju ke ruang tamu, Memang sebelumnya aku sudah membersihkan ruangan ini dan mengganti semua, tadinya untuk persiapan Kalau Rafi akan tinggal di sini, tapi sebelum dia datang aku yang akan menempati kamar ini sementara waktu.
Mas Roni terlihat masih berdiri termangu sambil menatapku, saat Aku menoleh ke arahnya dan mulai melangkah menuju kamar tamu dan menutup pintu kamar tamu ini.
Bersambung …