Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 – Tangan-Tangan yang Bergerak dalam Bayangan
Akademi Sihir Astra, meski dikenal sebagai lembaga pendidikan terbesar di dunia, pada hakikatnya adalah medan politik yang membara. Setiap keluarga bangsawan mengincar pengaruh, kekuasaan, dan... rahasia.
Dan kini, seorang pemuda misterius bernama Xiao Chen—yang disebut sebagai “guru” oleh tiga siswa tamu biasa—telah mengguncang stabilitas itu.
🎭 Bisikan dari Balik Tirai
Di ruang bawah tanah terdalam akademi, lima orang bertudung duduk mengitari meja bulat bercahaya ungu.
> “Pemuda itu... aura kekuatannya tidak bisa dideteksi.”
> “Dia hanya bocah berusia lima belas.”
> “Kau bilang bocah? Dia mengajari tiga siswa tamu yang bahkan mengalahkan penerus keluarga Helmont dan Varga!”
> “...Apakah dia penerus Raja Elvarion?”
> “Atau... sesuatu yang lebih buruk?”
Kesepakatan sunyi pun terjadi.
> “Kita pantau dia. Kirim kelompok Penilai Bayangan. Jika dia ancaman... hapus.”
🏰 Di Asrama Murid Tamu
Lyra, Rey, dan Sera sedang berlatih pernapasan teknik dasar yang diberikan Xiao Chen.
Sementara itu, Elvira duduk di dekat jendela, menggambar ulang simbol altar yang baru ia bangun kemarin.
Xiao Chen membuka mata dari posisi duduknya.
> “Ada yang mengamati kita.”
> “Di luar?”
> “Di dalam. Dari dalam akademi sendiri.”
> “...Kau mau aku bersihkan mereka?” tanya Elvira datar, jari-jarinya sudah menyentuh belatinya yang tertanam sihir elf.
> “Tidak perlu. Biarkan saja.”
> “Kenapa?”
> “Karena semut-semut itu perlu tahu... bahwa gunung yang mereka coba daki adalah... langit itu sendiri.”
💥 Serangan Penilai Bayangan
Malam itu, lima orang bertopeng menyusup ke dalam asrama murid tamu. Mereka memiliki keahlian sihir bayangan tingkat tinggi—mampu menghapus suara, wujud, bahkan jejak energi.
Namun... langkah mereka berhenti di depan kamar Xiao Chen.
Karena ruangan itu... tak berisi apa-apa.
> “Lho, kosong?”
> “Mana bocahnya?”
> “Di sini,”
Suara itu muncul seperti bisikan, tapi memukul jiwa mereka seperti palu.
Kelima orang itu terhempas ke langit-langit, membentur keras, sebelum terjerembap ke lantai seperti karung kosong.
Dalam hitungan detik, mereka tak bisa bergerak.
Satu per satu, simbol api surgawi muncul di tubuh mereka, mengunci seluruh jalur sihir.
> “Sihir kalian... terlalu primitif,” kata Xiao Chen.
> “Kau... siapa...?” ucap salah satu dengan napas terputus.
> “Aku? Aku hanya pengembara... yang kalian bangunkan.”
Dengan jentikan jarinya, kelima Penilai Bayangan langsung terhapus memorinya. Lalu tubuh mereka terlempar ke depan gerbang akademi seperti boneka usang.
🎓 Di Menara Rektor
Rektor Gaius Vermund menatap langit. Sebuah pola api surgawi masih tergantung di udara.
> “Kekuatan itu... bukan milik dunia ini.”
Seorang profesor tua di sampingnya bergumam,
> “Apa mungkin... dia dari Alam Langit?”
> “Tidak,” jawab Rektor Gaius sambil tersenyum, “lebih tinggi dari itu. Dunia kita... akan segera berguncang.”
🌿 Sisi Elvira – Membangkitkan Penjaga Ras
Sementara Xiao Chen menenangkan murid-muridnya, Elvira turun ke altar yang ia buat diam-diam. Dengan teknik pemanggilan yang diajarkan Xiao Chen—yang tidak menggunakan sihir biasa—ia menyalakan cincin leluhur Elvarion.
Suara seperti bisikan dedaunan terdengar.
> “Wahai darah keturunan Elvarion... penjaga pertama menunggumu.”
Lingkaran sihir di lantai menyala, dan dari dalam muncul sesosok elf pria dengan rambut perak panjang dan mata tertutup kain.
> “Kau... siapa?”
> “Aku Elvira, penerus kerajaan Elvarion.”
> “Dan aku... adalah [Penjaga Roh Hutan Pertama], yang terikat pada Raja Langit. Aku akan melayani... Raja-mu.”
Elvira menunduk.
> “Rajaku... sudah tiba.”
🧭 Keesokan Paginya
Sera datang dengan tergesa-gesa sambil membawa gulungan besar.
> “Kita diundang ke acara pembukaan Semester Musim Gugur! Kita harus tampil mewakili murid tamu!”
> “Menarik,” ucap Xiao Chen santai.
> “Akan banyak bangsawan di sana,” Rey menambahkan. “Termasuk putra mahkota Kekaisaran Midrath.”
Lyra menatap Xiao Chen.
> “Haruskah kita pergi?”
> “Tentu,” katanya sambil tersenyum tipis.
> “Sudah saatnya... langit menunjukkan sedikit kilauannya.”