NovelToon NovelToon
SERIAL SILAT PENDEKAR

SERIAL SILAT PENDEKAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Ilmu Kanuragan
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ikko Suwais

PENDEKAR Mabuk memiliki nama asli Suto Wijaya Kusuma dan dia adalah seorang pendekar pembela kebenaran dan menumpas kejahatan. Perjalanan nya dalam petualangannya itu banyak menghadapi tantangan dan rintangan yang sering kali membuat nyawa nya terancam. Namun pendekar gagah dan tampan itu selalu punya solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PART 12

SEBELUM Mencapai bukit yang dituju, mereka menuruni lembah. Saat mereka menuruni lembah itulah langkah mereka terhenti. Tangan Karina menahan lengan Pendekar Mabuk sambil memandang ke arah kiri mereka.

"Lihat, ada seseorang yang tergeletak di sebelah sana, di balik semak itu!"

"Oh, benar..! Mungkin orang itulah yang kudengar jeritannya tadi"

Suto Sinting lebih dulu bergerak ke arah semak-semak tersebut, Karina segera mengikutinya. Ternyata orang yang tergeletak di balik semak itu adalah seorang gadis berusia sekitar dua puluh tiga tahun, juga mengenakan pakaian ketat warna biru mengkilap, rambutnya dikepang dua. Gadis itu telah tak bernyawa dengan leher penuh darah hingga sampai ke dadanya.

"Lembah Wulung...?!" ucap Suto yang merasa kenal dengan gadis itu.

"Siapa gadis ini?"

"Bekas lawanku yang memihak Pangeran Cabul," jawab Suto Sinting, lalu bercerita sedikit tentang Pangeran Cabul dan Ratu Lembah Girang. Pandangan mata pemuda tampan itu setajam saat memandang mayat Wabah Langit. la juga merasa heran seperti tadi. Tatapan mata yang tertuju pada leher membuat pemuda itu akhirnya menggumam seperti bicara sendiri.

"Darahnya masih segar, bahkan masih mengalir sebagian...."

"Kurasa pembunuhnya belum jauh dari sini," timpal Karina Larasita.

"Darahnya juga berbau harum"

"Ya. Bahkan bau harumnya lebih jelas lagi, seharum seperti tadi."

"Seperti bau rempah-rempah bercampur daun pandan."

"Coba periksa bagian leher yang berdarah itu,apakah ada luka atau tidak!" usul Karina setengah memerintah. Tanpa sadar Suto pun lakukan hal itu karena hatinya sendiri memang penasaran. Dengan sehelai daun lebar, Pendekar Mabuk mengusap darah di sekitar leher mayat. Ternyata leher itu tak terluka seujung jarum pun. Bahkan seluruh tubuh si mayat diperiksa, dijamah, disingkapkan pakaiannya, sampai Karina menjadi kesal melihatnya.

"Sudah, jangan menggunakan kesempatan dalam kesempitan! Dasar mata keranjang!" Pendekar Mabuk sunggingkan senyum geli yang tampak kaku sekali. Tubuhnya sempat tersentak naik karena tangan Karina menarik lengannya. Gadis itu menampakkan sikap tak suka melihat Suto Sinting memeriksa keadaan mayat seperti itu. Tak ada luka, tapi ada darah. Penasaran sekali aku jadinya, ingin berhadapan dengan pemilik ilmu aneh itu!" ujar Suto Sinting seperti bicara sendiri. la masih pandangi mayat Lembah Wuyung. Karina tiba-tiba berbisik dalam nada tegang.

"Ada orang mengintai di balik pohon belakang kita!!" Suto Sinting melirik ke arah Karina, kepalanya sengaja tidak bergerak agar tak timbulkan curiga bagi sang pengintai.

"Di pohon sebelah mana?"

"Paling kiri dari tiga pohon yang berjajar di belakang kita, dekat batu setinggi pinggul. Dia mengintai kita sejak tadi rupanya," bisik Karina.

"Hmmm...," Suto Sinting tampak tenang, memindahkan bumbung tuaknya dari punggung ke pundak. Lalu ia berbisik lagi dengan mata seakan memandang jauh.

"Bergeserlah ke kanan, agak jauh!"

Karina melangkah ke kanan, seakan ingin mengelilingi mayat Lembah Wuyung itu. Setelah jarak mereka berjauhan, Pendekar Mabuk cepat putar tubuhnya sambil sentakkan dua jari tangannya yang mengeras bagai pisau itu. Weees...! Claaap...

Duuaaarrr...!

Sinar ungu dari jurus "Turangga Laga' menghantam pohon di balik batu. Ledakan cukup keras mengagetkan si pengintai. Pohon itu rompal, dan si pengintai melompat kelabakan, takut terkena sinar ungu tadi. Brrruus...! Orang itu jatuh di semak-semak berduri. Suara erangan kesakitan terdengar pelan sekali. Suto Sinting segera berseru keluarkan ancaman yang bersifat menakut-nakuti saja.

"Keluar kau, atau kuhancurkan tubuhmu dari sini?!"

Suara lantang itu membuat si pengintai menjadi gemetaran. Akhirnya orang itu muncul dengan wajah tegang penuh ketakutan. Langkahnya pelan-pelan sekali dan masih berusaha berlindung di balik pohon walau ia berseru kepada Pendekar Mabuk.

"Aku kok, Suto...! Aku.. Jangan serang aku,ya"

"Setan!" sentak Suto Sinting sambil hembuskan napas lega, tapi hatinya sempat merasa dongkol akibat mengetahui siapa pemuda berambut kucai pendek dengan ikat kepala merah dan baju tanpa lengan biru. Pendekar Mabuk kenal betul dengan tokoh pemuda berusia dua puluh tahun yang berwajah polos dan berbadan kurus itu akhirnya mendekati Suto sinting.

"Mengapa kau mengintip di situ, Panji lobot! Kemarilah."

Panji Klobot tokoh berbadan kurus dan lugu itu akhirnya mendekati Suto Sinting Dengan rasa takut. Akhirnya Pendekar Mabuk tersenyum geli sendiri melihat wajah takutnya Panji Klobot yang pernah mengikuti Suto Sinting saat mencari Bunga Kecubung Dadar. Suto pun akhirnya jelaskan kepada Karina siapa si Panji Klobot itu sebenarnya.

Tetapi alasan Panji Klobot berada di tempat itu masih menjadi tanda tanya bagi Karina. Bahkan ia sempat berbisik kepada Suto Sinting dengan suara nya yang mirip orang menggumam itu.

"Jangan-jangan dia yang membunuh gadis itu dengan ilmu anehnya?!"

"Hmm... kurasa... kurasa tak mungkin. Karena aku tahu dia tak mempunyai ilmu apa pun kecuali ilmu Tendangan Cuci Perut pemberian pamannya. Tapi..." Pendekar Mabuk hentikan bisikannya, karena ia segera ingat bahwa selama Panji Klobot ditinggalkan di pondoknya si Kusir Hantu bersama Tenda Biru, Mahligai Sukma, dan Pematang Hati, pemuda itu berguru kepada Tenda Biru. Sedangkan gadis bernama Tenda Biru itu bekas muridnya mendiang Nyai Garang Sayu yang berilmu tinggi.

"Apakah mungkin Panji Klobot menguasai Ilmu seaneh itu dari Tenda Biru?!." tanya Suto Membatin. namun tak pernah mendapat jawaban pasti dari batinnya sendiri.

"Mengapa kau berada di tempat ini, Panji Klobot?!"

"Hmmm, eeh... kebetulan saja aku lewat tempat ini, Suto. Sebenarnya aku disuruh Tenda Biru untuk mencarimu. Ki Kusir Hantu sakit, dan butuh bantuanmu, Suto. Kau diminta pulang ke Lembah Seram.

"Kusir Hantu sakit?! Sakit apa?!"

"Terluka saat bertarung melawan seseorang yang mempunyai pedang panjang." Pendekar Mabuk mulai tertarik dengan keterangan lugu si Panji Klobot. la sempat memandang Karina yang berdiri di samping kirinya. Ternyata gadis itu juga sedang menatapnya dengan wajah sedikit tegang.

"Pedang panjang?!" gumam Suto Sinting lirih dan datar.

"Sampai sekarang Ki Kusir Hantu belum siuman, Suto," tambah Panji Klobot.

"Pedang panjang bagaimana maksudnya?" tanya Suto dengan rasa ingin tahu sangat besar.

"Saat kakeknya Pematang Hati dan Mahligai Sukma itu ditemukan kedua cucunya dalam keadaan belum pingsan, ia hanya sempat mengatakan tentang lawannya yang berpedang panjang, berwarna putih mengkilat, panjangnya lebih dari satu depa.

Tapi dia tidak sebutkan siapa orangnya karena keburu tak sadar diri."

"Jangan-jangan orang itu menggunakan Pedang Jagal Keramat?" bisik Karina. Suto Sinting hanya menggumam karena ia pun mempunyai dugaan seperti itu.

"Kalau begitu, sebaiknya kita segera ke Lembah Seram, temui si Kusir Hantu. la harus kusembuhkan dulu, baru bisa kutanya siapa lawannya yang berpedang panjang itu."

Panji Klobot segera berkata,

"Tapi aku tadi melihat orang itu berlari ke arah selatan,Suto."

"Orang siapa?!" sergah Suto sedikit menegang lagi. 

"Orang yang membunuh gadis itu!" Panji Klobot menuding Lembah Wuyung.

"Apa maksudmu? Jelaskan!" Karina mendesak.,karena tak bisa menyimpan rasa penasarannya.

"Tadi aku melihat gadis itu bertarung dengan seseorang.."

"Lelaki atau perempuan?!" potong Suto.

"Aku tak sempat melihat jenisnya karena ia tidak telanjang. Aku hanya melihatnya dari belakang. la berambut panjang disanggul, mengenakan jubah hijau muda. Mungkin ia seorang perempuan, tapi bisa saja seorang lelaki, karena banyak lelaki yang rambutnya disanggul juga. Yang jelas ia memegang sebuah pedang yang panjang, tingginya sama dengan tinggi tubuh orang itu."

"Pedang Jagal Keramat!" Gumam Karina seketika itu juga. Tapi Panji Klobot tidak terpengaruh gumaman itu, ia lanjutkan kata-katanya yang dituturkan dengan penuh semangat.

"Orang itu memenggal leher lawannya. Kulihat pedangnya berkelebat menebas leher. Jelas sekali Dan gadis itu roboh setelah memekik satu kali. Kemudian.. kemudian orang itu lari ke arah selatan. Aku tak sempat melihat wajah atau bagian depannya, karena mataku terpukau pada gadis malang itu. Anehnya, ketika pedang itu berkelebat memenggal leher si gadis, kepala gadis itu tidak putus. Bahkan ketika ia tumbang dan menghembuskan napas terakhir, kulihat kepalanya masih ada. Masih menempel di lehernya seperti... yah, seperti itulah, kau bisa lihat sendiri," sambil Panji Klobot menuding mayat Lembah Wuyung.

"Tak salah lagi, pasti pedang itu yang dinamakan Pedang Jagal Keramat!" gumam Karina seperti bicara sendiri.

"Jubah hijau...?!" Pendekar Mabuk pun menggumam sambil mencoba mengingat-ingat siapa saja tokoh yang mengenakan jubah hijau.

...*...

...* *...

1
arumazam
lucu
arumazam
seru jg
arumazam
mantapppp
Mukmini Salasiyanti
kpn nih up nya, Thor???
☺🙏💪
Mukmini Salasiyanti
Salken, Mas Thor...
mampir yaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!