NovelToon NovelToon
Bilik Penyesalan

Bilik Penyesalan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Patahhati
Popularitas:21.9M
Nilai: 4.7
Nama Author: Lemari Kertas

Akankah cinta memudar seperti kehormatan yang telah hilang?

Seruni, nama yang singkat, sesingkat pemikirannya tentang cinta ketika usianya baru saja menginjak tujuh belas tahun saat itu. Atas kekagumannya pada sosok gagah, pemuda yang digandrungi semua gadis desa pada masa itu, Seruni rela melepas keperawanannya kepada lelaki itu di sebuah bilik bambu tak berpenghuni.

Ajun Komisaris Polisi Seno Ari Bimantara, lelaki dengan segudang prestasi di ranah kepolisian, tercengang ketika pada hari dia kembali bekerja setelah lamaran dengan kekasihnya, menemukan laporan dua orang wanita malam yang berkelahi dengan satu korban bocor di kepala. Ia tercekat pada satu nama dan satu wajah dalam laporan itu: Seruni.

Gadis polos yang ia ambil kesuciannya bertahun-tahun lalu di balik bilik bambu kini kembali secara tak sengaja ke dalam hidupnya dengan realita kehidupan mereka yang kontras. Namun, pada pertemuan kedua setelah bertahun-tahun yang lalu itu, hanya ada kebencian dalam nyalang mata seruni ketika memandangnya.

Bima, Seruni dan Atikah, terlibat sebuah hubungan rumit yang akhirnya mengantarka mereka pada romansa berantakan berujung dendam! Mampukah Bima meredam kebencian Seruni pada sepenggal kisah mereka yang tertinggal di balik bilik penyesalan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemari Kertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seruni?

Bima terduduk lemas di atas kursi kebesarannya. Tatapannya masih menerawang ke kejadian sepuluh tahun yang lalu. Saat tadi ia berada begitu dekat dengan Seruni, badai penyesalan menghantam dirinya seketika.

Bima juga tak menggubris beberapa anggotanya yang masuk dan mengantarkan banyak berkas ke atas mejanya. Ia melamun. Seruni ... Nama itu terngiang-ngiang di kepala. Seruni-nya yang sudah begitu membencinya.

Bima pernah berpikir, sekian tahun menjadi seorang abdi negara dan telah mendapatkan calon pendamping, seorang perempuan cantik bernama Atikah, ia kira hidupnya akan baik-baik saja, tapi ternyata dia salah, ketika hari ini kembali bertemu dengan si jelita yang telah terluka karenanya, pikiran Bima justru kini hanya terpaku pada Seruni saja.

"Seruni ... Begitu cepat waktu berlalu, kau telah kembali dan meluluhlantakkan hatiku," desah Bima dalam gelombang rada bersalah yang semakin menggunung.

"Pak, itu seragamnya tidak diganti?" tanya anggotanya ketika mengantar kopi untuk sang atasan yang bahkan tak menyadari bahwa dia ada di dalam ruangan yang sama.

"Biarkan saja," balas Bima tanpa mengalihkan pandangannya.

Anggota itu kemudian berlalu, Bima membuka lagi laporan berita acara Seruni semalam. Ia ingin tahu dimana Seruni tinggal, tetapi dia tidak menemukannya. Ingin rasanya Bima menghukum anggotanya yang tidak bertanya dimana Seruni tinggal. Tapi ia menemukan satu tempat dalam laporan itu, club malam tempat Seruni bekerja.

Bima menatap ke depan, ia berharap bisa segera bertemu Seruni lagi, ia ingin sekali Seruni memaafkannya. Mungkin, dia harus datang ke tempat Seruni bekerja nanti.

Ketika sore telah datang, Bima masih betah berada di dalam ruangannya. Bima masih sibuk memikirkan kesalahannya kepada Seruni di masa lalu. Lalu ketika pintu ruangannya diketuk, barulah Bima sedikit tersadar.

"Masuk."

Atikah muncul dengan penampilan cantik seperti biasa. Ia pasti baru saja selesai menghadiri acara di bank tepatnya bekerja.

"Sayang, apa yang terjadi dengan baju seragammu?" Atikah berseru sembari mendekat cepat ke arah Bima. Ia kira Bima terluka.

"Tidak apa-apa, Tika. Tadi aku mengobati luka seseorang."

"Sampai darahnya mengenaimu juga?" tanya Atikah penuh selidik.

Bima hanya mengangguk. Entah mengapa kini kehadiran Atikah seperti hal yang biasa tak lagi seistimewa biasanya. Begitu besarnya pengaruh kehadiran Seruni kembali ke dalam hidupnya hingga mampu membuat Bima kehilangan rasa istimewa terhadap calon istrinya itu.

"Mengapa kemari, Sayang?" tanya Bima mencoba untuk mengusir bayangan Seruni dan menggantikannya lagi dengan Atikah, kekasihnya.

"Membawakanmu ini, aku yakin kau pasti belum makan."

Atikah dengan semangat mengeluarkan box makanan padahal jujur saja, Bima tengah kehilangan rasa laparnya sekarang. Namun, demi menghormati dan menghargai Atikah, ia mulai memakan makanan itu meski Atikah telah memintanya untuk melepas dulu baju yang dipenuhi darah di bagian sisi bawahnya.

"Tak apa, yang makan kan aku, aku tak geli," tolak Bima.

"Ya, tapi tidak enak saja dilihat, Sayang."

"Biarkan saja, kau mau makan lagi?" tawar Bima dengan Atikah yang menggeleng.

"Sayang, malam nanti kau bisa menemani aku tidur di rumah? Kedua orangtuaku sedang pergi mengunjungi saudara kami di luar kota."

Bima menggeleng perlahan, ada hal yang ingin ia kerjakan malam ini.

"Kenapa?" tanya Atikah sedikit kecewa, tak biasanya Bima menolaknya.

"Aku sedang banyak sekali pekerjaan, nanti malam juga akan ada pertemuan dengan rekan-rekanku. Kau tak keberatan bukan?"

Akhirnya dengan berat hati, Atikah mengangguk meski rasanya tak rela, tak dekat Bima walau sehari saja. Atikah sangat mencintai Bima. Mereka sering bermesraan tetapi Bima sekalipun tidak pernah menidurinya, hanya sekedarnya, berciuman dan meraba tapi tak sampai ke bawah. Atikah pun sering heran, mengapa Bima tak mau menyentuhnya hingga habis padahal ia sudah begitu yakin dengan lelaki itu jadi ia juga tak akan ragu membuka paha untuk Bima.

Setelah makan, Bima pergi ke belakang. Tak sengaja, Atikah melihat laporan berita acara yang terbuka. Iseng, ia meraihnya. Dilihatnya foto perempuan cantik tanpa ekspresi di dalam sana. Atikah seketika merasakan aneh menyergap dirinya. Ia mengusap tengkuknya.

"Seruni?" tanya Atikah tanpa bisa mencegahnya dari bibirnya untuk menyebut satu nama yang baru saja ia baca dengan pelan.

Entah apa yang aneh, itu hanya laporan biasa, berisi informasi pertikaian yang lazim terjadi di antara pekerja malam. Hanya saja ketika ia melihat wajah dan nama itu, rasanya perempuan itu begitu dekat, begitu familiar dan rasanya bukan orang asing bagi pemilik ruangan itu. Atikah mencoba menenangkan dirinya sendiri yang tiba-tiba dihantam rasa penasaran yang begitu nyata.

1
Alivaaaa
cerita yang sangat indah dan kereeen 😍 banyak pembelajaran yg bisa diambil dari cerita ini... terimakasih Thor yg sudah menyuguhkan ceeita yg sangat menarik ❤
Alivaaaa
terharu rasanya 🥺🥰
Alivaaaa
manisnyaa 😍😍
Alivaaaa
makin ngamuk tuh Laras 😂 nah loh karma segera hadir Ras
Alivaaaa
Waaahhh Bima kereeen 👏👏 baguuss Bim jangan pandang bulu 😂
Resna Julita
Kecewa
Resna Julita
Buruk
Alivaaaa
asli kereen nih novel 👍
Alivaaaa
kasihan sekali Seruni 🥺
Alivaaaa
baru awal udah nyesek 🥺
Alivaaaa
aku kesini Thor 😊
Elsi 🌻
singkat, padat, bikin susah move on! 💘
Maryana Fiqa
sudah ke tiga kali aku baca tdk pernah bosan 👍👍👍
Umi Tama
Luar biasa
fera fadli
Romantis x ucapan pak pol
Jhon Kuni Wong
Luar biasa ,suka ceritanya bagus
Cici Nency
Kecewa
Cici Nency
Buruk
Jhon Kuni Wong
ceritanya bagus
Komala David
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!