Kisah seorang gadis muda nan lugu yang berprofesi sebagai guru TK ditakdirkan bertemu dengan seorang duda beranak satu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman
Kenes masuk ke dalam sebuah kamar VVIP. Elang nampak terbaring lemah dengan banyak luka memar di wajah tampannya. Kenes mendesah panjang.
Dion menunggu di depan pintu kamar itu.
Kenes duduk di kursi dan terus menatap Elang. Di dalam benaknya dia sungguh menyesal membuat Elang kecewa dan sedih. bahkan Elang sampai harus dirawat di rumah sakit dengan kondisi yang cukup parah karena, dia.
Elang menggerakkan kepalanya, membuka kedua matanya lalu menoleh. Senyum seketika merekah indah kala dia menangkap sesosok wanita manis, pujaan hatinya.
"Kenapa kamu harus menemui mas Nathan? bukankah kita udah sepakat untuk menunggu selama satu tahun dan kita akan bersatu kembali?" Kenes menatap Elang dengan sedih dan tanpa terasa, butiran bening yang tercipta dari sanubarinya yang suci, mengalir perlahan di pipinya.
Elang mengangkat tangan kanannya lalu mengusap air mata di kedua pipinya Kenes, "maafkan aku! jangan menangis ya, aku mohon jangan menangis!"
Kenes menghirup dalam-dalam oksigen di sekitarnya lalu menghembuskannya pelan untuk menahan tangisnya.
"Aku mohon kamu bahagia selama satu tahun ini, jangan pernah menangis karena, sebentar lagi aku akan meninggalkanmu balik ke Korea. Aku tidak bisa menjagamu jadi aku mohon bahagialah demi aku" ucap Elang. sambil mengelus pipinya Kenes.
Kenes tersenyum, menganggukkan kepalanya lalu berucap, "Kamu juga harus bahagia dan raih impianmu menjadi drummer Internasional. Aku selalu menunggumu di sini" ucap Kenes.
"Ingatlah aku selalu mencintaimu dan aku akan selalu setia pada cinta kita, aku bersumpah aku nggak akan pernah mendua" ucap Elang penuh keseriusan.
"Aku juga mencintaimu" ucap Kenes.
Kenes tidak bisa berjanji untuk setia karena memang kenyataannya dia sudah bersuami. Elang pun tersenyum mencoba untuk memahami kondisinya Kenes. Nenek Anjani menikahkan Nathan dan Kenes, itu juga untuk kebaikannya Kenes dan hanya untuk satu tahun.
Aku harus bisa bertahan selama satu tahun demi kebahagiaannya Kenes. Batin Elang.
Elang mencoba meraih gelas karena, dia tiba-tiba merasa haus.
Kenes langsung mengambil gelas itu dan membantu Elang untuk minum.
"Kamu udah makan?" tanya Kenes kemudian.
Elang menggelengkan kepalanya, "belum. Aku nggak bisa makan sendiri. Kamu lihat kan kondisiku, heeee. Aku menunggu mamaku datang tapi sepertinya masih lama"
Kenes kemudian mengambil nampan berisi makanan yang sudah disiapkan pihak rumah sakit khusus untuk Elang. Kenes menatap Elang, "ini bubur, kamu nggak suka bubur kan?"
"Kamu masih ingat kalau aku nggak suka bubur aja udah membuat hatiku bahagia tiada terkira, Nes, heeee" sahut Elang.
"Kamu coba telan ya?! kamu butuh tenaga jadi harus makan walaupun bubur yang tidak kamu suka, kamu harus telan, oke? aku suapi tapi harus habis" kata Kenes mulai menyendok bubur beserta daging ke mulutnya Elang, "aaaaa!" ucap Kenes.
Elang tersenyum dan membuka mulutnya. Secara ajaib dia merasakan bubur yang tidak dia sukai terasa begitu enak di dalam mulutnya.
"Enak, kan?" Kenes berucap sambil tersenyum ke Elang.
"Enak karena kamu yang menyuapinya. Kalau mamaku yang menyuapinya belum tentu aku doyan, heeee" Elang berucap lalu membuka mulutnya lagi menerima suapan selanjutnya dari Kenes.
Kenes terkekeh dan berucap, "kalau gitu harus habis"
Dion duduk di bangku di dekat pintu kamarnya Elang sambil mengerjakan tugasnya lewat ponsel pintarnya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan tertera nama Big Boss. Dion secara spontan berdiri dan langsung panik. Panggilan itu panggilan Video Call, tuan besarnya pasti akan mengetahui kalau dia ada di rumah sakit.
"Aduh! gimana nih?" Dion mengacak-acak rambutnya sambil berjalan mondar mandir seperti setrikaan.
Panggilan itu berakhir dan Dion menghela napas lega namun dia saat dia hendak menempelkan pantatnya kembali di atas bangku, ponselnya berbunyi lagi.
Dengan sangat terpaksa dan langsung memasang wajah penuh senyum dia geser ke kanan layar ponsel pintarnya dan wajah menyeramkan tuan besarnya langsung terpampang nyata di depannya.
"Mana Kenken?" tanya Nathan dengan tidak sabar.
"Siapa Kenken, tuan?" Dion mengerutkan dahinya.
"Kenes, istriku. Mana dia? kata nenek kamu bersama dengannya, sekarang mana Kenken?" ucap Nathan.
"Non Kenes baru ke toilet, tuan dan......."
"Kamu ajak ke mana Kenken?" Nathan mulai menggeram.
"Heeee, saya nggak ajak ke mana-mana. I...ini Non Kenes tadi pengen beli pembalut jadi......."
"Di mall mana? aku akan susul kalian" ucap Nathan.
"Aaaa, itu, anu....nggak usah, tuan. Ini sudah selesai kok, tinggal nunggu Non Kenes keluar dari toilet lalu kita pulang" Dion meringis ke tuan besarnya.
"Sebentar, aku sepertinya familiar dengan tembok semacam itu. Kamu bohong ya? kamu di rumah sakit ya? apa Kenken sakit?" Nathan langsung panik lalu menutup sambungan ponselnya begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Dion.
Dion memasukkan ponsel ke dalam saku kemejanya lalu mengacak-acak rambutnya karena bingung, panik, dan takut kalau tuan besarnya mengamuk.
Dion kemudian mengetuk pintu kamar rawat inapnya Elang dan Kenes menyahut, "masuk"
Dion masuk dan berkata, "Non, kita harus pulang sekarang! tuan Nathan barusan menelepon saya dan mencari Non"
Kenes kemudian bangkit dan pamit ke Elang, "aku pulang dulu ya, semoga kamu cepat pulih"
Elang nampak kecewa dan berucap, "besok kamu ke sini lagi bisa?"
"Nggak bisa!" sahut Dion dengan sigapnya.
Kenes menoleh ke Dion lalu beralih ke Elang, "iya nggak bisa. Sepertinya ini terakhir kali kita bertemu. Kalau kamu balik ke Korea, jaga diri baik-baik ya" Kenes kemudian berputar badan dengan cepat dan bergegas meninggalkan Elang. Kenes tidak tega jika harus berlama-lama menatap wajahnya Elang.
Elang mendesah panjang dan tanpa terasa buliran bening menetes di sudut matanya. Kala itu adalah hari terakhir dia bisa menatap wajah manisnya Kenes.
Kenes berlari menuju ke parkiran mobil sambil terus mengusap air mata yang terus mengucur dari kedua bola mata cantiknya. Dion yang mengikutinya melihat Kenes dengan tidak tega.
Cinta itu kejam tapi takdir lebih kejam. Itulah kenapa aku tidak mau dihadapkan pada keduanya. Aku masih enjoy menjomblo, heee. Batin Dion.
Brughhhh.....Tubuh mungilnya Kenes menubruk dada bidang seseorang. Ketika dia mendongak, dia melihat wajah kaku suaminya. Nathan Rajaswa menunduk kesal ke Kenes lalu melempar tatapan mematikan ke Dion.
Dion langsung mematung dan tidak berani bergerak apalagi berkata-kata.
Nathan langsung membopong tubuhnya Kenes tanpa seijin Kenes. Kenes pun hanya bisa pasrah dan dengan tubuh kaku dia diam membisu dalam dekapan hangat suaminya.
Nathan menaruh Kenes di dalam mobilnya, memasangkan sabuk pengaman tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Dion masuk ke dalam mobilnya dan tidak berani menyapa dan bertanya kepada tuan besarnya.
Nathan masuk ke dalam mobilnya lalu menekan dalam-dalam pedal gas mobilnya karena, kesal. Dion pun mengikuti arah laju mobil tuan besarnya dengan rasa khawatir karena, bosnya mengemudikan mobil dalam keadaan penuh kekesalan dan mengebut.
"Mas, pelan-pelan! Kenes takut kalau mas ngebut kayak gini. Kenes takut mas kenapa-kenapa" ucap Kenes dengan suara bergetar.
Namun Nathan tidak menggubrisnya. Nathan terbakar cemburu yang begitu hebat mendapati Kenes menjenguk Elang tanpa mau tahu alasannya dia terus mengobarkan api kecemburuannya.
Kenes menjadi ciut nyalinya dan hanya bisa menahan rasa takutnya.
Nathan berbelok ke arah hotelnya dan Kenes langsung melotot, "mas, kok ke hotel nih arahnya? ke....kenapa nggak pulang ke rumah?"
Nathan hanya diam dan semakin memperdalam pedal gas sehingga hanya dalam hitungan menit, dia telah sampai di depan hotelnya.
Nathan keluar lalu melangkah lebar ke pintunya Kenes. Dia membuka pintu, membuka sabuk pengamannya Kenes dan langung membopong Kenes tanpa suara dan tanpa kata-kata. Kenes pun tidak berani membantah dan berkata apapun.
Nathan menoleh ke Dion yang berlari mendekatinya, "aku dan istriku akan menginap di hotel, jangan ganggu kami! segala urusan kerjaan kamu yang bereskan! dan tunggu sanksi dariku atas tindakanmu membawa Kenes ke rumah sakit" Setelah berucap panjang lebar, Nathan dengan masih membopong Kenes, pergi meninggalkan Dion begitu saja.
Nona maafkan saya karena, saya telah membawa nona ke dalam kesulitan, hiks hiks. Batin Dion.
Nathan membuka kamar pribadinya, lalu melangkah lebar menuju ke ranjang besar super mewah dan melempar Kenes begitu saja di atas ranjang itu. Nathan menghunus tatapan tajam ke Kenes, "berani-beraninya kamu menjenguk Elang tanpa ijin dariku" Nathan berucap sembari melepas dasi lalu melempar jasnya begitu saja.
"Mas, mas mau apa?" Kenes langsung panik melihat Nathan melepas satu per satu kancing kemejanya Nathan dan melempar asal kemeja ltu, lalu tangannya Nathan membuka sabuk celananya dengan terus menatap tajam ke Kenes. Kenes terus mundur hingga punggungnya membentur tepian ranjang itu, "mas, jangan mendekat! mas, sadarlah!" Kenes mulai terisak ketakutan melihat Nathan mulai naik ke atas ranjang dengan seringai menakutkan.
"Aku sadar Kenken. Justru karena aku sadar aku adalah suami sah kamu, maka aku berhak memberikan kamu hukuman"
"Hu....hukuman a...apa....mas?" Kenes mulai menoleh ke kanan dan ke kiri untuk Mencari celah melarikan diri dari kungkungannya Nathan.
Nathan memegang pundaknya Kenes, "katakan kenapa kamu memilih memakai gaun ini? daripada memakai gaun yang aku belikan? katakan!"
Kenes yang tidak pernah berbohong langsung menjawab, "ga...gaun ini hadiah ulang tahun dari Elang dan belum pernah aku pakai"
Nathan menggeram dan dengan kasar langsung merobek gaun yang dipakai Kenes.
"Kyaaaaa!" Kenes memekik lalu menutup dada dengan kedua tangannya.
"Mulai detik ini aku akan menghapus Elang dari ingatanmu. Kamu harus menjadi istriku seutuhnya dan lupakan Elang!" Nathan mulai mengusap pipinya Kenes.
Kenes masih menutup dada dengan kedua tangannya sambil terus menggelengkan kepala dan mulai menangis di depannya Nathan.
"Sekarang tangisanmu tidak akan berpengaruh padaku. Berani benar kamu lebih mementingkan Elang daripada aku, suami kamu, maka terimalah hukuman dariku"
Nathan langsung menarik tengkuknya Kenes dan mencium bibirnya Kenes. Kenes memejamkan mata dan tidak berani bergerak. Bahkan dia masih menutup dada dengan kedua tangannya.
Dia marah besar tapi kenapa menciumku dengan penuh kelembutan begini. Batin Kenes.
Nathan secara perlahan membuat Kenes merasa rileks dan secara perlahan dia membaringkan Kenes di atas ranjang. Bahkan tanpa Kenes sadari, kedua tangannya Kenes telah berpindah tempat merangkul lehernya Nathan.
Nathan menyeringai senang sambil terus bermain-main di mulutnya Kenes. Mengajari Kenes cara berciuman secara langsung hingga membuat Kenes yang semula ketakutan menjadi lupa diri dan membalas permainan ciuman lembut, indah, dan panas, yang ditawarkan Nathan dengan antusias.
Nathan kemudian beralih menyusupkan wajah tampannya ke leher indah nan wangi milik istrinya itu. Kenes berdecak berkali-kali di saat Nathan mendaratkan tanda cintanya di sana, cinta berbalut gairah yang begitu dalam, Nathan luapkan di atas kulit putih bersih milik istrinya itu.
Kenes menikmatinya karena, Nathan begitu lihai membiusnya dengan ciuman-ciuman mematikan. Bahkan Kenes seolah lupa menghirup oksigen di sekitarnya karena dia terus mendesah dengan tanpa sadar.
Permainan terus berlanjut, Nathan kemudian berbisik di telinganya Kenes, "aku tidak akan berhenti" setelah dia puas menciumi dan menggigit daun telinga nan menggemaskan itu.
Kenes sudah melemas dan tidak mampu merespons semua ucapannya Nathan. Tubuhnya hanya mampu merespons ciuman dan sentuhan panas dari suaminya......terus dan terus......Nathan bekerja dengan bibir dan tangannya di atas tubuh rampingnya Kenes dan.............
Mampir juga dong di novel aku
"Pernikahan impian"
Makasih
salam dari Sekretaris Pilihan Milik Ceo Tampan
ditunggu feedbacknya 👋
salam dari Sekretaris Pilihan Milik Ceo Tampan
Sehat, bahagia & semakin sukses ya 🥰
Semangaaaatt ⭐❤️❤️❤️❤️❤️⭐
Sehat, bahagia & sukses selalu ya 🥰
Semangaaaatt ⭐❤️⭐❤️⭐❤️⭐