terinspirasi dari film: Takut Gak Sih.
menceritakan seorang You Tuber dengan nama Chanel Takut Gak Sih yang membuat konten untuk membongkar kasus kematian para arwah gentayangan dari berbagai daerah dan pulau.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misteri Kamar Nomer 15 part 3
Setelah kepergian polisi jenasah Afif langsung di mandikan dan di makamkan dengan layak pada hari itu juga.
Suasana di situ benar benar penuh dengan pilu, dan tangisan dari Bu Tatik.
Galang tampak berdiri di bawah pohon kamboja, ia juga ikut menghadiri pemakaman Afif.
Di samping Galang tampak anak kecil dengan baju biru terang, dan celana hitam pendek berdiri melayang.
Anak kecil itu mendekati Galang dan mencium tangan Galang, "Terimakasih ya kak, walaupun kaka udah aku kerjain tapi kaka masih mau nolong aku..." Ucap Arwah Afif cengengesan.
"Sama sama kamu yang tenang di dalam sana..." Jawab Galang lirih agar tidak ada orang yang mendengar.
"Sampaikan pesanku sama ibu, kak. Terimakasih udah merawat Afif selama ini, maaf Afif ngga bisa bahagiakan ibu, sekarang Afif sudah ngga merasa sakit lagi, ibu jangan sedih di sini masih ada Bapak yang menemani ibu..." Ucap Afif tubuhnya tampak melayang tinggi di langit sebelum akhirnya menghilang meninggalkan bulir bulir bening bagai embun yang terjatuh ke tanah.
Setelah semua acara pemakaman selesai Galang menyampaikan pesan dari Afif, dia kemudian menghubungi salah satu pembantu rumah untuk mengabarkan bahwa hari ini ia tidak pulang dan tidur di rumah Atmo.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat...
Tengah malam telah tiba...
Vina yang sedang tertidur pulas tiba tiba terbangun, kala mendengar suara derit pintu yang terbuka secara perlahan.
Vina mengucek ucek matanya sebelum akhirnya dia mengedarkan pandangannya. Vina menatap ke samping, dia tidak mendapati Cahaya tidur di sampingnya.
Sontak saja Vina panik...
"Cahaya kemana dia?" Tanya Vina dalam hatinya. Dia melihat pintu kamar ini terbuka, "apa cahaya nyari makan ya di luar? Tapi ini udah tengah malem... Dan ponselnya juga ngga di bawa..." Batin vina.
Karena khawatir Vina langsung beranjak dari tempatnya kemudian keluar, ia menuruni tangga lantai empat menuju ke lantai tiga, di tangga itulah dia melihat Cahaya memasuki kamar nomer 15.
"Hei, Cahaya mau apa kamu masuk ke situ?!" Vina berteriak namun tidak di hiraukan Cahaya.
Cahaya masuk begitu saja kedalam kamar itu.
Sontak Vina langsung mendekati kamar itu dan hendak masuk, namun ternyata pintu di kunci.
"Pintunya di Kunci? Kenapa Cahaya mengunci pintu ini? Dan dari mana dia mendapatkan kuncinya?" Tanya Vina kebingungan..
Jantung Vina berdetak lebih cepat, dia menatap lorong lantai tiga ini dengan ngeri, bulu kuduknya mulai meremang seiring dengan hawa dingin yang menjalar di kulit tengkuknya.
"A-- apa jangan jangan? Mbak kun---"
"DOORR!!!"
"Aaaaahhhh!!!"
Vina berteriak keras ketika seseorang memegang kedua pundaknya dan mengagetkannya.
"Husssss!! Ini aku Vina, kenapa sih! Kok berdiri di sini mau ketemu mbak kunti kamu?!" Tanya Cahaya yang sudah berdiri di belakang Vina.
Vina menoleh, ia melihat Cahaya berdiri di dekatnya dengan tatapan heran.
"Aya?! Ini beneran kamu? Ta--tadi aku lihat kamu masuk ke kamar ini! Sumpah aku tadi lihat kamu masuk ke sini Ay! Tapi pas aku coba buka pintu di kunci!"
Cahaya mengerutkan keningnya, "Loh aku tadi lagi di kamar mandi, terus keluar aku lihat kamu keluar kamar dan berdiri bengong di sini, aku pikir kamu kesambet (kesurupan) eh pas di kagetin malah teriak... hehehe.. " ucap Cahaya cengar cengir.
Vina menatap cahaya dengan jengkel, namun itu hanya sesaat sebelum ia menyadari, "lalu jika bukan kamu yang masuk ke sini..."
Vina dan Cahaya saling tatap...
Krrieeeett!!
Pintu kamar nomer 15 itu terbuka sedikit membuat wajah cahaya dan Vina langsung pucat.
"Kamu bilang tadi pintu di kunci, kan Vin..."
"DORRR!!!" Tiba tiba gorden jendela kamar itu berkibar dan sebuah wajah penuh darah dan belatung muncul di situ menganggetkan Cahaya dan Vina.
"Aaaaaaaahhhhh!!!!" Mereka berteriak dengan sangat keras, sembari berlari menaiki tangga.
"HIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHI.....!!!!!" Suara tawa mbak Kunti menggema di kos kosan Bunga Mawar itu, membuat semua penghuni kos ketakutan, termasuk Putri yang berada tepat di sebelah kamar itu kamar nomer 14.
Sejatinya semua penghuni Kos di sana sudah terbangun semenjak mendengar teriakan dari cahaya, namun mereka tidak berani keluar karena mereka yakin Mbah Kunti sedang mengerjai mereka.
Putri tampak meringkuk di atas kasur dengan selimut yang menutupi tubuhnya, keringat dingin sebesar biji biji jagung terlihat membasahi tubuhnya.
Secara perlahan tawa Mbak Kunti semakin mengecil, mengecil dan mengecil.. pertanda dia semakin dekat.
Tok!
Tok!
Tok!
Putri melebarkan matanya, ketika mendengar ketukan di pintu kamarnya. Namun putri memilih untuk memejamkan matanya penuh dengan ketakutan.
"Putri.... kenapa kamu tidur, ayo main sama aku... hihihihihi!!"
Jantung putri berdebar lebih kencang, bahkan terasa seperti mau copot, suara mbak Kunti itu tidak terdengar dari balik pintu kamarnya.
Melainkan terdengar berada di atas putri menempel di atas dinding! Putri hanya bisa meringkuk di atas kasurnya dengan penuh ketakutan, air mata dan keringat sudah bercampur menjadi satu di pipinya.
Dalam hatinya putri terus membaca ayat ayat suci, walaupun di atasnya sosok mbak Kunti terus tertawa cekikan seolah mengejek apa yang di lakukan Putri.
***
Tuuuutttt!!!
Tuuuuuuttttt!!!!
Tuuuuuuuutttt!!!!
Tuuuuuuuuuuuutttttt!!!!
Suara getaran ponsel yang berbunyi secara terus menerus tidak mampu membangunkan jiwa jiwa yang tertidur di ruangan kecil itu.
Tampak di ruang tamu Galang tidur bersama dengan Atmo beralaskan tikar. Khusus malam ini Atmo tidak tidur dengan istrinya karena ia harus menemani Galang tidur di ruang tamu.
Anita terbangun dari tidurnya karena mendengar suara getaran telephone, ia keluar dari kamar sembari mengucek ucek matanya.
Ia langsung tersentak kaget melihat dua musang tidur di ruang tamu dengan gaya yang sulit di jelaskan.
Galang tampak tidur terlentang dengan kaki kiri yang berada di punggung Atmo, sementara Atmo tidur menghadap ke lantai dengan kepala yang tertutupi bantal.
Anita menelan ludahnya melihat sungai amazon mengalir di pipi galang.
Ia kemudian menatap ponsel galang yang bergetar dan berbunyi terus menerus dan mengganggu istrihatnya.
"Bisa bisanya mereka ngga bangun! Apa mereka kecapean ya? Bangunin ngga ya? Tapi ngga enak kayanya Mas Bolang ini kecapean.." batin Anita.
Akhirnya setelah berpikir beberapa saat Anita mengambil ponsel Galang.
"Cahaya? Bew..!!! cewek Dia mungkin yang nelphone, duh kalau di angkat di kira aku simpenannya lagi bisa gawat darurat! Tapi kalau ngga di angkat berisik ganggu tidur orang, mana sampe 10 panggilan lagi... apa ada masalah darurat dia? Apa kerampokan rumah dia? Apa dia mikir cowoknya ini selingkuh... ahhh angkat ajalah kebanyakan mikir..."
"Akhirnya kamu angkat juga, Lang... Lang cepat kesini Lang! Di sini ada mbak Kunti!!!" Teriak Cahaya panik.
"Ma--Maaf Bolang ngga bisa kesitu, dia lagi tidur pulas banget, kayanya kecapean..."
"Heh.!!! Siapa kamu? Galang di mana?! LC ya kamu?!"
"LC Matamu! Cantek-cantek gini di bilang LC!"