Wanita cantik dengan segudang kehidupannya yang kompleks, bertemu dengan laki-laki yang mengerikan tapi pada akhirnya penuh perhatian.
Dengan latar belakang yang saling membutuhkan, akhirnya mereka di pertemukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emlove 8
Langkah kaki yang tegap, terdengar menapak di sebuah lantai marmer yang berjajar apik, menyusuri ruangan depan yang sangat luas, di selingi dengan berbagai pemandangan guci mahal dan berkelas, tak lupa beberapa lukisan menempel disana, jelas bukan sebuah karya yang biasa saja, jangan tanya harga, bisa di pastikan di atas puluhan juta.
Terdengar suara pintu satu ruangan lagi terbuka, sudah ada pelayan yang menyambut nya.
"Sudah ingat rumah ini rupanya?" suara dari seorang kakek tua namun masih terlihat segar dengan dandanan yang berkelas.
"Malam Opa" Ucap Demitri, lalu menyalami dengan takzim dan memeluknya erat, tak peduli dengan pertanyaan dari laki-laki tua yang sangat disayanginya.
"Bagaimana?, membawa calon cucu mantu?" pertanyaan yang selalu di lontarkan jika Demitri datang ke Rumah mewahnya, namun seperti biasa, hanya senyuman hangat di berikan oleh cucunya.
"Aku tidak butuh senyummu saja boy"
"Dan aku tidak ingin di pusingkan dengan yang namanya wanita Opa, mereka mahluk yang mengerikan"
PLAK
Sebuah pukulan di berikan, seolah sedang memberi pelajaran pada anak kecil yang terlalu nakal
"Opa jangan memukul ku, nanti tangan opa yang sakit sendiri"
"Ck, sepertinya aku memang harus mencarikan mu kandidat, tidak bisa aku mengandalkan mu Demitri"
"Jangan berani melakukan hal itu" Sahut Demitri yang kini sudah duduk sambil mengendor kan dasi yang semakin lama dirasakan semakin mencekik lehernya, dan tentunya itu karena tuntutan sang opa yang selalu di lontarkan saat bertemu dengan dirinya.
"Umurmu sudah tak muda lagi Demi, tolong jangan membuat garis keturunanku terputus, kau akan aku kutuk!"
Demitri hanya menghela nafasnya, lalu menoleh pada lelaki Tua yang masih menatapnya dengan tajam lebih pada tuntutan.
"Mencari wanita di zaman sekarang, susah, paling-paling hanya uang yang jadi incaran, mana ada cinta sejati, aku sudah tak percaya lagi opa, kalau opa pengen cucu itu gampang, aku akan mencari wanita yang mau di sewa untuk hamil anakku"
PLAK
"Opa_?!"
"Kamu sudah gila, mau ditaruh mana nama baik keluarga kita, punya anak dari keturunan wanita yang tidak jelas"
"Ck, jelas dong opa, itu anakku, secara biologis, apanya yang tidak jelas"
"Singkirkan ide sesat mu itu Demi, jangan berani melakukan hal itu!"
"Itu solusi terbaik soal keturunan Opa, apanya yang sesat, kita tidak perlu lagi berdebat, technology kedokteran sekarang ini sangat canggih"
Darmawan semakin tercengang dengan ide tak waras dari cucunya itu, dengan tatapan setajam silet langsung melakukan ultimatum mematikan.
"Jangan lakukan hal gila itu, atau aku akan membuat mu jadi gembel, lebih baik aku tak punya darah keturunan sama sekali!" ucapnya dengan tegas.
"Tega?"
"Harus tega!, aku serius Demi, kau ini benar-benar tidak bisa di selamatkan lagi!, aku yang akan segera bertindak, jangan mencegah opa mu ini mencari kandidat wanita baik-baik, mulai besok!" teriaknya lagi, kali ini tak mau bernegosiasi.
Demitri hanya diam, menghela nafas dan meletakkan punggungnya perlahan di sandaran Sofa mahal nan lembut dengan mata terpejam, mode yang membuat sang Opa yang tak lain adalah Darmawan Rajasa tidak lagi bersuara, merasa iba melihat kelelahan di wajah keturunan satu-satunya.
"Saham kita naik Opa, keuntungan bulan ini luar biasa, dan aku masih punya satu proyek besar lagi yang kemungkinan akan meledak dan menghasilkan rupiah yang tak akan terhitung jumlahnya" ucapnya lirih, masih dengan menutup matanya, mungkin dilakukan karena mata tajam dan indah itu butuh istirahat.
"Hem, aku mengikuti semuanya, dan kau sangat hebat membangun itu semua Demitri, tapi tetaplah berhati-hati, semakin besar badai yang akan kamu hadapi, aku tidak ingin kamu sampai terlena seperti_"
Suara Darmawan menggantung di udara, mulutnya terasa kelu untuk mengucapkan masa lalu yang terlalu menyakitkan untuk semua.
"Daddy?" ucap lirih Demitri, dan sang Opa segera memegang pundaknya.
"Jangan diingat lagi, mereka sudah tenang di syurga, kita jalani semuanya dengan baik boy, Opa mu ini akan selalu ada untuk menguatkan mu"
Demitri membuka matanya, lalu tersenyum dan mereka berdua saling berpelukan, seperti itulah interaksi keduanya, terkadang seperti musuh bebuyutan namun ada rasa sayang yang sangat besar di balik itu semua.
Sejenak terasa sepi, dan Demitri pamit untuk masuk kedalam kamarnya karena sudah hampir jam sebelas malam, fisiknya butuh diistirahatkan kan untuk melanjutkan aktivitasnya esok hari.
Sedangkan di bawah, Darmawan masih merasa frustasi, karena seperti biasa, Cucu satu-satunya yang diidolakan para wanita seantero negeri masih juga tidak merespon serius soal pasangan.
"Ck, ini tidak bisa dibiarkan, aku saja yang melangkah lebih dulu, dasar bocah sableng, percuma tubuh bagus dan wajah setampan itu, cari wanita saja tidak mampu"
Namun langkahnya di hentikan, kembali rasa takutnya muncul, dimana dulu, saat masa cucunya itu masih berada di masa kuliah yang ada di luar negeri, "Sepertinya dia sangat trauma karena hubungannya yang dulu, ini tidak bisa di biarkan, keturunan Rajasa harus di lanjutkan".
Tekad sang kakek semakin bulat, tidak akan lagi menuruti keinginan Demitri, apa-apaan, usianya sebentar lagi sudah tiga puluh lima tahun, mau jadi Jejaka Tua, Memalukan!
Tak berselang lama, terdengar suara ketukan pintu, rupanya Radit dan Romi sudah ada di depan pintu.
"Ada apa?" tanya Darmawan.
"Kita harus stay, apa bisa pulang Tuan?"
Darmawan hanya menghela nafasnya, dua orang kepercayaan cucunya itu memang seperti perangko harus menempel kemana-mana.
"Masuk, cari tempat tidur kalian sendiri, mangkanya kalian itu juga harus bisa mengkondisikan Tuan kalian itu!, cari ide kreatif biar dia menyukai wanita secepatnya, aku bosan hanya lihat kalian berdua yang selalu ada di sekelilingnya, gak guna!"
Brak!
Pintu tertutup cukup keras, dan Duo R itu saling pandang tak tau apa kesalahan mereka yang sebenarnya.
"Memang begitu kali ya, tingkah manusia-manusia pemegang kekuasaan dan uang" ucap Radit.
"Sungguh mengerikan" sahut Romi dan segera menghempaskan tubuhnya, rasanya sudah tak kuat lagi jika harus ditambah memikirkan nasib Demitri yang sebenarnya cukup mudah untuk diatasi, hanya saja kalah dengan rasa trauma.
Dan di balik kamar yang lain, Demitri yang baru saja keluar dari bathroom dan merebahkan tubuhnya, hanya terdiam menatap langit-langit kamar yang sangat mewah.
"Pasangan, Istri, Persetan dengan itu semua!" gumamnya, lalu melempar satu bantal cukup keras sebelum akhirnya menutup wajahnya dengan sisa bantal yang ada.
Emosinya selalu terkuras saat kata pasangan terdengar di telinganya, teringat sebuah pengkhianatan seorang wanita di masa lalu yang hampir saja meluluh lantakkan dunianya, bagaimanapun Demitri Franindo Rajasa hanya seorang manusia.
Komennya lagi dong, Vote jangan lupa ngasih ya, Bersambung.
🤦🤦🤦