CEO paling disegani meninggal dan bangun di tubuh Anggun, putri yang sudah dilupakan semua orang.
Bagaimana bisa Anggun mendapatkan kerja sama dengan Alvin?
Dari mana kemampuan bahasa inggris,, oh, dia juga bisa bahasa arab?
Gawat!
Beberapa orang merasa terancam!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Anggun harus hadir dalam pertemuan
Berlin duduk di ruang tamu sambil mengelus cincin berlian di tangannya.
Cincin lamaran dari Bryan tersebut benar-benar telah menarik perhatiannya selama beberapa hari terakhir ini hingga pandangannya tak bisa lepas dari cincin tersebut.
"Sepertinya kau cukup puas dengan cincin itu, Ibu rasa Bryan harus bekerja lebih keras untuk menyiapkan cincin pernikahan kalian nanti," komentar sang Ibu ketika dia duduk di depan putrinya sambil meraih majalah yang terletak di atas meja.
"Ah, ibu, tentu saja Putri Ibu harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Aku secara diam-diam mendengar kabar Bryan menghubungi pengrajin berlian di luar negeri untuk memesan cincin pernikahan kami nanti. Ah, aku sudah tidak sabar lagi untuk hari besar itu," kata Berlin penuh rasa bahagia.
"Jangan khawatir, setelah semua persiapannya selesai, kau pasti akan menikah dengan Bryan dan menjadi Nyonya Petron. Kau akan semakin dihormati oleh semua orang," ucap Agatha yang merasa bangga meski sekarang mereka hanya bisa membayangkan saat di mana putrinya menjadi anggota keluarga Petron.
"Ibu benar, aku tidak tidak sabar lagi," ucap Berlin kembali mengelus cincin berlian di jari manisnya.
"Oya, persiapkan dirimu besok siang, kita akan mengadakan pertemuan di hotel dengan Alvin, Ibu sudah menerima kabar dari asistennya bahwa Alvin bersedia menggunakan salah satu hotel kita untuk berpartisipasi dalam penyambutan tamu-tamunya dari luar negeri yang akan menghadiri ulang tahun ayahnya. Sepertinya ada permintaan khusus sehingga dia meminta kita semua untuk hadir di pertemuan itu," Agatha begitu senang bahwa mereka akan mendapat keuntungan besar lewat banyaknya tamu VIP dari luar negeri dan akan menjadi sebuah promosi gratis bagi hotel mereka.
"Alvin yang terkenal itu?" Mata Berlin berbinar-binar menatap ibunya.
"Tentu saja, bekerjasama dengan Alvin dan keluarganya akan membawa keuntungan besar bagi kita karena secara tidak langsung artinya hotel kita diakui oleh Alvin dan orang-orang akan mulai membicarakannya sehingga ini akan menjadi dorongan yang kuat untuk mengembangkan hotel kita," ucap Agatha merasa begitu beruntung bahwasanya segalanya berjalan dengan lancar, mulai dari putrinya yang mendapatkan jodoh orang kaya yang berpengaruh, dan sekarang hotel mereka juga mendapatkan pengakuan dari Alvin.
Meski sebelumnya ada drama antara mereka dengan Anggun, tapi tentunya semuanya terselesaikan dengan baik dan Anggun akan segera mendapat ganjaran atas perbuatannya.
"Ah,, Aku pernah melihatnya sekali, Dia sangat tampan dan berkarisma, sayang sekali dia tidak pernah tertarik dengan perempuan, padahal jika bisa, aku pasti akan berusaha untuk memenangkan hatinya," kata Berlin merasa kecewa, sungguh sayang seorang pria yang disegani seperti itu tidak tertarik pada perempuan, bahkan rumor mengatakan bahwa dia seorang asekssual.
"Orang-orang berkata demikian, tapi mungkin jika kau tampil cantik nanti dia bisa merubah keyakinannya. Jelas Alvin lebih baik daripada Bryan, jika kau bisa menikah dengan Alvin, maka kau tidak perlu repot-repot memikirkan apapun, semuanya akan disediakan oleh Alvin," ucap Agatha.
"Ibu gila? Apa Ibu tidak lihat cincin di jari ku ini?" Berlin memperlihatkan cincin di tangannya pada sang ibu, tentu saja sulit untuk mengakhiri pertunangan mereka yang telah dipublikasikan.
"Orang menikah saja masih bisa cerai dan menemukan pasangan yang lebih baik, apalagi jika hanya bertunangan. Ibu hanya melihat sebuah peluang yang jauh lebih baik daripada yang kau miliki saat ini. Apa kau tidak mau menjadi istri Alvin jika saja kau berhasil merayunya dan mengubahnya?" Agatha bertanya dengan mata penuh kelicikan pada Sang Putri.
Berlin berpikir sesaat sebelum menjawab, "ya, Ibu benar juga. Tapi aku dengar keluarga yang berusaha menjodohkan Putri mereka dengan Alvin akan mendapat musibah besar, aku..."
"Tidak menjodohkan, kau hanya perlu tampil menarik hari itu saja dan memperlihatkan betapa berharganya dirimu, jika Alvin tidak tertarik padamu, maka kau sudah memiliki cincin berlian di tanganmu. Ibu hanya berpikir tentang sebuah taruhan kecil yang mungkin saja akan membawa perubahan besar bagi kita. Coba bayangkan jika saja Alvin benar-benar tertarik padamu, kau akan menjadi nyonya dari keluarga paling berpengaruh di kota ini dan tidak ada satu pun orang yang bisa mengangkat kepalanya di hadapanmu," ucap Agatha siang memiliki ekspektasi tinggi terhadap putrinya yang memiliki kecantikan luar biasa.
Dia yakin Alvin pasti akan tertarik padanya, tetapi saat ini pria itu belum melihatku pesona sang putri sehingga mereka hanya perlu menunggu waktu dan moment yang tepat.
Berlin berpikir sesaat setelah mendengar ucapan ibunya, dia tentunya tertarik sekali dengan apa yang dikatakan oleh ibunya itu, Bryan sama sekali tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Alvin.
"Kalau begitu ibu harus membantuku bersiap-siap," ucap Berlin kemudian.
"Tentu saja ibu akan menyiapkan semua yang kau perlukan," kata Agatha bersemangat mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi sang asisten untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh putrinya.
Tetapi ketika panggilan telepon terhubung, dari seberang telepon sang asisten malah berkata, "asisten Alvin baru saja menghubungi saya, katanya seluruh anggota keluarga harus hadir di pertemuan, bahkan Nona Anggun juga harus turut hadir."
"Apa?! Alvin ingin jallang itu ikut hadir?" Agatha sangat syok mendengar ucapan asistennya.
"Ya, benar. Asisten Alvin bahkan berkata bisa mencocokkan jadwal jika ada satu orang yang tidak dapat hadir," kata asisten dari seberang telepon membuat Agatha menggertakan giginya dan segera mematikan panggilan telepon itu.
"Ada apa Bu?" Tanya Berlin.
"Hah,,, katanya di pertemuan nanti semua anggota keluarga harus hadir termasuk Anggun juga," gerutu Agatha.
"Kenapa? Apakah Alvin tidak mempercayai kita mengelola hotel itu sehingga dia menginginkan keturunan langsung pemilik hotel untuk menghadiri pertemuannya?" Tanya Berlin dengan penuh rasa kesal.
"Hah,,, kau tidak perlu memikirkannya, ibu yang akan menanganinya," ucap Agatha.
"Ya, tapi pokoknya Ibu harus melakukan sesuatu agar perempuan itu tidak usah ikut. Sekarang kita sedang menuntutnya ke kantor polisi, mungkin saja sekarang para polisi sudah menangkapnya," ucap Berlin.
"Kau benar," Agatha berdiri, segera menelpon kepala polisi untuk menanyakan proses dari laporan mereka.
Keesokan harinya di villa milik sang ibu, Anggun sedang bersantai di belakang villa ketika ia datang dihampiri oleh istri penjaga villa.
"Nona, nona!" Perempuan bernama Harni memanggil Anggun dengan tergesa-gesa.
"Ada apa?" Tanya Anggun yang saat itu sedang sibuk dengan laptopnya.
"Di depan ada polisi yang mencari nona," ucap Harni dengan raut wajah khawatir membuat Anggun mengerutkan keningnya.
Kenapa dia dicari polisi?
Meski bingung, Anggun tetap berdiri, lalu bersama-sama dengan Harni menuju ke depan villa dan mendapati dua orang polisi telah menunggu Anggun.
"Selamat siang Pak, Saya dengar kalian mencari saya?" Tanya Anggun dengan tenang.
"Ya," salah seorang polisi menganggukkan kepalanya seraya mengeluarkan sebuah surat dari sakunya lalu menyerahkannya pada Anggun sambil berkata, "ini adalah Surat perintah penangkapan saudara Anggun atas tindakan pencurian di kediaman keluarga Baraya pada 3 hari yang lalu."
Anggun mengangkat sebelah alisnya, "kalian tidak mengetahui nama saya hingga kalian datang untuk menangkap pemilik rumah keluarga Baraya?" Tanya Anggun membuat dua polisi di sana saling berpandangan satu sama lain.
Salah satu polisi kemudian berkata, "Ini bukan tentang pemilik kediaman, tetapi barang-barang seseorang--"
"Ah,,, tunggu sebentar," Anggun mengeluarkan ponselnya, segera menghubungi seorang pengacara yang dulu bekerja untuk ibunya.
Untung saat masuk ke tubuh Anggun, dia lebih dulu menghubungi kuasa hukum karena dia tahu suatu saat seorang pengacara pasti akan sangat dibutuhkan.
Setelah beberapa saat, Anggun menyerahkan ponselnya pada sang polisi dan sang polisi mengerutkan keningnya ketika mendengar suara dari seberang telepon yang merupakan pengacara kondang yang tentunya sulit untuk mereka tangani.
Pada akhirnya, sang polisi hanya bisa menjawab beberapa kata-kata saja sebelum mengembalikan ponsel milik Anggun sembari berkata, "maaf telah mengganggu waktu anda, kami permisi dulu."
Anggun mengangguk pelan membiarkan para polisi itu pergi.
"Apakah yang melaporkan Nona adalah ibu tiri Nona sendiri?" Harni bertanya dengan rasa khawatirnya.
"Ya, Siapa lagi yang akan melakukannya jika bukan mereka," ucap Anggung dengan suara yang dingin.
"Benar-benar keterlaluan! Andai saja tuan besar sudah sadar, maka dia pasti akan langsung mengusir 2 perempuan jahat itu kalau mengetahui apa yang telah mereka lakukan pada nona," ucap Harni penuh dengan rasa kesal.
"Apa paketku belum datang?" Anggun bertanya mengalihkan pembicaraan.
"Ah, saya sudah menghubunginya, tapi sepertinya akan sedikit lambat dari jadwal yang ditentukan, kira-kira 1 jam lagi," ucap Harni.
"Langsung bawa ke kamarku nanti ya," ucap Anggun kemudian berlalu memasuki kamar.
"Aku harus ke hotel hari ini juga," ucap Anggun kemudian berlalu ke kamar mandi, bersiap untuk pergi ke hotel keluarganya memeriksa beberapa hal untuk menangkap kebusukan Agatha dan putrinya.