Dikhianati dan difitnah oleh selir suaminya, Ratu Corvina Lysandre terlahir kembali dengan tekad akan merubah nasib buruknya.
Kali ini, ia tak akan lagi mengejar cinta sang kaisar, ia menagih dendam dan keadilan.
Dalam istana yang berlapis senyum dan racun, Corvina akan membuat semua orang berlutut… termasuk sang kaisar yang dulu membiarkannya mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Di istana selir, Lady Meriel tak bisa tenang ia terus berjalan mondar-mandir sambil menggigit ujung kuku nya. Ia terlihat sangat gelisah dan terus merasa tidak tenang mengetahui Kaisar menginap di istana Ratu.
"Ini tidak boleh terjadi ... aku harus berpikir agar aku bisa membuat Yang Mulia meninggalkan kamar Ratu." Lady Meriel terus saja komat-kamit sambil berjalan tak tenang.
"Nyonya, duduklah. Dan tenangkan diri Anda," ujar Lita.
"Mana bisa aku tenang, saat tahu Kaisar sedang bersama Ratu,"
"Nyonya tidak perlu khawatir, saya yakin Yang Mulia Kaisar hanya menginap tidak akan terjadi sesuatu," ucap Lita.
"Kamu benar, Lita. Yang Mulia Kaisar tidak akan tergoda olehnya,"
"Ya, Nyonya. Di hati Yang Mulia Kaisar hanya ada Nyonya seorang, saya sangat yakin dengan itu."
Kata-kata Pelayan nya itu setidaknya membuat Meriel terhibur, meskipun tidak bisa meredakan kegelisahannya. Sepertinya malam ini Meriel benar-benar tidak akan bisa tidur dengan nyenyak.
Sementara itu di istana Ratu, tepatnya di kamar Corvina suasana sangat terasa panas. Tatapan Cassian yang menyapu seluruh tubuhnya membuatnya bergidik.
"Ratu," panggil Cassian, "bolehkah aku melakukannya?"
Corvina tidak menjawab, ia menatap Cassian dengan tatapan yang dingin. Ia memang membenci Cassian, namun sulit bagi Corvina untuk mendorongnya menjauh. Karena dia adalah Kaisar sekaligus suaminya.
"Ini titah Kaisar," kata Cassian lagi dengan wajah yang serius, saat tak ada jawaban dari Corvina. Dengan gerakan cepat ia mendaratkan bibirnya pada bibir Corvina.
Mata Corvina membola, ini pertama kalinya Kaisar menyentuhnya. Perasaan yang berdesir di dadanya adalah perasaan yang sulit ia jabarkan. Selama mereka menikah ini pertama kalinya bibir mereka bersentuhan.
Satu kecupan yang berakhir menjadi lumatan panas, bibir mereka terus bertautan. Sesuatu menjadi bergejolak dalam dada Corvina yang akhirnya mengalahkan logikanya.
Cassian melepas bibir Corvina, hanya untuk memberinya ruang untuk bernafas. "Aku sudah lama menantikan ini, Ratuku." Dan tanpa banyak kata lagi Cassian kembali mendaratkan ciumannya kali ini lebih dalam lebih panas dari sebelumnya, seolah ingin melepaskan dahaganya.
Corvina tak mampu lagi berpikir dengan jernih, perasaan bencinya terhadap Cassian, luka hati, dan dendamnya menguap begitu saja di sapu oleh hasratnya malam itu.
Ciuman Cassian pindah ke leher Corvina membuat nya melenguh dan desahan lolos dari bibirnya. "Aaahh!"
mendengar itu, Cassian semakin berani ia melepas gaun tidur milik Corvina dengan gerakan perlahan tapi pasti.
"Yang Mulia," Corvina menahan tangan Cassian. "Mari kita berhenti," ucapnya.
Cassian langsung membatu mendengar perkataan Corvina, seolah api yang tadi membara di paksa padam begitu saja.
"Baiklah," kata Cassian menepis tangan Corvina kasar, lalu bangkit menjauh dari tubuh Corvina.
"Maafkan saya, Yang Mulia. Saya belum siap ...."
"Aku tidak akan memaksa,"
Corvina hanya diam. Matanya bergetar saat melihat sosok Cassian, ia terbuai untuk sesaat pada ciuman panasnya.
Cassian bangkit berdiri lalu memakai kembali pakainya.
"Aku anggap rumor tentang Ratu benar. Karena kamu tidak mau melayani suamimu sendiri."
"Lagi-lagi tentang rumor, itulah kenapa aku tidak bisa Yang Mulia. Karena Yang Mulia melakukannya hanya untuk membuktikan bukan dengan kesungguhan hati."
"Tidak perlu banyak alasan, Ratu. Tentang perselingkuhanmu dengan banyak pria, aku anggap itu benar."
Corvina menatap Cassian tak percaya. "Kamu lebih percaya rumor daripada Ratumu sendiri?"
Cassian menatap dingin. "Maka dari itu, buktikan padaku kalau rumor itu hanya kebohongan."
Ia berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Corvina yang terdiam di ranjang.
Kata-kata Cassian terus bergema di kepalanya, menusuk lebih tajam dari belati. Haruskah Corvina menyerahkan dirinya pada orang yang dulu telah menyakitinya secara terang-terangan hanya untuk membuktikan kebenaran rumor tentangnya?
bertele2