NovelToon NovelToon
Asmara, Dibalik Kokpit

Asmara, Dibalik Kokpit

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fauzi rema

Ini adalah kisah tentang Asmara, seorang pramugari berusia 25 tahun yang meniti karirnya di atas awan, tiga tahun Asmara menjalin hubungan dengan Devanka, staf bandara yang karirnya menjejak bumi. Cinta mereka yang awalnya bagai melodi indah di terminal kedatangan kini hancur oleh perbedaan keyakinan dan restu orang tua Devanka yang tak kunjung datang. dan ketika Devanka lebih memilih dengan keputusan orangtuanya, Asmara harus merelakannya, dua tahun ia berjuang melupakan seorang Devanka, melepaskannya demi kedamaian hatinya, sampai pada akhirnya seseorang muncul sebagai pilot yang baru saja bergabung. Ryan Pratama seorang pilot muda tampan tapi berwajah dingin tak bersahabat.
banyak momen tak sengaja yang membuat Ryan menatap Asmara lebih lama..dan untuk pertama kali dalam hidupnya setelah sembuh dari rasa trauma, Ryan menaruh hati pada Asmara..tapi tak semudah itu untuk Ryan mendapatkan Asmara, akankan pada akhirnya mereka akan jatuh cinta ?

selamat membaca...semoga kalian suka yaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

🌨Pertolongan kedua Kapten Ryan...

Suara deru mobil mewah berhenti tak jauh dari tempat Asmara duduk.

Cahaya lampu depan menyorot samar tubuhnya yang terbungkuk di trotoar, dengan koper di sisi kanan dan penampilannya yang sedikit basah akibat terkena hujan.

Pintu mobil terbuka.

Sepasang sepatu hitam menginjak aspal yang masih basah.

Ryan.

Pilot yang dikenal dingin, tegas, dan nyaris tak pernah tersenyum, kini berdiri mematung menatap sosok yang sama sekali tak ia sangka akan ditemuinya dalam keadaan seperti itu.

Ia berjalan pelan, langkah sepatunya memantul lembut di permukaan basah.

Di tangannya sudah memegang sebuah payung terbuka.

Dengan suara tenang, Ryan berkata.

“Pramugari seharusnya duduk di kabin, bukan di trotoar.”

Asmara mengangkat wajahnya perlahan, matanya sembab, wajahnya pucat. Ia tampak terkejut, bahkan sempat ragu apakah yang dilihatnya nyata.

“Kapten Ryan... kenapa anda di sini?” tanya Asmara lirih

Ryan menatapnya tanpa ekspresi jelas, tapi ada sedikit nada khawatir yang ia sembunyikan di balik nada datarnya.

“Aku harusnya yang nanya. Kamu ngapain duduk di sini malam-malam? Ini area bandara, bukan tempat istirahat.”

Asmara menunduk, mencoba menyembunyikan wajahnya yang masih basah air mata.

“Aku cuma butuh tempat tenang sebentar...” suaranya terdengar bergetar.

“Aku... nggak punya tempat lain.” lanjutnya lagi penuh kejujuran.

Ryan terdiam.

Hujan rintik mulai turun lagi, tipis-tipis. Ia memegang payung lebih dekat, meneduhkan Asmara di bawahnya.

Asmara menatapnya, setengah kaget, setengah terharu.

“Kapten, Anda nggak harus ngelakuin ini.”

“Dan kamu juga nggak harus duduk di sini sampai sakit.”

Ia berjongkok di sampingnya, menatap Asmara dari dekat. Cahaya lampu jalan membuat wajahnya terlihat tegas tapi lembut.

“Kamu udah makan?” Tanya Ryan, suaranya hampir melembut.

Asmara menggeleng. “Saya nggak lapar.”

“Kalau kamu pingsan, saya yang repot.”

Asmara tersenyum tipis, raut wajahnya menahan getir.

“Terimakasih Kapten, tapi saya tidak apa-apa, sebentar lagi saya akan pergi dari sini kok.”

Ryan berdiri lagi, mengulurkan tangannya.

“Ayo, berdiri. Aku antar pulang.”

Asmara menggeleng. “Nanti saja Kapten, saya nggak bisa pulang ke apartement.”

“Kalau gitu ikut saya.”

Asmara menatapnya ragu.

“Ke mana?”

“Ke tempat yang lebih aman dari trotoar basah karena hujan.”

Asmara terdiam sesaat, lalu perlahan menerima uluran tangan itu. Jari mereka bersentuhan, dan dalam keheningan malam, ada sesuatu yang lembut, sesuatu yang belum sempat mereka beri nama.

Ryan membantu menarik kopernya, memasukkannya ke bagasi mobil.

Asmara duduk di kursi penumpang, diam, masih belum sepenuhnya percaya bahwa seseorang benar-benar datang saat ia sudah nyaris menyerah.

Mobil melaju perlahan, meninggalkan jalanan sepi itu.

Asmara melirik Ryan dari samping, lalu berbisik pelan, hampir tak terdengar.

“Terima kasih, Kapten Ryan...”

Ryan tidak menjawab. Ia hanya menatap lurus ke depan, tapi jemarinya mengetuk ringan setir, tanda gugup kecil yang tak biasa.

Senyum samar muncul di sudut bibirnya.

“Dasar wanita keras kepala... tapi entah kenapa, aku nggak tega ninggalin dia.” kata Ryan dalam hati.

Mobil Ryan berhenti di depan sebuah apartemen tinggi dengan pencahayaan lembut di lobi.

Asmara menatap bangunan itu dari balik kaca, tampak ragu. Matanya masih sembab, tapi suaranya mulai terdengar.

“Kapten Ryan... Ini apartemen anda ? Kenapa anda membawa saya kesini, saya nggak bisa..Saya nggak enak.”

Ryan mematikan mesin mobil, menatap ke arahnya sekilas, tajam tapi tenang.

“Bukan soal enak atau nggak. Kamu butuh tempat aman, dan aku hanya punya tempat itu.”

“Tapi—”

“Asmara.” Ryan menatap Asmara tegas.

Suaranya dalam, pelan, tapi cukup untuk membuat Asmara terdiam. Nada itu bukan marah, melainkan tak bisa dibantah.

Ryan keluar dari mobil, lalu membuka bagasi, mengangkat koper milik Asmara.

Asmara akhirnya ikut keluar, langkahnya pelan dan masih menunduk. Ia mengikuti Ryan masuk ke lobi.

Petugas keamanan sempat menunduk hormat, karena mengenali Ryan, kapten muda yang sering terlihat di sini.

Lift bergerak naik. Suasana hening, hanya bunyi lembut mesin lift yang terdengar.

Asmara menatap lantai, lalu berbisik lirih.

“Kapten nggak perlu repot-repot begini...”

“Saya bakalan repot, kalau saya biarin kamu duduk di trotoar sampai pagi.”

Asmara menatapnya sekilas, bibirnya ingin tersenyum tapi tak sanggup.

Lift terbuka di lantai dua puluh.

Ryan berjalan duluan, membuka pintu apartemennya, menampakan ruangan apartment yang modern, rapi, dengan aroma kopi dan sedikit wangi cologne maskulin.

Lampu ruangan temaram, membuat suasana terasa tenang.

Ia meletakkan koper Asmara di dekat sofa, lalu berbalik.

“Di sini kamu aman. Nggak ada siapa-siapa selain kamu. Saya tidak tinggal disini, jadi tenang aja.”

Asmara mengerutkan kening.

“Kapten.. nggak tidur di sini?”

“Nggak. Saya pulang ke rumah Mami saya. Besok pagi aku balik lagi ke bandara. Kenapa, apa kamu berharap saya tinggal disini juga bersama kamu ?”

Asmara menggeleng cepat.

"Bukan begitu maksud saya Kapten." kata Asmara sedikit panik.

Ryan hanya tersenyum smirk melihatnya.

Asmara menatap Ryan kembali dengan sedikit lama, seperti ingin memastikan apakah yang ia dengar benar.

“Kenapa kapten baik banget, padahal saya udah nolak permintaan kapten waktu itu?”

Ryan menatapnya sebentar, lalu menoleh ke arah jendela besar di ruang tamu.

“Aku bukan baik. Aku cuma nggak suka lihat orang disakiti, apalagi kalau dia nggak salah.” kata Ryan masih dengan gayanya yang dingin, tapi ucapannya terdengar jujur dan tulus.

Asmara terdiam. Ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuat dadanya hangat sekaligus perih.

Ia menunduk pelan.

“Makasih Kapten... untuk malam ini.”

Ryan berjalan ke arah pintu, berhenti sejenak, lalu berkata tanpa menatap balik.

“Ada makanan di kulkas. Kalau mau mandi, handuk bersih di lemari sebelah kamar tamu. Jangan lupa kunci pintu sebelum tidur.”

Asmara menatap punggung Ryan saat ia melangkah keluar.

“Kapten Ryan...”

Ryan berhenti di ambang pintu, tapi tak menoleh.

“...terima kasih. Saya benar-benar nggak tahu harus ke mana kalau bukan karena kapten.”

Hening beberapa detik.

Lalu terdengar suara pelan dari Ryan ,datar, tapi lembut di ujungnya.

“Udah tidur sana. Dunia nggak akan berhenti cuma karena kamu lagi sedih.”

Pintu tertutup pelan.

Asmara berdiri di ruang tamu, menatap pintu yang baru saja menelan kehangatan samar dari satu-satunya orang yang menolongnya malam ini.

Ia menarik napas panjang, lalu membiarkan air matanya jatuh untuk terakhir kali sebelum akhirnya berjalan ke kamar tamu.

Dalam hati, ia berbisik pelan.

“Dingin banget sih.. tapi kenapa justru bikin aku ngerasa aman?”

...✈️...

...✈️...

...✈️...

^^^Bersambung...^^^

1
Siti Naimah
menyimak dulu...kelihatannya bakal seru nih
Marini Suhendar
❤❤❤...lanjut thor
Nursina
semangat lanjutkan👍
Nursina
semangat lanjutkan
Mericy Setyaningrum
wah Dubai Im in love
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!