apa jadi nya semula hanya perjalan bisnis malah di gerebek paksa warga dan di nikahi dwngan ceo super galak???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fuji Jullystar07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 26
Pesanan makanan mereka akhirnya datang.
Semua hidangan tersaji dengan tampilan mengoda.
Felix mulai menikmati makanannya.
Sementara itu, Calista hanya terdiam.
Dalam hati, ia masih memikirkan ia harus membayar makanan ini, seharga empat juta sekali makan.
Ingat Empat juta! Harga yang bikin dompet nya menangis.
" Kenapa nggak makan, Ta? Nggak berselera? Mau aku pesenin yang lain? " tanya Felix.
Mata Calista langsung melotot.
Gila, ini udah empat juta, mau nambah lagi? Bisa-bisa aku nangis beneran.
" Hahaha, nggak kok! Ini enak, " jawab Calista cepat, lalu memotong daging steaknya dalam ukuran besar dan langsung menyuapkannya ke mulut.
Felix tersenyum manis.
Sudah cukup baginya menggoda Calista.
Calista beneran terlihat begitu menggemaskan di mata nya.
" Hahaha, " Felix tertawa membuat Calista kebingungan.
" Tata, tenang saja. Aku yang akan bayar semua makanan ini," ucap Felix lembut.
" Enggak, aku bayar sendiri. Tenang aja. Jangan sungkan, Felix. Makan yang banyak. "
Calista merasa malu apa terlihat jelas ia sangat keberatan sehingga yang di traktir nya merasa kasihan.
Senyuman Felix semakin lebar.
Matanya ikut tersenyum, dan lesung pipinya membuat wajahnya makin menawan.
Sial. Calista memang gampang luluh sama cowok tampan.
" Nggak apa-apa, Ta. Aku pengen traktir kamu. Kamu bisa gantian traktir aku next time " ucap Felix.
Kalimat itu sukses bikin jantung Calista berdebar.
“Oh ya, kamu udah tahu soal acara tester makanan? Sama bikin konten buat iklan ?” tanya Calista.
Kini ia mulai makan dengan lahap, rasa terbebani sudah hilang.
Felix tersenyum melihat cara makan Calista.
" Iya, aku tahu. Apa kamu juga terlibat? "
" Iya. Aku bantu memantau biar acara berjalan lancar."
" Wah, aku jadi semangat, deh. Soalnya ada kamu. "
Ucapan Felix sukses bikin pipi Calista merona. Ya ampun, masa aku semurahan ini? Digombalin dikit langsung blushing?
Namun, ia memang merasa nyaman berbicara dengan Felix. Ia seperti tipe idealnya lembut, ramah, dan menyenangkan.
---
Arsenio merasa khawatir kenapa Calista belum juga kembali kata nya hanya ke kamar mandi apa perlu selama itu hanya ke kamar mandi.
" Kak Sen " Panggil Anna manja
Membuyarkan lamunan Arsen
" Kakak kenapa diam terus sih " Manja Anna menarik ujung baju arsenio
" Iya Anna ada apa " Tanya Arsen
" Kak sen Anna haus " Arsen langsung mengambil minum untuk Anna.
" Anna aku harus pergi, aku khawatir Calista gak balik lagi takut terjadi sesuatu " Ucap Arsenio, terlihat jelas kekhawatiran di wajah Arsenio membuat Anna kesal tapi ia berusaha tersenyum lagi.
" Kak Sen gak usah khawatir nanti juga Calista balik lagi, mungkin ada keperluan " Ucap Anna menenangkan Arsenio.
" Sorry anna aku harus pergi " Ucap Arsenio melangkah pergi baru hendak memegang handel pintu.
Anna Menjerit kesakitan karna terjatuh di lantai luka tusukan nya menganga kembali darah merembes dari baju pasien nya
Arsenio menggendong anna ke ranjang.
Menekan tombol darurat dengan panik.
Ia berlari keluar memangil dokter.
Anna tersenyum rasa sakit nya gak seberapa tapi rasa senang Arsenio menghawatirkan nya yang membawa eforia.
Para dokter datang bersama Arsenio Anna kembali merintih kesakitan bulir bulir keringat membuat rambutnya basah.
Arsenio menunggu di luar kamar pasien dengan gelisah.
Arsenio merasa bersalah harus nya ia tak melakukan hal tadi.
Ruangan terbuka
Arsenio menghampiri dokter.
" Bagaimna ke adaan nya dokter"
" Tidak usah khawatir, pak Arsenio karna ia ter jatuh jahitan nya lepas hanya perlu menjahit ulang, tapi saya saran kan agar cepat selesai nona marianna jangan terlalu banya pikiran " Arsenio hanya mengiyakan ucapan dokter setelah dokter pamit Arsenio memasuki ruang kamar Anna.
" Merasa lebih baik. Kamu tau apa yang kamu lakukan itu membahayakan diri kamu sendiri ? " Tanya Arsenio.
" Kak Sen, aku takut... Aku takut kamu..... Meninggalkan aku dan si stalker itu datang lagi " Tangis Anna pecah ia menangis dengan lirih sehingga Arsenio merasa bersalah.
Ia memeluk Anna menepuk nepuk menenangkan Anna. Anna tersenyum di balik tangis nya.
____________
Pov Anna
Sesampainya di apartemen mewahnya, Anna mengamuk.
Ia menyapu semua kosmetik dari meja rias dan membanting barang-barang di kamarnya. Botol parfum pecah, lipstik berhamburan, dan akhirnya… cermin itu pun retak saat ia pukul.
Ia menatap pantulan wajahnya di cermin yang pecah, matanya merah penuh amarah.
" Kenapa… kenapa Arsenio selalu menyakitiku?" desisnya.
" Tatapannya pada Calista… berbeda. Arsenio benar-benar mencintai perempuan jalang itu!"
Tiba-tiba, bibirnya melengkung membentuk senyum penuh kebencian.
Lalu ia tertawa pelan, namun menyeramkan.
" Aku akan mendapatkanmu, Arsenio tersayang. Bagaimanapun caranya. Kamu hanya cocok menjadi milik Marianna… bukan si jalang itu."
Dengan cepat, Anna menghubungi seseorang.
Ting tong… ting ting…
Anna membuka pintu.
Di hadapannya berdiri seorang pria berpakaian serba hitam, mengenakan masker.
" Kamu akan membantuku menjalankan rencanaku, kan? " tanyanya sambil mempersilakan pria itu masuk.
Pria itu menatapnya sejenak.
" Aku akan membantumu. Tapi… apa kamu yakin ingin melakukan ini? "
Anna mendekat dan berbisik.
"Aku akan memberimu sesuatu yang kamu inginkan sebagai balasannya."
Pria itu tampak bimbang.
" Pikirkan lagi. Aku tak mau menyakitimu."
Anna menatapnya tajam, menyeringai.
" Apa kamu sudah tak ingin melukis tubuhku dengan telanjang? "
Pria itu terdiam.
Ia berada di persimpangan antara rasa sukanya pada Anna dan keinginannya untuk mengabadikannya dalam lukisan.
Anna mendekat lebih jauh.
" Aku hanya memberimu waktu sepuluh detik. Kalau kamu tak menjawab, rencana dibatalkan."
Ia mulai menghitung,
" Tik... tok… tik… "
" Oke, " ucap pria itu akhirnya.
Anna tersenyum puas.
Mereka mulai berakting.
Sang pria pura-pura menyerang Anna.
Mereka membuat adegan penganiayaan seolah nyata luka di tubuh Anna, rekaman CCTV yang telah dimanipulasi, semuanya tampak meyakinkan.
Penusukan itu sebenarnya tidak fatal, hanya bagian kecil yang bisa dijahit.
Tapi Anna berakting luar biasa. Ia berlari dengan perut berdarah, rambut acak-acakan, kaki tanpa alas, dan wajah penuh ketakutan.
Ia mengetuk pintu tetangga sambil teriak lirih,
" Tolong…"
Warga yang panik segera menolong.
Pria bermasker itu berlari ke tangga, menbawa pisau berlumur darah.
Tetangga Anna langsung menelepon polisi dan ambulans.
Saat ambulans datang, warga berkumpul, bergosip penuh simpati.
" Malang sekali gadis itu…"
" Ternyata jadi cantik itu menakutkan juga, ya."
" Semoga penjahatnya cepat ditangkap."
" Dia tinggal sendirian, kasihan…"
" Bukannya apartemen ini sangat aman? Kok bisa ada orang asing masuk? "
Desas-desus semakin ramai saat Anna dibawa ke dalam ambulans.
Namun di balik wajah pucatnya, Anna tersenyum kecil.
Ini awal dari segalanya.
Dengan ini, ia akan menarik simpati.
Mereka akan memeluknya, membukakan pintu rumah mereka…
Lalu, ia akan menghancurkan rumah tangga mereka dari dalam.
Dan akhirnya… Arsenio akan menjadi miliknya.
Di rumah sakit, para dokter sibuk merawat lukanya.
Anna dibawa ke ruang gawat darurat. Untungnya, luka itu tidak terlalu parah.
Visum dilakukan.
Semua berjalan sesuai rencana.