Bagaimana jadinya jika seorang penulis malah masuk ke dalam novel buatannya sendiri?
Kenalin, aku Lunar. Penulis apes yang terbangun di dunia fiksi ciptaanku.
Masalahnya... aku bukan jadi protagonis, melainkan Sharon Lux-tokoh antagonis yang dijadwalkan untuk dieksekusi BESOK!
Ogah mati konyol di tangan karakternya
sendiri, aku nekat mengubah takdir: Menghindari Pangeran yang ingin memenggalku, menyelamatkan kakak malaikat yang seharusnya kubunuh, dan entah bagaimana... membuat Sang Eksekutor kejam menjadi pelayan pribadiku.
Namun, ada satu bencana fatal yang kulupakan
Novel ini belum pernah kutamatkan!
Kini aku buta akan masa depan. Di tengah misteri Keluarga Midnight dan kebangkitan Ras Mata Merah yang bergerak di luar kendali penulisnya, aku harus bertahan hidup.
Pokoknya Sharon Lux harus selamat.
Alasannya sederhana: AKU GAK MAU MATI DALAM KEADAAN LAJANG!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
“Silahkan masuk, Nona Lux,” ucap Gilbert, membuka pintu. “Ini adalah kamar nona untuk sementara.”
“Hm, terimakasih,”Sharon menganggukan kepala, langsung berjalan menuju kamar yang sepi tersebut. Hanya ada kasur, dan kursi serta meja.
Gadis itu memutuskan untuk duduk kursi, karena di depannya ada jendela jadi dia bisa melihat dunia luar, sembari memikirkan rencana selanjutnya.
Ia menghela napas. “paling enggak aku gak jadi mati hari ini, tapi mungkin besok kepalaku akan dipenggal.”
Gilbert menatap Sharon dari belakang, baginya dia tidak memahami pemikiran Duke untuk menjeda pengadilan sharon satu hari
Gilbert sendiri dulunya adalah mantan budak yang sangat tidak berguna, dan hampir dibuang oleh majikannya. Tapi dengan kebetulan, saat Althea sedang berjalan-jalan, dia menyelamatkan Gilbert dan menjadikannya pelayan di keluarga Lux.
Bagi Gilbert sendiri Althea adalah malaikat penyelamatnya, oleh karena itu mendengar kabar bahwa Sharon ingin membunuh Althea sudah jadi hal yang tak bisa dimaafkan.
Jika bisa, dia sebenarnya mau mengeksekusi Sharon sekarang juga!
Gilbert memang mengakui dia sedikit menjadi sopan, ramah, dan murah senyuman.
Tapi bisa saja berupa sandiwara. Oleh karena itu dia akan mengawasi dengan lebih ketat.
Gilbert mendekat. “Nona, apa anda ingin meminum sesuatu?”
Baru saja Gilbert mendekat, Sharon sudah kepalang takut. Ia akan mendapatkan minuman dari orang yang bertanggung jawab untuk membunuhnya tentu dia curiga, siapa tahu minuman akan di taruh racun.
“Tenang saja, saya tidak akan menaruh hal-hal aneh,” ucap Gilbert seolah mengetahui isi pikiran Sharon. “aku gak akan mengambil nyawa orang asal sebelum diperintah.”
Sharon gelagapan. “Baiklah, kalau begitu teh hangat saja.”
Gilbert tersenyum penuh keramahan, sebuah senyuman yang tidak cocok di wajah kakunya, justru malah membuat mengintimidasi. “Baiklah, akan saya siapkan …”
Gilbert keluar dari kamar tersebut, sementara Sharon mengenduskan napas lega. Dia kira akan mati.
Sekarang dia bisa memikirkan rencananya tanpa ada yang mengganggu. Dia diberi waktu satu, itu artinya dia bisa menghentikan rencana pembunuhan Althea, masalahnya dia tidak mengetahui dengan jelas bagaimana kronologi kematian Althea.
Itu wajar karena seharusnya dia sekarang berada di pengadilan, dan Althea terbunuh pada saat itu, jadi dia tidak tahu jelas bagaimana kronologinya.
Sharon menghela napas. “Bagaimanapun, kayaknya aku harus bersama Althea dulu, maka pasti akan aman aman saja.”
Dengan pikiran tersebut, Sharon berdiri dari tempat duduknya. Ia meminta minum bukan tanpa alasan, itu juga untuk menyingkirkan Gilbert dari pengawasan ketatnya.
Jadi untuk sekarang dia ingin mencari Althea. Setidaknya itu yang direncanakan.
“Mau kemana Nona?” Gilbert ternyata sudah selesai menyiapkan minuman, berdiri di depan pintu.
Cepat! Gimanapun kecepatan ini!
“Enggak, aku cuma mau lihat lihat kamar, hehe,” jawab Sharon tampak kikuk. Di dalam hati ia berkata dengan lesuh, ini bahaya, jika ada Gilbret aku gak bisa bebas bergerak, kalau aku bilang ingin menemui Althea dia jelas akan curiga.
Apa aku harus membuat dia pergi lagi dan menyuruhnya menyiapkan sesuatu.
“Gil, aku sedikit lapar, minum teh tanpa kue itu agak …”
“Jangan khawatir Nona,” putus Gil. “Saya tahu, nona akan berkata demikian, jadi aku membawa kue!” Gil menunjukan kue yang tampak manis dan enak di tangan satunya.
Sementara Sharon sempat tergoda, ingin mencoba rasa kue . Tapi ia menggelengkan kepala, ini bukan waktu untuk minum teh dan makan kue.
Jika Althea mati dia akan ikut mati!
Sharon sekali lagi mau cari alasan. “Gil, gini. Aku kebelet, aku mau ke toilet sebentar.”
“Baik, Nona, akan saya antar!”
Aku gak butuh kamu ikut kaparat! Pergi sana!
“Eh, Gil. Aku cewek, kalau diikuti sampai toilet aku akan malu!”
Gilbert menghilangkan senyuman ramahnya, tidak seperti sebelumnya dia kini menjadi datar, kaku dan dingin. Persis seperti Gilbert yang ia kenal.
“Jangan banyak mau, Nona. Tugas saya adalah menjaga nona kalau berbuat aneh aneh, tentu saya tidak bisa membiarkan Anda sendiri. “
“Tindakan dan perkataan nona malah membuat curiga. Sebenarnya apa yang akan anda lakukan kali ini?”
Sharon menelan ludah, matanya melirik kanan kiri, mencari alasan darurat yang bisa menyelamatkannya dari interogasi mini di depan pintu. “Aku cuma mau pipis, bukan mau meracuni negara, Gil!”
Gilbert hanya diam. Tatapan matanya seperti pisau yang bisa membelah kebohongan. “Kalau begitu, saya tunggu di depan kamar mandi.”
“...Kamu niat banget ya menjaga ku, aku gak akan kemana mana.”
“Itu karena tugas saya.”
Sharon ingin menjerit, tapi hanya bisa tersenyum kecut. “Baiklah.”
Ia berjalan keluar kamar, langkahnya pelan. Gilbert mengikutinya satu langkah di belakang. Gawat, kayak diikuti hantu begini gimana mau kabur?!
Begitu sampai di depan pintu toilet, Sharon berhenti. Ia membuka sedikit pintu, lalu menatap Gilbert yang berdiri kaku seperti patung penjaga.
“Gil, aku bakal lama.”
“Saya tunggu.”
“Lama banget.”
“Saya sabar.”
“Serius ini akan lama, seorang cewek di toilet membutuhkan waktu yang lama.”
“Tetap akan saya tunggu.”
Sharon ingin melempar sandal ke mukanya. “...Baiklah, jangan nyesel ya.”
Begitu menutup pintu, Sharon langsung mengedarkan pandangan ke sekitar—satu jendela kecil di pojok, mungkin cukup untuk satu orang kalau memaksa. Ia menarik napas panjang.
“Oke, Sharon, rencana: keluar lewat jendela, lari ke taman, cari Althea, cegah pembunuh, lalu—eh—harap nggak ketahuan.”
Ia menarik kursi kecil dan naik ke atasnya. Saat tangannya hampir mencapai jendela, terdengar suara dari luar pintu, begitu heboh dan besar
Gilbert yang tadi tenang menjaga di depan pintu agak panik, dia punya firasat buruk
“Nona Sharon, apakah Anda baik-baik saja?”
“Baik! Sangat baik! Jangan ganggu orang yang sedang… bermeditasi eksistensial!”
Hening sesaat. Sharon melanjutkan usahanya membuka kait jendela. Satu… dua… klik! Jendela terbuka. Angin dingin pagi masuk menyapa. Ia tersenyum puas.
“Tinggal satu langkah lagi—”
“Kalau begitu saya masuk saja,” suara Gilbert terdengar lagi, datar.
Namun tampaknya gilbert telat satu langkah, ketika dia membuka pintu kamar lagi. Tidak ditemukan sosok Sharon, hanya ada hembusan angin dari jendela serta ruangan toilet yang sunyi, begitu kosong.
Gilbert bisa asumsikan betapa bodohnya dia percaya dengan mantan penjahat, dibiarkan sendiri tentu dia punya rencana aneh aneh.
Wajah Gilbert yang biasanya kaku terpapar sedikit amarah. “Dasar wanita jalang … dia kabur!”
malah meme gw😭
Sharon sebagai antagonis palsu tuh bukan jahat—dia korban. Dan kita bisa lihat perubahan dia dari bab awal sampai sekarang.
pokonya mantap banget
rekomendasi banget bagi yang suka cerita reinkarnasi
dan villain
semangat thor