Dark Knight

Angin pagi berembus lembut di perbatasan Beast Glade. Aroma tanah lembap masih terasa menyengat setelah pertempuran kemarin.

Kelima anggota Twin Horns termasuk Nolan memutuskan untuk tinggal sehari lebih lama di pos istirahat, memulihkan tenaga sebelum melanjutkan perjalanan ke Xyrus.

Di bawah pohon besar, Jasmine duduk bersandar sambil meringis, memegang bahu kanannya.

“Masih sakit?” tanya Nolan sambil menghampiri dengan gulungan kain dan botol kecil di tangannya.

“Sedikit. Tapi tidak terlalu parah.” jawab Jasmine, mencoba tersenyum.

Nolan jongkok di depannya, memeriksa pergerakan sendi bahu Jasmine secara perlahan.

“Ini bukan luka dalam tapi otot bahumu menegang karena kamu terlalu banyak mengayun belati.”

“Begitu ya?” Jasmine mengerutkan dahi.

Nolan mulai mengoleskan cairan herbal ke bahunya, lalu menekan lembut di beberapa titik.

“Ambil napas perlahan. Kalau kau tahan terus, itu hanya bikin ototmu makin tegang.”

Jasmine mengikutinya. “Hm… lumayan enak.”

“Tekanan ringan, arah ke luar. Ini untuk melancarkan aliran darah,” ujar Nolan singkat. Tangannya bergerak terampil, bukan seperti penyihir penyembuh, tapi lebih mirip tangan seorang pekerja yang tahu letak setiap otot.

Angela yang memperhatikan dari jauh berbisik pada Helen. “Mereka semakin dekat, jarang Jasmine membiarkan orang lain menyentuhnya?”

“Jangan bergosip.”

"Huh.." Angela mengembungkan pipinya, mencoba terlihat kesal dengan cara yg imut tapi Helen sengaja mengabaikannya.

Setelah selesai memberi terapi sederhana, Nolan membantu Jasmine berdiri.

“Coba gerakkan lagi.”

Jasmine memutar bahunya perlahan. “Huh… lebih baik, pemahamanmu tentang tubuh manusia cukup baik atau itu hanya untuk tubuh wanita."

“Mencoba bermain kata?” jawab Nolan ringan, menahan senyum.

"Apa terdengar seperti itu?"

Nolan tidak bisa menjawab melihat ekspresi datar yg Jasmine tunjukan.

Beberapa jam kemudian, saat yang lain bersiap melanjutkan perjalanan Jasmine menemukan Nolan duduk sendiri, meregangkan tubuh dengan posisi aneh: kaki kiri lurus, kaki kanan ditekuk ke dalam, dan tangannya mengayun perlahan ke sisi tubuhnya.

“Apa itu semacam tarian suku?”

“Peregangan pinggang. Kalau tidak dilakukan, bagian bawah punggung bisa kaku setelah duduk lama.”

Jasmine tertawa pendek lalu duduk di sampingnya. “Ajarin aku.”

Nolan mengangguk. “Berdiri. Kaki kanan ke depan sedikit, lalu angkat tangan kiri ke atas. Rasakan tarikan di pinggang dan pinggulmu.”

Jasmine meniru. “Uh… menarik juga.”

“Sakit?”

“Sedikit.”

“Ada banyak otot di sana. Kalau kamu pakai terus buat menyeimbangkan gerakan bertarung dan tidak pernah meregangkannya, ya… cepat aus.”

Jasmine menatap Nolan dalam diam. “Kau bicara seperti orang dewasa tapi juga seperti anak kecil yang terlalu jujur.”

“Kalau aku bilang kamu cantik saat berkeringat begini, itu termasuk jujur atau tidak sopan?”

Jasmine menahan tawa. “Tergantung nadanya.”

“Kalau nadaku tenang dan mataku tidak lari ke mana-mana?”

Jasmine tertawa. “Kalau begitu… hanya sedikit menggoda.”

Nolan menatapnya, lalu kembali fokus pada peregangan. Tapi senyum kecil sempat muncul di sudut bibirnya.

Sore harinya saat dalam perjalanan, Adam terjatuh dari bak kereta kuda karena salah satu roda kereta menghantam batu besar dan jatuh terduduk di tanah.

“Sial! Pinggangku ..argh!”

Nolan langsung menghampiri. “Jangan berdiri dulu.”

Ia menyentuh punggung bawah Adam, lalu menekan perlahan beberapa titik.

“Ada bagian yang tertarik. Aku akan tarik kakimu sedikit… dan”

Krk.

“ARGH! Kau mau bunuh aku?!”

“Sudah. Coba berdiri.”

Adam perlahan berdiri. “Huh.. lebih baik.”

“Sendi mu melintir sedikit. Kubantu meluruskannya kembali.”

Adam terlihat meremehkan. "Aku bisa melakukannya sendiri.”

“Itu lebih baik.” Nolan tersenyum membalas tatapan mengejek Adam.

Malam itu, mereka duduk mengelilingi api unggun. Jasmine duduk agak dekat dengan Nolan, bahunya bersentuhan ringan dengan lengan Nolan.

“Besok kita akan sampai di kota kecil dari sana kita menggunakan portal sihir untuk tiba di kota terapung Cyrus” gumam Jasmine pelan.

Nolan memandang ke langit. “Waktu cepat berlalu."

Jasmine tidak menjawab ia hanya menatap api unggun.

"Nolan, magic elemen apa yg kamu gunakan saat membunuh lunar basilik waktu itu?" Angela bertanya, memecah keheningan.

"Bukan magic karena aku belum tahu cara menggunakan mana ku dan mengetahui elemen magic apa yg ku miliki. Kemampuan yg ku gunakan saat itu lebih seperti sihir karena menggunakan energi spiritual alih alih energi mana."

"Apa beda energi mana dan spiritual?" Tanya Helen.

"Energi spiritual berasal dari kedalaman jiwa, semakin kuat jiwa kita maka semakin kuat pula energi spiritual tetapi menggunakan energi spiritual menguras lebih banyak stamina fisik, serangan balik dari penggunaan energi spiritual yg salah dapat melukai jiwa yg akhirnya memberi luka fisik yg sulit di sembuhkan."

Nolan terdiam sejenak sebelum melanjutkan penjelasannya. "Sedangkan untuk energi mana, aku tidak tahu spesifikasinya karena aku belum pernah mencobanya, walaupun memiliki inti mana tetapi menggunakannya adalah sesuatu yg berbeda. Aku takut terjadi kesalahan jika tidak ada ahli yg mengajarkannya pada ku."

"Aku akan mengajarkan mu sebagai gantinya kamu ajarkan tentang energi spiritual, bagaimana?" Jasmine yg dari tadi diam tiba tiba membuka mulutnya.

"Tidak masalah."

Melatih energi spiritual sangat sederhana, hanya perlu mengajarkan teknik meditasi pada Jasmine tetapi semuanya kembali orang yg berlatih.

Sama seperti situasi Jasmine setelah 5 menit berlatih meditasi yg Nolan ajarkan. Raut wajahnya terlihat gelisah seakan sedang bermimpi buruk jadi Nolan dengan cepat menghentikannya.

"Hentikan, kamu hanya akan menyakiti jiwa mu jika terus seperti ini."

Jasmine membuka mata, menghentikan teknik meditasi yg Nolan ajarkan. "Apa yg terjadi pada ku?"

Nolan hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Energi merah pekat yg terpancar dari tubuh mu menunjukan jika kamu memiliki luka batin yg sangat dalam."

"Biasanya luka batin seperti ini di dapat saat seseorang di khianati atau di tinggalkan oleh seseorang yg sangat dia cintai atau hormati."

Semua anggota twin horn terkejut, mereka semua tahu sejarah kelam Jasmine di masa lalu tetapi tidak ada dari mereka yg berani mengungkit hal itu karena terlalu menyakitkan bahkan untuk mereka sendiri.

Jasmine juga tertunduk lesu dan sesekali menatap penuh ke ragunan pada Nolan seakan dia ingin menceritakan semuanya tetapi ada sesuatu yg menahannya.

"Maafkan apapun kesalahan mereka." Ujar Nolan yg membuat Jasmine kembali mengangkat kepalanya.

"Siapapun itu, apapun alasan mereka melakukan itu, maafkan saja karena tidak ada gunanya menyimpan hal seperti itu di dalam hati." Nolan meletakan kedua tangannya di bahu Jasmine, memberinya tatapan tegas.

"Manusia yg membenci mu dan bahkan sampai mengkhianati atau membuang mu pasti karena diri mu tidak sesuai dengan apa yg mereka harapkan jadi jika tidak ingin di benci oleh mereka kamu cukup menjadi apa yg mereka inginkan, tetapi...." Nolan berhenti sejenak, dia sedikit merapikan rambut Jasmine yg sedikit berantakan hingga menutup wajah cantik Jasmine sebelum kembali berkata.

"Menjadi seperti orang lain hanya semakin menyiksa jiwa mu, membuat jalan hidup mu kacau, penuh tekanan dan akhirnya depresi. Bandingkan diri mu saat bersama anggota twin horn, kamu bisa menjadi diri mu sendiri, lebih bahagia, nyaman dan bebas."

"Mereka juga orang orang yg baik, setia dan dapat di andalkan kecuali Adam."

"Ngajak gelut..." Adam ingin protes tetapi Helen dengan cepat menutup mulutnya, membuat Jasmine menunjukan sedikit senyuman kecil.

"Aku yakin mereka juga bukan dewa atau mahluk suci karena dewa atau mahluk suci tidak akan melakukan hal seperti itu." Nolan kembali melanjutkan.

"Orang orang yg suka membenci dan membuang orang lain karena tidak sesuai dengan ekspektasi mereka hanya orang orang yg ingin mendapatkan keuntungan dari mu, memanfaatkan mu demi kepentingan mereka sendiri."

"Jadi tanyakan ini pada diri mu sendiri, apa kamu ingin menjadi manusia ciptaan alam semesta bernama Jasmine yg hidup bebas dan bahagia atau menjadi boneka ciptaan mereka bernama Jasmine yg hidup di lilit benang hanya untuk membuat mereka bahagia?"

"Semua kembali pada mu, pikirkan baik baik, setelah kamu menemukan jawabannya maka aku bisa menentukan apakah kamu bisa kembali berlatih teknik spiritual atau tidak."

Jasmine termenung sejenak tetapi saat Nolan melepaskan kedua tangan dari bahunya, dia dengan cepat memeluk Nolan.

"Terima kasih Nolan, aku akhirnya yakin apa yg harus ku lakukan jadi tolong bantu aku menyembuhkan luka batin."

"Tidak masalah." Nolan menepuk punggung Jasmine