NovelToon NovelToon
Ibu Sambung Kekasihku

Ibu Sambung Kekasihku

Status: tamat
Genre:Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:496
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ke rumah Damar

Hari demi hari berlalu begitu cepat, sekarang aku sedang libur dari kerjaan ku, begitu pula dengan anak kos yang lain, termasuk Damar. Kemarin dia bilang kalau hari ini dia akan pulang ke rumah nya, tapi bukan itu poin utama nya, poin utama nya adalah dia mengajak ku untuk ikut dengan nya pulang ke rumah.

Hal itu tentu saja aku tolak pada awalnya, tapi dia terus-terusan merujuk ku untuk ikut, mau tidak mau akhirnya aku pun menyerahkan dan ikut ke rumah nya hari ini. Sekalian sebelum ke rumah nya aku meminta dia untuk menemani ku ke dokter kandungan terlebih dahulu.

Dia bilang rumah nya hanya berada di kota sebelah, jadi tidak perlu terlalu pagi untuk berangkat kesana, jadilah pagi ini aku masih bisa santai-santai di depan televisi bersama anak kosan yang lainnya.

Kosan hari ini cukup sepi meskipun ini hari libur karena beberapa anak kos ada yang pulang ke rumah nya.

"Mba Amira gak pulang juga mba?" Itu pertanyaan anak kos yang lebih muda dari ku, Danny.

"Enggak Dan, rumah ku jauh. Lagipula aku lebih ingin beristirahat di kosan dan kebetulan hari ini aku diajak Damar untuk ikut dengan nya ke rumah nya."

"Huh? Mba deket sama Mas Damar? Sampe diajak ke rumah nya begitu."

"Kita cuma deket sebatas temen kosan aja kok."

"Tapi menurut ku gak gitu loh Mba, Mas Damar kayaknya suka deh sama Mba Amira."

"Ada-ada aja kamu ini."

"Lihat aja, pasti apa yang aku bilang itu bener."

"Iya deh iya. Kalo kamu kenapa gak pulang?"

"Enggak punya rumah Mba."

Mana mungkin anak ini tidak mempunyai rumah, saat pertama kali datang kesini aku sudah bisa menebak jika dia anak dari orang kaya, bisa dilihat dari kampus nya yang lumayan mahal biayanya setahu ku. Tapi di dengar dari nada nya yang sarkas saat mengatakannya tadi, aku tidak berani untuk bertanya lagi, lebih baik aku menanyakan hal yang lain.

"Kamu udah berapa lama di kosan ini?"

"Berapa lama ya? Gak begitu lama sih Mba, pas aku akhir semester satu aku pindah kesini dan sekarang aku semester 3, sekitar satu tahunan kayaknya."

"Ohh gitu, anak-anak kos disini emang pada sibuk gitu ya kalo bukan weekend? Itupun weekend mereka ada beberapa yang pulang."

"Iya emang pada sibuk Mba, palingan juga kalo hari kerja cuma ada aku di kosan kalo gak ada jam kuliah."

Aku hanya mengangguk-anggukan kepala dan kembali menikmati tontonan yang ada di layar televisi. Jika kalian menanyakan kemana Damar, dia sedang berolahraga diluar, sebenarnya aku tadi diajak oleh nya untuk olahraga juga tapi aku menolaknya, aku lebih memilih ikut menonton TV bersama Danny.

"Aku ke kamar dulu ya Dan."

"Iya Mba."

Aku pun meninggalkan Danny di ruang televisi dan masuk ke kamar, tujuan ku masuk ke kamar adalah untuk menyetrika baju yang akan aku pakai siang nanti ke rumah orang tua nya Damar.

_____________________________________

Saatnya aku dan Damar berangkat dari kosan untuk pulang ke rumah nya, tapi sebelum itu, seperti yang aku bilang tadi kami akan mampir terlebih dahulu ke dokter kandungan.

Mobil yang kami tumpangi pun berjalan menelusuri jalanan kota di siang hari, aku benar-benar deg-degan karena ini baru pertama kalinya aku akan cek kandungan, ditambah aku deg-degan karena akan ke rumah nya Damar.

Sampai lah kita di lobby rumah sakit, aku dan Damar langsung saja menuju ke dokter kandungan tetapi aku harus mengambil nomor antrian terlebih dahulu.

"Atas nama ibu Amira Lazuardi." Itu suara milik suster yang memanggil nama ku.

"Aku masuk dulu ya Dam." Sebelum masuk, aku berpamitan dulu kepada Damar.

"Bu, suaminya juga silahkan masuk." Hah? Suami? Seperti suster ini salah sangka. Tapi jika dilihat-lihat aku dan juga Damar memang seperti sepasang suami istri.

"Eum dia temen saya sus, bukan suami." Jelas ku.

"Oh maaf ya Pak, Bu. Kalo gitu ibu nya silahkan masuk."

Aku pun melangkah kan kaki ke dalam ruangan dokter kandungan itu, bau obat-obatan semakin menusuk indera penciuman ku, aku pun langsung diarahkan ke kasur pemeriksaan. Setelah selesai diperiksa, aku pun duduk berhadapan dengan dokter itu.

"Bayi nya sehat, tetapi ibu harus lebih sering makan makanan berserat dan juga buah-buahan. Selama ini tidak ada keluhan apapun kan?"

"Tidak ada dok, cuma pas minggu kedua saya merasa mual-mual dan juga sering merasakan keram di perut."

"Sejauh ini, itu cuma hal biasa yang sudah sering terjadi pada umumnya ibu hamil. Saya sudah menambahkan resep vitamin yang bisa ibu ambil di apotek rumah sakit."

"Terima kasih dok, kalo gitu saya permisi."

Aku pun beranjak dan meninggalkan ruangan itu dengan membawa secarik kertas resep obat yang ada di genggaman ku. Saat sampai di pintu keluar, disana sudah ada Damar yang sedang menunggu ku.

"Maaf ya Dam lama."

"Loh? Udah selesai Mir?"

"Udah, tapi aku mau tebus obatnya dulu."

"Ya udah, ayo aku temenin."

"Gak usah deh Dam, kamu disini aja."

"Daripada aku cuma disini doang, mending aku ikut sama kamu."

"Oke kalo itu mau kamu."

Kami pun berjalan beriringan di lorong rumah sakit. Dengan sesekali diselingi obrolan.

"Kamu sama bayi kamu nya sehat kan?"

"Aku sama dia sama-sama sehat, kamu jangan khawatir."

"Syukur deh kalo gitu."

Singkat cerita kami berdua telah selesai menebus obat dan sedang berjalan untuk ke basemen rumah sakit karena disana lah mobil milik Damar diparkir.

Setelah keluar dari area rumah sakit, kami pun langsung menuju ke rumah orang tua nya Damar.

"Di rumah kamu nanti bakalan ada siapa aja?"

"Paling cuma ada orang tua ku, itupun jika ayah tidak lembur dan juga ada beberapa pembantu serta penjaga rumah. Kamu kan tahu aku anak tunggal."

"Aku deg-degan tau Dam."

"Normal dong kalo kamu masih deg-degan."

"Bukan itu maksud aku!" Ucapku kesal sambil mencubit lengannya.

"Awh awh sakit Mir aku cuma becanda."

"Lagian kamu sih ngeselin."

"Ya kamu juga ngapain sampe harus deg-degan gitu, orang tua aku gak gigit.

"Siapa deh yang bilang kalo mamah papah kamu gigit?"

"Enggak ada, itu cuma perumpamaan aja."

Setelah itu tidak ada lagi percakapan antara kami, Damar berfokus menyetir dan aku melihat ke arah samping jalan untuk melihat pemandangan dari dalam. Tapi tunggu? Kenapa ini arahnya sama dengan arah ke rumah Geovan? Mereka tinggal di komplek yang sama?

Karena penasaran aku pun menanyakannya kepada Damar yang ada di samping ku.

"Damar, ini kita mau ke rumah kamu kan?"

"Iya emang mau ke rumah aku, kenapa emang?"

"O-oh gak kenapa-kenapa, aku cuma tanya aja."

Dalam hati aku terus berdoa memohon agar Tuhan mendengarkan permintaan ku untuk tidak mempertemukan ku dengan kedua lelaki yang sedang aku hindari.

Mobil milik Damar berhenti tepat berjarak dua rumah dengan rumah Om Javar dan juga Geovan. Jadi, mereka ini tetanggaan? Wajar saja aku tidak mengenali siapa saja tetangga Geovan karena memang aku hanya pernah beberapa kali main ke rumah nya, lagipula kawasan komplek sini kan memang penghuninya orang sibuk semua jadi jarang melihat orang-orang disini ketika berada di rumah.

Dibukanya pintu mobil milik Damar dan kami langsung disambut oleh kedua orang tua Damar, dapat aku lihat raut kebingungan dari wajah orang tuanya Damar. Mungkin Damar sadar atas kebingungan kedua orang tua nya, dia pun memperkenalkan aku kepada orang tua nya.

"Ini namanya Amira, teman satu kosan ku.

"Hai om, tante." Aku pun menyapa kedua orang tua Damar itu.

"Enggak pernah loh Damar ajak perempuan ke rumah ini." Suara itu milik ibu nya. Apa katanya? Jadi aku wanita pertama yang Damar ajak ke sini.

"Apa sih mah pah, ayo Mir masuk."

Karena sudah dipersilahkan masuk, aku pun masuk ke dalam rumah mewah ini, banyak interior dan juga aksesoris yang membuat ku takjub akan kemewahannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!