bercerita tentang seorang gadis buruk rupa bernama Nadia, ia seorang mahasiswi semester 4 berusia 20 tahun yang terlibat cinta satu malam dengan dosennya sendiri bernama Jonathan adhitama yang merupakan kekasih dari sang sahabat, karna kejadian itu Nadia dan Jonathan pun terpaksa melakukan pernikahan rahasia di karenakan Nadia yang tengah berbadan dua, bagaimana kelanjutan hidup Nadia, apakah ia akan berbahagia dengan pernikahan rahasia itu atau justru hidupnya akan semakin menderita,,??? jangan lupa membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qwan in, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
Pagi ini, Nadia bangun lebih awal karena harus menghadiri kuliah setelah beberapa hari cuti karena suatu alasan. Dengan malas, ia berusaha bangkit dari tempat tidur. Tubuhnya terasa berat, dan kepalanya masih sedikit pusing. Ia lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, ia berniat memasak sarapan untuk dirinya sendiri.
Sesampainya di dapur, Nadia membuka kulkas dan mengambil dua butir telur serta beberapa sayuran. Ia akan mengolah semuanya menjadi nasi goreng. Aroma harum masakannya segera memenuhi ruangan, membuat suasana dapur terasa hangat. Nadia duduk di kursi dekat meja makan dengan sepiring nasi goreng di hadapannya.
"Semoga kali ini aku nggak muntah lagi," gumamnya sembari mulai menyendok nasi goreng ke dalam mulut.
Ting...
Suara notifikasi pesan masuk terdengar dari ponsel yang tergeletak tak jauh dari tempatnya duduk. Ia meraihnya dan melihat bahwa pesan itu datang dari Dewi.
Dewi:
Nadia, hari ini kamu ke kampus kan? Sudah berhari-hari kita nggak ketemu. Aku sempat ke kosanmu, tapi pemilik kos bilang kamu sudah pindah.
Nadia:
Iya, hari ini aku ke kampus kok. Ada apa?
Dewi:
Aku khawatir sama kamu, Nad. Apa kamu baik-baik saja?
Nadia:
Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah khawatir, ya.
Dewi:
Syukurlah. Baiklah kalau begitu. Sampai ketemu di kampus, ya!
Senyum mengembang di wajah Nadia setelah membaca pesan sahabatnya itu. Dewi memang selalu seperti itu, cerewet dan cenderung parno. Selalu mengkhawatirkan orang lain dibandingkan dirinya sendiri.
"Sepertinya aman, dia belum berulah pagi ini," ucap Nadia pelan sambil menatap perutnya yang masih rata. Ia tidak merasa mual pagi ini. Setelah mencuci piring bekas makan, ia bersiap menuju kampus.
Setelah memastikan semua pintu terkunci, Nadia berjalan ke jalan raya untuk menunggu angkutan umum. Tak lama kemudian, angkot yang ditunggunya datang.
Nadia naik dan memilih duduk di dekat jendela. Angin pagi yang masuk melalui celah jendela memberikan sedikit ketenangan. Ia memandangi pepohonan yang berlalu, mobil-mobil yang saling mendahului, dan para pejalan kaki yang tampak terburu-buru memulai hari. Percakapannya dengan Dewi kembali terngiang di kepalanya. Ia merasa bersalah karena menghilang tanpa kabar selama beberapa hari. Tapi bagaimana mungkin ia menjelaskan semuanya? Tentang alasan sebenarnya ia mengambil cuti.
Tanpa terasa, angkot yang ditumpanginya tiba di depan gerbang universitas.
Setelah membayar ongkos, Nadia turun dan melangkah pelan menyusuri lorong fakultas menuju ruang kelas. Saat tiba di depan kelas, pintunya sudah tertutup, pertanda dosen sudah berada di dalam. Ia mengetuk pelan, lalu membuka pintu.
"Nadia, kamu terlambat lima belas menit," ujar Jonathan dengan wajah dinginnya.
"Maaf, Pak. Tadi saya terjebak macet," jawab Nadia, memberikan alasan pada suaminya. yang pernikahannya masih mereka rahasiakan.
"Silakan duduk. Lain kali, jika ini terulang lagi, tidak akan ada toleransi," ucap Jonathan dengan nada tegas. Meski demikian, diam-diam ia memperhatikan wajah Nadia yang terlihat pucat.
Apa pagi ini dia merasa mual lagi? batinnya.
Nadia menunduk, mengangguk singkat, lalu berjalan menuju tempat duduknya yang berada di barisan tengah, di sebelah kursi milik Dewi. Jonathan kembali menulis di papan tulis, tapi pikirannya melayang. Sesekali, sorot matanya melirik ke arah Nadia dan juga Dewi yang duduk bersebelahan. Dua orang wanita yang mengisi pikirannya akhir-akhir ini. Dewi, wanita yang sangat ia cintai, tunangannya yang akan segera ia nikahi. Dan Nadia, wanita yang tidak ia cintai, tapi kini mengandung darah dagingnya. Mereka telah menikah siri secara diam-diam, dan yang lebih rumit lagi, mereka berdua bersahabat.
"Nadia, kamu sakit? Muka kamu pucat banget," bisik Dewi pelan agar tak terdengar oleh dosen mereka, meski dosen itu adalah kekasihnya sendiri. Aturan tetaplah aturan. Jika ia melanggar peraturan tersebut ia pasti juga akan terkena hukuman oleh Jonathan.
Nadia hanya tersenyum tipis menanggapi kekhawatiran Dewi. Ia ingin berkata jujur, ingin menceritakan semuanya tentang pernikahan sirinya, tentang Jonathan, tentang bayi yang tengah ia kandung, tapi itu tidak mungkin. Tidak sekarang. Tidak ketika Dewi menatapnya dengan tatapan tulus seperti itu.
“Aku cuma kurang tidur aja,” bisiknya, berusaha terdengar meyakinkan.
Dewi mengerutkan dahi. “Kamu yakin? Kalau kamu butuh teman cerita, kamu tahu aku selalu ada, kan?”
Nadia mengangguk pelan. “Iya, aku tahu. Makasih, Dew.”
Dewi menepuk pelan tangan Nadia, lalu kembali menatap ke depan, pura-pura fokus pada pelajaran, meski matanya sesekali melirik sahabatnya itu dengan cemas.
Di depan kelas, Jonathan masih menjelaskan materi dengan suara datar dan ekspresi yang tak terbaca. Tapi dalam benaknya, pikiran terus berputar. Ia tahu Nadia tidak baik-baik saja. Wajahnya semakin pucat, tubuhnya tampak lemah. Ia ingin bertanya, ingin memastikan kondisi istrinya, tapi situasinya tidak memungkinkan. Ia merasa bersalah kepada Nadia, gadis itu harus tersiksa karena dirinya.
Setelah sekitar lima belas menit, Jonathan berhenti menjelaskan dan memberi waktu bagi mahasiswa untuk mencatat. Ia berjalan pelan mendekati meja dosen, mengambil sebotol air dan meminumnya. Tapi matanya tetap tertuju pada Nadia.
Tanpa sadar, ia mengetik pesan di ponselnya dan mengirimkan ke kontak yang sudah ia simpan dengan nama samaran.
Jonathan:
(jika kamu sedang merasa tidak sehat, kamu bisa ke ruang kesehatan.)
Nadia merasakan getaran ponselnya dari dalam saku celananya, dan segera melihat layar. Matanya sedikit melebar saat membaca pesan itu. Ia menoleh sekilas ke arah Jonathan, yang pura-pura tengah sibuk di meja. Lalu membalas singkat.
Nadia:
(aku baik-baik saja .)
Namun tubuhnya berkata lain. Beberapa menit kemudian, Nadia mulai merasakan keringat dingin di pelipisnya. Pandangannya sedikit kabur. Ia berusaha tetap duduk tegak, tapi rasa mual itu kembali menghampiri nya.
“Nad, kamu kenapa?” bisik Dewi panik saat melihat Nadia meremas perutnya pelan dan wajahnya benar-benar pucat.
Nadia tak sempat menjawab. Ia buru-buru berdiri dan hampir terjatuh saat kursinya terdorong ke belakang.
“Permisi, Pak… saya… saya mau ke toilet…”ucap Nadia dengan suaranya yang nyaris tak terdengar.
Jonathan segera menghentikan penjelasannya. Wajahnya menegang.
“Dewi, tolong temani dia,” katanya cepat, sebelum berpura-pura melanjutkan menulis di papan.
Dewi segera meraih lengan Nadia dan menuntunnya keluar kelas. Di luar, Nadia berpegangan pada dinding koridor, dengan napasnya yang memburu.
“Nadia! Kamu kenapa sebenarnya?” tanya Dewi panik.
Nadia memejamkan mata, mencoba menahan gelombang mual yang menyerangnya. Kali ini ia tahu, tak bisa lagi terus menyembunyikan semuanya. Tapi kepada siapa ia harus jujur lebih dulu?
" Apa. Kamu hamil.. akibat kejadian malam itu?," tanya Dewi mulai jengah karena sang sahabat selalu berusaha untuk menyembunyikan sesuatu dari nya.
Nadia hanya Diam, tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Dewi. Jantung berdetak lebih kencang karena merasa gugup saat ini. Jika ia mengiyakan perkataan Dewi, lalu bagaimana jika sahabatnya itu terus mendesak untuk tahu siapa yang telah menghamili ku, apa yang harus aku katakan.
" Nggak' kok.. aku mual cuma karena sakit lambung ku sedang kambuh," kilahnya.
mungkinn
jgn bodoh trlalu lm jo.... kekuasaan jga hrtamu slm ini tk mmpu mngendus jejak musuhmu yg trnyata org trsayangmu🙄🙄
klo nnti nadia bnyak uang.... bkalan balik lgi tuh wujud asli nadia....
krna sejatinya nadia dlunya cantik... hnya krna keadaan yg mmbuat dia tak mungkin merawat dirinya....
jdi kurang"i mncaci & merendhkn ibu dri ankmu....