NovelToon NovelToon
Melahirkan Bayi Kembar Ceo

Melahirkan Bayi Kembar Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Anak Kembar / Crazy Rich/Konglomerat / Kehidupan di Kantor
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Melon Milk

Sienna Blair, seorang wanita mandiri dan kuat, dikhianati oleh kekasihnya Landon Pierce dan adik tirinya, Sabrina Horison. Setelah insiden tragis di Hotel Savoy yang mengguncang hidupnya, ia melarikan diri ke luar negeri dalam keadaan hamil. Lima tahun kemudian, ia kembali ke London bersama kedua anak kembarnya, Hunter dan Hazel, dengan tekad untuk membalas dendam dan membangun kembali kehidupannya.

Tanpa disadari, jalan hidup membawanya bertemu dengan Sebastian Cole, CEO dingin Cole Group, yang ternyata ayah kandung anak-anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30

Aroma tubuh lembut Sienna bercampur samar dengan bau wine, menguar di ujung hidung Sebastian. Ia menundukkan kepala, menatap wanita dalam pelukannya wajah cantik yang penuh kepanikan, mata sedikit memerah, dan sikap keras kepala yang sulit dijelaskan.

Mereka sangat dekat, dan ada ketertarikan aneh di antara mereka.

Emosi asing menyusup ke dalam hati Sebastian. Dengan suara dalam, ia berkata, "Berapa lama kamu mau terus menatap?"

Sienna, yang terpesona oleh wajah pria itu, langsung tersadar. Ia buru-buru bangkit dari tubuh Sebastian. Wajahnya memerah, dan sebelum sempat berdiri tegak, kakinya tiba-tiba terasa kebas. Ia limbung dan jatuh lagi ke dada pria itu.

Merasa dadanya ditekan tiba-tiba, Sebastian mengerang tertahan. Ekspresinya menunjukkan sedikit ketidaksabaran. Ia memegang bahu Sienna dan mendorongnya dengan kuat.

"Maaf, sudah larut malam. Sebaiknya kamu pulang." Sienna bangkit dengan panik, tak berani menatap mata Sebastian, dan berkata datar sambil menunduk.

Ia lalu berbalik dan berlari kembali ke kamar tidur, seolah sedang dikejar seseorang.

Setelah menutup pintu, Sienna bersandar pada panel pintu. Ia mencengkeram dadanya yang berdebar tak karuan. Apa yang baru saja ia lakukan?!

Ia benar-benar terpesona oleh pria penghibur itu. Gila!

Ia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia butuh menenangkan diri. Ia mengangkat tangan, mengipas wajahnya yang panas, berharap rasa malunya cepat hilang.

Setelah membasuh muka, Sienna mengintip hati-hati dari celah pintu. Ia memeriksa ruang tamu dengan waspada. Ketika melihat ruang itu kosong, ia merasa lega.

Untunglah, sepertinya dia sudah pergi. Kalau tidak, ia benar-benar tak tahu harus bagaimana.

***

Di jalan sepi tengah malam, deru mobil terdengar mencolok.

Di dalam mobil, Sebastian terus terbayang tatapan keras kepala wanita itu. Perasaan aneh memenuhi pikirannya, membuatnya bingung sendiri.

"Sialan!" geramnya sambil memukul setir. Bagaimana mungkin ia bisa punya perasaan pada wanita yang sembrono seperti itu?

Ia pasti sudah hilang akal!

Begitu sampai di vila dan keluar dari mobil, ponselnya bergetar. Ia melirik layar, lalu ekspresinya melunak saat melihat siapa yang menelepon.

"Kakek."

"Ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?" Suara kakeknya terdengar penuh semangat.

"Ada apa, Kek?" tanya Sebastian, bingung.

"Bocah nakal! Sejak kapan kamu punya dua anak?! Kamu benar-benar menyembunyikan hal sepenting ini dariku!"

Nada suara kakek marah, tidak ditutupi. Ia benar-benar kesal karena Sebastian merahasiakan hal sepenting itu darinya.

Pantas saja waktu itu Sebastian bilang ingin membawa cucu ke rumah. Ia kira itu cuma bercanda, ternyata memang benar!

"Kakek, aku sudah bilang waktu itu, tapi Kakek ga percaya," bela Sebastian. Memang benar ia pernah mengatakannya.

Ia hanya tidak menyangka kakeknya akan tahu secepat ini. Ia terlalu ceroboh.

"Kau--" Kakek kehabisan kata. Setelah jeda, ia terkekeh dan berkata, "Kalau begitu, bawa anak-anakmu pulang. Mereka anggota keluarga Cole."

Membayangkan punya cicit saja sudah membuat hatinya senang bukan main.

Sebastian mengernyit. Dengan tenang, ia menolak, "Kakek, sekarang belum bisa. Aku pasti akan bawa mereka pulang, tapi sekarang belum saatnya."

Kakeknya langsung cemas, "Kenapa tidak bisa sekarang? Anak-anak keluarga Cole tidak bisa terus di luar seperti itu!"

Sebastian memijit dahinya dan menjelaskan sabar, "Kakek, anak-anak belum terlalu akrab denganku. Aku sedang berusaha membangun hubungan. Kalau aku buru-buru membawa mereka pulang, aku takut mereka akan takut."

Sebetulnya, ia tahu apa yang ada di pikiran kakek. Sekarang bukan waktunya. Ia harus 'mengurus' Sienna dulu, wanita keras kepala itu, sebelum bisa membawa anak-anak pulang.

Kakek mengangguk. Penjelasan Sebastian masuk akal. Tapi ia tetap bersikeras, "Tidak bisa, Aku harus bertemu cicit-cicitku!"

Sebastian mengerutkan kening, memikirkan cara menghadapi keras kepalanya kakek.

Tiba-tiba kakek berkata, "Ngomong-ngomong, kamu juga harus bawa Sienna ke sini! Kita bicarakan baik-baik soal pernikahan kalian. Bagaimanapun, kamu sudah punya anak darinya, kamu harus bertanggung jawab!"

"Tidak!" Sebastian langsung menolak.

Tepat seperti dugaannya kakek memang ingin menjodohkan mereka lagi. Tapi itu tidak akan terjadi.

Baru saja ia bicara, terdengar suara batuk lemah dari telepon. Hati Sebastian mencelos. "Kakek, kenapa?"

Dengan suara parau karena batuk, kakek menjawab, "Bocah, aku kesal denganmu."

Sebastian terdiam. Ia tahu betul watak kakeknya. Kalau dilawan, ceramahnya bisa semalaman.

Karena Sebastian tidak menjawab, kakek mendesah lagi dan berkata, "Aku rasa waktuku ga lama lagi. Entah aku masih bisa hidup cukup lama untuk lihat cicitku. Gimana kalau tiba-tiba aku mati--"

Sebastian menggeleng tanpa daya. Kakeknya kembali pakai jurus drama. Ia mengalah, berkata pelan, "Baiklah aku akan membawanya."

"Bagus! Kau memang cucu terbaik," kata kakek dengan penuh haru.

Membayangkan bisa bertemu cicitnya membuat kakek terlalu bersemangat hingga sulit tidur semalaman.

***

Karena kejadian tadi malam, Sienna pun tak bisa tidur nyenyak. Esok paginya, ia tampak lemas dan lesu, dengan lingkaran hitam di bawah mata.

Ia membawa sarapan dari dapur, lalu Hunter berkata dengan kesal, "Mima, kamu bohong! Kamu usir Papa tadi malam ya?"

Saat mereka bangun, Papa tidak ada di rumah!

Hazel juga cemberut, "Mima pasti ga suka Papa. Kalau ga, kenapa Papa diusir malam-malam? Mima jahat!"

Sienna tersenyum kaku, bingung bagaimana harus menghadapi dua bocah ini.

Tiba-tiba, ide muncul di benaknya!

"Mana mungkin Mima bohong? Papa kalian semalam memang bersama Mima. Tapi pagi-pagi sekali, Papa sudah berangkat kerja, jadi kalian ga sempat lihat."

Sienna menjelaskan dengan sabar.

Tapi seiring ia bicara, bayangan kejadian semalam muncul lagi di kepalanya. Aroma dingin pria itu masih terasa di hidung. Wajahnya memerah.

Ia buru-buru menggelengkan kepala. Astaga Kenapa mikirin dia lagi.

Dua anak itu menatap Sienna penuh curiga dan kecewa.

"Lalu kapan Papa akan datang, menemani kami?" tanya Hazel dengan sedih.

Sienna memijat kening. Apa sih yang pria itu lakukan sampai bisa membuat anak-anaknya begitu terpesona.

Ia melihat jam dan berkata, "Tenang, nanti sepulang sekolah Papa kalian akan datang."

Mata dua anak itu langsung bersinar. Hunter duduk tegak penuh semangat, "Mima, serius?"

"Mima, jangan bohong ya" tambah Hazel dengan nada serius.

Sienna mengangguk pasrah, "Iya, Mima ga bohong. Sekarang ayo sarapan, ya?"

Setelah itu, ia menyajikan makanan untuk mereka.

Mendengar Papa akan datang sepulang sekolah, keduanya langsung makan dengan gembira.

Setelah Sienna mengantar mereka ke bus sekolah, ia menarik napas lega. Lalu ia buru-buru pergi ke perusahaan.

Ia masih ingat janji yang dibuat dengan Blake semalam. Ia harus menyelesaikan urusannya pagi ini, dan tidak boleh ada masalah!

Begitu keluar dari lift, Lena mendekatinya.

"Bagaimana? Blake sudah datang?" tanya Sienna.

"Belum" jawab Lena, lalu mendekat dan berbisik, "Nona Sienna, sekarang Manajer Johnson ikut campur. Aku rasa ini ga bagus. Sekarang dia menunggumu di ruang rapat."

Sienna mengangkat alis. Sepertinya urusan ini tidak semudah dugaannya. Ia mengangguk lalu menuju ruang rapat. Tapi saat membuka pintu, senyumnya langsung menghilang.

Sabrina?

Ia seperti melihat hantu. Wanita itu benar-benar seperti bayangan yang selalu muncul!

Namun, tetap menjaga sopan santun, Sienna mengangguk pada semua orang di ruangan. "Manajer Johnson."

Manajer Johnson menyambutnya ramah. "Nona Sienna, perkenalkan--"

"Ini Thorne Ashby, artis kita. Saya yakin Anda sudah mengenalnya."

Sienna mengangguk.

Manajer Johnson lalu menunjuk wanita asing di sebelah Sabrina. "Ini manajer Thorne, Emily. Dia sangat kompeten, dan artis yang dibawanya juga hebat."

Emily tersenyum tipis, menatap wanita yang katanya broker emas ini. Matanya sempat menunjukkan sedikit keterkejutan. Ia tak menyangka Sienna begitu muda, bahkan tampak kurang pengalaman.

Tapi semua orang tahu, untuk dapat posisi ini, pasti bukan dengan cara biasa.

Kecemburuan terpancar jelas di mata Emily.

"Hai, namaku Emily," ucapnya sambil mengulurkan tangan.

"Sienna."

Tangan mereka hanya bersentuhan sebentar.

1
yumi chan
knpa seina gk trus trs kejadian 5 thn yg llu..ko ribt kerja seina..dn ank2 sena gk kshn sm seina..entlh thor aku ikut pusing
Ma Em
Kapan damai nya tuh Siena sama Bastian , dua2 nya salah sangka .
Rara Ayuni
lanjutt thorr smgtt teruss
yumi chan
thor knapa bastian gk ingt sm saena thor..
Anonymous
si kembar ada aja tingkah nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!