NovelToon NovelToon
Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Rey... Reyesh?!"

Kembali, Mutiara beberapa kali memanggil nama jenius itu. Tapi tidak direspon. Kondisi Reyesh masih setengah membungkuk layaknya orang sedang rukuk dalam sholat. Jenius itu masih dalam kondisi permintaan maaf versinya.

"Rey... udah ya! Kamu udah kumaafkan, kok. Jangan begini dong. Nanti aku nya yang nggak enak kalo kamu terus-terusan dalam kondisi seperti ini. Bangun, Rey!" pinta Mutiara dengan nada memelas, penuh kekhawatiran.

Mutiara kini berada dalam dilema hebat. Bingung mau berbuat apa.

Ditengah kondisi dilemanya itu, ia lihat sebutir air jatuh dari wajah Reyesh. Diiringi butir lain perlahan berjatuhan.

"Rey... ka-kamu nangis, ya?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 08 - Jenius Berhati Dingin

Akan tetapi, Mutiara belum puas mendengar jawaban tersebut. Rasanya, curang sekali seorang mahasiswa yang mendapat nilai sempurna, hanya mengandalkan belajar biasa saja.

Mutiara bertekad harus benar-benar mendapatkan Reyesh, mendapatkan bantuan dan bimbingan untuk menjadi mentornya.

Karena, sejauh ini persiapannya bersama Zeeva dan Allyna dalam mencari mentor yang benar-benar serius mengajarinya, bukanlah perkara mudah. Beberapa mahasiswa yang mendaftar, justru lebih tertarik untuk mendekatinya, modus dan tebar pesona untuk menjadi pacar Mutiara, ketimbang membantunya belajar.

Gadis 18 tahun ini pun, akhirnya muak dengan cara mereka yang terlalu banyak basa-basi dan menggombal. Yang Mutiara butuhkan adalah seseorang yang benar-benar kompeten dan berdedikasi. Sesuai dengan passion nya dalam membagikan ilmu, dan tidak mencari tujuan aneh lain.

 

Mutiara sedikit terkejut dengan sikap Reyesh yang begitu dingin dan terkesan menyembunyikan sesuatu, tetapi ia tidak mundur. Kali ini, Mutiara akan mengutarakan maksud sebenarnya di depan Reyesh. Gerbang depan sudah semakin dekat, pertanda obrolan ini harus masuk topik utama.

"Reyesh, to the point, aku lagi butuh mentor untuk membantuku meningkatkan IPK. Kamu kan terkenal jenius, jadi aku ingin belajar darimu. Aku ingin memintamu menjadi mentorku." pintanya dengan nada memelas.

Reyesh anya diam sejenak sebelum akhirnya menjawab singkat, "Kenapa harus aku?"

Mutiara tersenyum tipis dan membalas, "Selain faktor IPK-mu yang sempurna, karena dari sekian banyak mahasiswa, kamu satu-satunya yang tidak pernah sekalipun mencoba mendekati atau mengejarku. Berbeda dengan para buaya kampus yang selalu menggoda dan merayuku dengan gombalan maut. Bahkan, dengan segala maaf, aku tidak mengenalmu, tidak pernah melihatmu, dan tidak tahu gosip terkait kejeniusanmu. Kamu berbeda."

Mutiara berharap, semoga gabungan kalimat yang sudah ia rencanakan, dapat meluluhkan hati Reyesh, agar mau menjadi mentornya.

"Lalu? Tujuanmu menjadikanku mentor untuk apa?" selidik Reyesh.

Kemudian, Mutiara bercerita panjang lebar, tentang awal mula konflik tegang dengan tiga mahasiswa berprestasi saat berada di kantin kampus. Ia bercerita bahwa ketiga mapres ganteng yang disegani dan dikaguminya sejak menginjakkan kaki di kampus, membuatnya sakit hati dan kecewa.

Lalu Mutiara menjelaskan kepada Reyesh, kalau dirinya telah menantang ketiga mapres itu terang-terangan, di depan mahasiswa dan mahasiswi saat di kantin. Ia juga bercerita tentang imbalan dan konsekuensi dalam pertaruhan tersebut.

"Waw! Berani sekali kamu menantang ketiga raja kampus itu?" respon Reyesh setelah mendengar cerita Mutiara.

"Habisnya, saat itu aku udah nggak bisa mikir dan terlanjur kesal."

"IP semester satu berapa?"

"Cuma 3.00," jawab Mutiara.

"Nekat sekali. Lalu, apa isi pertaruhanmu dengan mereka?"

"Kalau aku menang, mereka harus melakukan apapun yang kumau."

"Kalau kalah, artinya?"

"Yap. Sebaliknya. Aku harus menuruti apapun permintaan mereka. Tapi, diantara mereka, mapres nomor 1 si kak Varel itu, memintaku untuk menjadi asistennya selama seharian penuh."

"Mereka cukup baik hati, ya. Tapi, kamu sangat sembrono. Seharusnya tidak perlu ada pertaruhan. Cukup pembuktian saja. Kondisimu saat ini bisa kubilang seperti orang nganggur yang sedang cari masalah." ucap Reyesh, tanpa menghakimi Mutiara.

"Bener sih, aku pun merasa begitu bo-doh dan to-lol saat itu. Tapi biarlah, Rey. Nasi sudah menjadi bubur. Aku tidak boleh menelan ludahku sendiri."

Ucapan analogi Mutiara, dengan mudah dipahami Reyesh.

"Kalau dipikir ulang, bagus juga sih tindakanmu."

"Maksudnya?" tanya Mutiara kebingungan.

"Iya, kamu nekat mencari masalah dan menantang ketiga bintang kampus kita. Poin utamaku bukanlah keteledoranmu menantang mereka. Tapi, keberanianmu mencari dan membuka masalah."

"Loh? Bukannya disebut bo-doh ya orang yang suka mencari masalah?" tanya Mutiara dengan kepala dimiringkan sedikit menatap Reyesh.

"Untuk situasi tertentu, benar sekali. Orang yang mencari masalah hanya akan menghancurkan dirinya sendiri. Tapi hei, lihat sekitarmu!" Reyesh coba memancing Mutiara.

Dengan sigap, Mutiara melirik ke segala arah. Mencari sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Ucapan Reyesh hanya kiasan saja.

"Kita sekarang berada di lingkungan akademis. Dan kamu tahu apa persamaan antara para jenius dan ilmuwan diluar sana?"

Mutiara hanya menggelengkan kepala dengan wajah polos.

"Mereka punya ciri khas yang sama, yaitu senang mencari masalah!"

"Hah?!" Mutiara tambah bingung.

"Maksudku, mereka mencari dan mengulik permasalahan yang ada disekitar. Lalu membuat formula dan solusi yang akan bermanfaat bagi banyak orang. Kita semua menyebutnya penemuan."

"Oh, begitu maksudmu, Rey. Berarti aku punya bakat calon ilmuwan dong? Heheh."

"Ada sih, sedikit."

 

Selama obrolan itu, Mutiara sengaja memperlambat tempo jalan. Supaya bisa ngobrol lebih lama dengan Reyesh. Tujuannya belum terpenuhi, ia panik. Gerbang utama sudah di depan mata. Perpisahan dengan Reyesh tak terelakkan lagi. Ini saat terakhir bagi Mutiara agar tidak lepas ikatan dari si jenius itu.

"Jadi, bagaimana tawaranku? Apa kamu berminat atau menolak?" Mutiara langsung ke topik tujuan, sudah tidak ada waktu untuk basa-basi lagi.

Resikonya terlalu besar kalau aku menerimamu menjadi tentorku."

"Maksudnya?"

"Kalau kujelaskan sekarang, kamu tidak akan paham. Seiring berjalannya waktu, kamu akan mengerti dengan sendirinya, nanti."

"Artinya kamu menolak menjadi mentorku? Aku sudah belasan jam menunggu di perpustakaan hanya untuk bertemu denganmu, meminta bantuanmu, Rey." ucap Mutiara, kali ini ucapannya terdengar lirih dan tidak dibuat-buat.

"Karena aku berkorban banyak hal berupa waktu, fokus, dan omongan-omongan nggak enak seantero kampus, ada harga mahal untuk kesepakatan ini. Melihat penampilanmu, kuyakin kamu atau orang tuamu sanggup dengan biaya yang akan kuajukan." jawab Rey, memberikan sedikit angin segar dan harapan untuk Mutiara.

"Memangnya berapa yang kamu mau? Per bulan? Atau per pertemuan? Silakan sebutkan! Tapi benar ya, kamu mau menjadi mentorku?"

"Kita punya waktu 10 minggu lagi sebelum Ujian Akhir Semester (UAS), 3 minggu menjelang Ujian Tengah Semester (UTS). Aku memberikan tarif 1,5 juta rupiah per minggu. Bagaimana? Keberatan?"

"Mahal sekali!" celetuk Mutiara, kaget dengan harga yang ditawarkan Reyesh. Tapi, dalam perhitungan finansialnya, itu harga standar dan masih aman, tidak mengganggu saldonya.

"Baiklah, kesepakatan batal."

"Eit... Eits tunggu sebentar, Rey!"

Mutiara nampak panik. Jika Reyesh menolak menjadi mentornya, ia harus mulai dari nol untuk mencari sosok jenius lain. Ditambah, Reyesh adalah sosok yang telah melindunginya beberapa saat lalu. Firasat Mutiara, ia kira Reyesh akan ikhlas dan rela membantunya. Memberikan bimbingan belajar tanpa ada iuran ataupun bayaran.

Tanpa pikir panjang lagi, Mutiara mengambil napas panjang dan berucap,

"Baiklah, aku setuju. Tapi, bagaimana dengan teknis pertemuannya?" katanya, sambil mengulurkan tangan.

Reyesh hanya menatap tangannya sejenak, sebelum akhirnya mengangguk tanpa menyentuhnya.

"Sangat intens. Untuk hari senin sampai jumat, tiga jam per pertemuan seusai kuliah. Sabtu dan minggu, dari jam 06.00 sampai 17.00. Dengan rincian jadwal itu, tidak terlalu mahal kan, untuk harga yang telah kuajukan?" tanya Reyesh.

Mutiara nampak mengernyitkan dahi dan coba menghitung dalam kepalanya.

Bersambung.....

1
Musri
awal yg bagus...
alfphyrizhmi: thanks kaaakk... ditunggu terus ya. nanti sore akan update lagi.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!